“Thank you for turning out you were real. I never thought I could meet you. I thank the universe for being kind enough to find us.” -Ken
“Thank you too, for proving that you are real. Hopefully in the future, the universe will still be kind to us. See you later …” -Key
—
*Beberapa hari kemudian …*
“Siapa nih?” “Kok mirip Kak Ken ya?” Key menyipitkan mata, berusaha mencocokkan kesamaan antara foto postingan selebgram muda itu dengan pikirannya yang tertuju pada Ken.
Tadi, Key yang gabut memilih mengotak-atik Instagram yang berujung penemuan akun milik seseorang. Key tahu itu selebgram. Pengikutnya banyak soalnya.
“Oh My Dear, sosial media is fake. Meet me in the real world,” Key membaca postingan selebgram itu. “Wahai sayangku, media sosial itu palsu. Temuilah aku di dunia nyata,” Key mengartikan kalimat itu dengan bahasanya sendiri. “Waw, menarik.” Begitulah, sisa hari Key habiskan untuk stalker sang selebgram.
—
“Itu hp lo bisa disilent aja ga sih?!”
Seorang cowok bertanya kesal. Haruskah ia diberi nama? Oke, sebut saja Raffy. Cowok itu kesal karena suara notif dari ponsel Ken membuat latihan mereka terganggu. Berisik sekali.
Ken menganggukkan kepalanya. “Oke.” Cowok itu menjauhi para temannya, mengambil ponsel yang ada di meja. Baru Ken berniat untuk mematikan data ponselnya dan mengaktifkan mode pesawat, suara notif terdengar lagi.
Berbeda dengan notif sebelumnya, notif yang barusan masuk segera Ken buka.
| keyrani | Kak Ken yang tadi pagi? Eh yang tadi siang?
Ken menggelengkan kepala. Berusaha menahan kekehan yang akan keluar. Entah mengapa ia merasa lucu dengan balasan Key.
| ken.ald | Iya, kenapa? Ga suka gue DM?
Setelah membalas pesan Key, cowok itu mematikan ponsel, menyimpannya di ransel lalu kembali mendekat ke arah teman-temannya yang kini memasang ekspresi sebal. Ken mengacak rambutnya. “Sorry,” kata cowok itu.
—
Di lain tempat ada Key yang sedang memukul-mukul bantalnya. Ia gemas dengan balasan dari Ken. “Sial, gue jadi gemes gini sama Kak Ken arghhh!” Cewek itu mencak-mencak di atas kasur.
| keyrani | Ga papa. Suka kok suka
“Eh? Kok gue malah bales giniii??” Key melotot. “Ga bisa nih. Harus gue hapus!”
| keyrani | Ga papa Kak. Eh iya, jaket Kakak masih di aku.
“Nah gini kan jawabannya ga ngadi-ngadi kek tadi.” Key tersenyum puas setelah membaca chatnya lagi sebelum dikirim.
Cewek itu guling-guling di kasur. Kembali melanjutkan kegiatan membaca novel di ponsel. “Lah, gue kok masih online sih?” Keysha cengo saat sedang asyik-asyiknya membaca, tiba-tiba ada tanda bahwa iklan akan diputar.
Sedetik kemudian cewek itu memukul-mukul kepalanya gemas setelah menyadari bahwa dirinya … “MASA GUE NUNGGUIN BALASAN KAK KEN SIH DARI TADI?! AFKVDSTR.”
Key keceplosan berteriak. Oh tidak! Tunggulah sampai hitungan ketiga …
Satu, Dua, Tig–
“KEYRANI! NGAPAIN TERIAK-TERIAK? INI BUKAN DI HUTAN!!”
Nah kan! Apa Key bilang! Bunda Key berdiri di depan pintu kamar putrinya yang terbuka lebar. Key yang mendengar itu mengulas senyum polos. “Bunda juga teriak-teriak tuh.” Gerutu Key pelan. Sangat pelan.
“Turun kamu! Jagain adekmu. Bunda mau masak buat makan malam. Jangan halu mulu.”
Kalau bunda sudah bertitah seperti itu, Key hanya mampu mengangguk. Masih untung bundanya yang mendengar teriakannya, coba kalo sang ayah? Yang ada Key dapat tatapan setajam laser. “Canda Ayahhh, Key cuma bercanda.” Gumam Key. Key berharap, semoga ayahnya tak sadar bahwa barusan habis dighibahi putrinya. Walau dalam hati sih.
“Iyaaa Bundaaaa, ini lagi jalan.” Ujar Key saat mendapati bundanya yang menatapnya dengan tajam.
—
| ken.ald | Gapapa. Disimpan aja dulu
| keyrani | Oh okey. Aku mau tanya boleh?
| ken.ald | Apa?
Key menggigit bantal. Bimbang antara mau bertanya atau tidak. Soalnya, ini menyangkut rasa penasarannya. Key benar-benar penasaran kenapa Ken ada di daerahnya.
| ken.ald | Jadi tanya?
Key guling-guling di kasur. “Arghhh, bodo amat. Kepo gue makin menjadi-jadi,” ujar Key sembari merubah posisinya menjadi duduk bersila. “Moga gue ga diblok Kak Ken si es nyebelin ini karena eilfeel.” Doanya setelah menyentuh tombol kirim pesan.
| keyrani | Kakak kok bisa di wilayah rumahku? Maksudku, askot kakak kan jauh dari sini
Belum Ken mengetik balasan, DM dari Key kembali datang. Kali ini, Ken tak bisa menahan rasa gelinya. Membuat para temannya menatap cowok itu aneh.
| keyrani | Seriuss kalo ga mau jawab gapapa. Tingkat kepoku tinggi jadi gini. Sorry Kak Kenn
“Kak? Kakak? Kak Ken? Saha tuh? Cewe?”
Ken hampir menjatuhkan ponselnya karena terkejut. Karena tiba-tiba sebuah kepala melongok mendekati layar ponselnya. Benar-benar dekat. Sangat dekat.
“Ngagetin. Kepo lo.” Desis Ken merasa terganggu akan rasa kekepoan temannya itu.
Raffy yang tadi melongok menjauhkan wajahnya. Kembali duduk dengan posisi yang benar. “Jangan ngegas lah Ald. Gue kan cuma nanya. Ga akan gue tikung kok,” Raffy mengacungkan jari kelingkingnya tanda berjanji.
Raut wajah Raffy membuat Ken ingin mengguyurnya dengan jus mangga yang dirinya pesan. Nyebelin banget di mata gue! Ngegas Ken dalam hati.
Dua teman Ken yang lain hanya sibuk menonton. Sembari tetap memakan pesanan mereka. Tidak ada akhlak sekali. Untung Ken itu cowok penyabar. Jadi, dirinya tidak akan mengajak temannya baku hantam.
“Ald.” Ken berdehem. Menatap temannya yang memanggil nama panggungnya. “Gue penasaran, lo kenal Key Key ini dari mana?” Tanya temannya itu. Sebut saja ia Farel. Cowok yang duduk di samping Farel ikutan berujar. “Nah iya. Tapi kayanya gue tau deh Ald nemu Key itu dimana.” Sebut saja ia Dika. “Di mana?” Farel bertanya antusias. Wajah cowok itu mengingatkan Ken akan anak sekolah dasar yang dilihatnya tadi pagi. Anak sekolah dasar itu sedang disuapi roti oleh sang ibu. Ken tebak sih begitu. “Medsos Rel. Masa gitu aja lo nanya sih.” Ini Raffy yang menjawab. Bukan Dika. Farel mendesis. Menatap Raffy dengan tatapan permusuhan. “Antagonis dilarang komentar.” Ujar Farel dengan nada dingin.
Raffy menghela napas. Ken dan Dika kompak menggelengkan kepala. Kedua cowok itu sedang dalam mode perang. Sebabnya, tadi saat mereka syuting, Raffy menghabiskan makanan milik Farel. Di series yang mereka bintangi, Raffy yang berperan jadi tokoh antagonis memang menghabiskan makanan Farel yang berperan jadi tokoh cowok yang lugu namun tak culun. Hanya pakai kacamata saja kok.
Harusnya sih, Raffy memakan cuma sesuap, dua suap. Terus nanti piringnya diganti dengan piring yang kosong, seolah-olah Raffy memang menghabiskan makanan Farel. Tapi, Raffy malah kebablasan habisin beneran. Auto Farel ngambek. Mana lauknya ayam goreng pula.
“Duh Rel. Gue kan ga sengaja. Jangan ngambek. Gue traktir lo makan ayam goreng sepuasnya deh sebagai tanda minta ma–” “Oke. Gue maafin. Ayam gorengnya 4 potong!!” Raffy mengangguk mengiyakan walau kesal karena Farel memotong ucapannya. Dasar si maniak ayam goreng. Dengus Raffy dalam hati. Ken dan Dika yang sedari tadi menonton menghela napas lega. Syukurlah, perkara ayam sudah selesai.
“Kembali ke pertanyaan gue tadi. Jadi, lo nemu Key Key ini di medsos?” Tanya Farel.
Ken mendengus, dirinya kira para temannya lupa akan rasa penasaran mereka itu. Mau tak mau, Ken mengangguk. Daripada diteror chat sampai ribuan. Ken tak mau ponselnya ngelag. Ya, walau itu tak mungkin sih. Secara, ponsel Ken kan muahal.
“Kok bisaaaa?” “Lo kenal Key sejak kapan?” “Akhhh gue juga pen gituu. Ketemu cewe yang ga tau kalo gue itu seleb.” “Bisa,” tanggap Ken. Mengabaikan temannya yang terlihat antusias, Ken beranjak dari duduknya. “Udah selesai kan? Gue mau cabut.” Ujar Ken sembari menyampirkan ranselnya di bahu kanan. “Udah. Tapi ntar malam kita harus balik. Jan lupa.”
Walau Farel itu paling childish di antara mereka berempat, Farel adalah alarm pengingat bagi mereka. Farel itu jarang lupa, tak seperti temannya yang pelupa. Maklum, orang sibuk jadwalnya padat jadi suka lupa.
“Gue duluan.” “Mau kemana woii?” “Gue mau interogasi lo Kennn.” Ken memberhentikan langkah lalu melambaikan tangan tanpa membalikkan badan. “Mau ketemu calon,” ujarnya yang membuat para temannya heboh sendiri.
—
Seorang gadis berlari ke arah Key. Wajahnya terlihat riang. “Huaa … kangen Kekey. Udah berapa lama kita ga ketemu?” “Berapa ya? 2 tahun kurang kayaknya,” balas Key dengan wajah sama cerahnya. “Ayo masuk. Gue mau curhatttt …” “Kasih minum kek. Haus gegara teriak-teriak.” Sungut teman Key itu. “Udah aku siapin tuh,” Key menunjuk meja ruang tamu yang berisi macam-macam hidangan. Ada minuman jus alpukat juga. Key yakin, pasti temannya akan langsung meminum jus favoritnya itu.
“Okay, jadi?” “Kemarin-kemarin gue ketemu Ken.” Key memulai curhatnya. “Waw. Terus?” Begitulah, siang itu dihabiskan Key dengan bercerita bersama teman semasa SMP nya, Lila.
“Gue harus gimana?” “Eh jaketnya kaya gimana tuhh?”
Bukannya memberi saran, Lila malah bertanya tentang jaket. Gadis itu terlihat penasaran. Key jadi mendengus. Tapi tetap beranjak dari duduknya menuju kamar untuk mengambil jaket milik Ken.
“Uwah, wanginya khas orang ganteng,” cengir Lila setelah jaket Ken ada di tangannya. Key mendelik, “Heh! Jodoh orang.” “Xixixi. Menurutku sih, jangan terlalu dipikirin. Biarin semua mengalir aja. Bukannya ngasih Key harapan nih, tapi aku yakin Ken bakal hubungin kamu minta ketemu.” Ujar Lila dengan raut seriusnya.
Ting! Suara notif ponsel membuat keduanya mengalihkan atensi. Di layar ponsel Key yang menyala, ada sebuah pesan yang membuat Lila tersenyum simpul dan Key yang melongo tak percaya. Kok ucapan temannya itu bisa benar-benar kejadian? Apa Lila cenayang?
| ken.ald | Key? Bisa kita ketemu. I have to talk to you. Depan minimarket.
“Gue harus jawab apa ini?”
Lila mengambil alih ponsel Key, lalu mengetik balasan.
| keyrani | Oke Kak
“Udah aku jawab. Sana siap-siap.” Lila menarik-narik Key dari duduknya agar berdiri. “Ntar aku temenin deh kalo kamu takut.” “Lilaaa, kenapa kamu jawab oke?” Key berucap kesal. Lila nyengir, “Key juga pasti kepengin ketemu Ken kan.” Walau agak terpaksa, Key segera bersiap-siap. “Ntar temenin loh ga mau tau!” Ujar Key sembari berjalan ke arah kamarnya. “Iyaa. Jangan lama-lama dandannya Key! Bukan mau ngedate, xixixi.” “Berisik. Tutup mulut anda! Jangan bikin ledekin saya!”
—
Key menoleh ke arah Lila yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Anggukan kepala dari Lila membuat Key menghembuskan napas. Memantapkan langkah. Berjalan menghampiri seseorang yang duduk di bangku depan minimarket itu.
“Hai Kak Ken, udah lama?” Sapa Key memberanikan diri. Yang disapa mendongak lalu menggelengkan kepala. “Duduk.” Key menurut. Cewek itu menundukkan kepala sembari memainkan jemarinya. Gugup juga canggung, itulah yang Key rasa. Fokus Key fokus. Ayo jantung, biasa aja dong. Ga usah maraton. Detakmu meresahkan tau. Batin Key berbicara.
“Mau minum?” Tanya Ken setelah beberapa saat membiarkan hening menguasai. Key mendongak. Menganggukkan kepala. Ya, ia butuh sesuatu untuk merilekskan tubuhnya.
Ken mengulurkan sebuah botol minuman dingin rasa teh kepada Key. Tentu setelah tutup botolnya ia putar. “Minum.” “Makasih Kak.”
Dengan perlahan namun pasti, Key meminum minuman itu. Kemudian bernapas lega setelah merasa dirinya mulai tenang.
“Keyrani?” Panggil Ken. “Ya?” “Thank you for turning out you were real. I never thought I could meet you. I thank the universe for being kind enough to find us.” “Are you leaving?” Tanya Key setelah terdiam beberapa saat. Ken mengangguk. “Ya, nanti malam gue harus balik ke Jakarta.” “Oh gitu.” Tanggap Key. Jadi, Ken meminta bertemu untuk mengucap perpisahan? Kok gue sedih ya? Tanya Key heran, dalam hati tentunya.
“Oh ya, jaketnya.” Key menaruh sebuah paper bag warna hitam di tengah-tengah mereka. “Makasih. Udah aku cuci kok.” “Simpan aja.” Ken menaruh paper bag itu di tangan Key. “Hah?” Key memasang raut bingung. “Simpan, Key.” “Ini buat aku?” Ken menganggukkan kepala. Tersenyum tipis. “Biar suatu saat nanti gue bisa ngenalin lo. Dipake ya.”
“Apa kita bisa ketemu lagi Kak?” “Jika semesta mengizinkan.” “Jika semesta tidak mengizinkan?” Ken memasang smirknya. “Jangan khawatir. Gue akan menentangnya.” Cowok itu lalu melirik jam tangan. Beranjak dari duduknya. “Gue harus pergi. See you, Keyrani.”
Key terdiam, memandang punggung Ken untuk terakhir kalinya. Cewek itu menoleh ke arah Lila yang disambut anggukan kepala dan senyuman. Baiklah, ayo beranikan dirimu, Key. Batin Key menyemangati.
“Kak Ken!” Key memanggil nama Ken. Mengucap sesuatu yang membuat Ken tersenyum. “Thank you too, for proving that you are real. Hopefully in the future, the universe will still be kind to us. See you later, Kak Ken.” “You’re welcome, girl.” Jawab Ken sebelum menjalankan mobilnya.
Lila menghampiri Key yang masih terpaku. Memandang mobil yang dikendarai Ken yang kini melaju. “Hei Key, kamu tau? Semesta punya banyak cara untuk membuatmu terluka dan bahagia. Apapun yang semesta takdirkan untukmu, tetaplah rela untuk menerimanya.” “Huh? Tumben puitis,” tanggap Key sembari menyeka wajahnya. Lila tersenyum, merangkul temannya itu. “Harus dong. Jangan sedih, ayo kita jajan banyak-banyak hari ini!” “Okay, let’s go!”
Kedua cewek itu pun tenggelam dalam kegiatan mereka, berburu jajanan.
—
K Untuk K, selesai di sini. Terima kasih telah menanti cerita Ken-Key. Sampai jumpa, di lain waktu dengan kisah yang berbeda.
Salam hangat,
Da Azure
Cerpen Karangan: Da Azure Biasa dipanggil Da. Dapat ditemui di Wattpad Akun pribadi: @Daa_zure Akun bersama bestie: @Filila_3 Kisah ini aku persembahkan untuk temanku. Semoga endingnya sesuai dengan apa yang kamu harapkan ya, teman. Aku ingatkan, jangan baper ya, xixixi