“Pa bangun, pa bangun” mamaku menangis ketika melihat papa tak sadarkan diri. Beliau mempunyai penyakit kanker paru-paru, makanya beliau sering sakit-sakitan. “Astaghfirullahaladzim, pa.. Papa.. Papa bangun pa” Ucapku dan kakakku sambil menangis.
“Ma, ayo kita bawa papa ke rumah sakit” Aku memerintahkan mamaku untuk membawa papa ke rumah sakit. “Iya, Fika. Rika, tolong kamu panggil pak Rasyid ya untuk mengantarkan papa ke rumah sakit” “Iya ma” kak Rikapun segera memanggil pak Rasyid, ia seorang supir pribadi di rumah kami.
Selama dalam perjalanan aku tak henti-hentinya menangis dan berdo’a yang terbaik untuk papa. “Ya Allah, berilah yang terbaik buat papa, sembuhkan Dia ya Allah, Aku masih membutuhkannya Ya Allah”.
Setelah tiba di Rumah sakit, papa mendapatkan kamar 121, Dokter langsung memeriksa papaku. Kami menunggu di luar ruangan papaku.
15 menit kemudian dokter keluar dari ruangan, kami segera menanyakan keadaan papa. “Dokter, gimana keadaan suami saya dok?” “Iya Dok, gimana keadaan papa kami dok?” “Mari masuk ke dalam bu!” perintah dokter tersebut.
Ketika tiba di dalam dokterpun memberitahukan keadaan papa. “Maaf, bu. Keadaannya sudah sangat kritis, kanker yang diidap suami ibu sudah mencapai stadium 3, kami mencoba menyelamatkan beliau, tetapai Allah berkehendak lain. Beliau tidak dapat diselamatkan” “Innalillahi Wa Inna ilaihi rajiun” ucap kami disertai tangisan. “Pa, papa kenapa pergi pa. Fika masih butuh papa, Fika sayang sama papa” aku menangis sejadi-jadinya. Ya Allah kenapa ini semua harus terjadi Ya Allah, Apa ini yang terbaik buat papa? Jikalau ini yang terbaik buat papa Ikhlaskanlah hatiku ini Ya Allah… “Yang sabar ya sayang.. Kuatkan hati kalain ya” ucap mama kepadaku dan kak Rika. “Iya, ma”
Sejak kepergian papa, aku menjadi pendiam, di sekolah maupun di rumah. Meski teman-teman dan mama mencoba untuk menghiburku, aku tetap tidak terhibur sama sekali. “Udah Fik, jangan sedih terus, nanti papamu di sana yang melihat kamu sedih, ikutan sedih lagi. Lebih baik kamu do’akan yang terbaik buat papa kamu ya, biarkan beliau tenang di sisi_Nya.” Iffa, sahabatku, mencoba untuk menghiburku. “Iya Fa, aku akan do’akan yang terbaik buat papa” ucapku dengan sedikit senyuman.
1 bulan berlalu, kini wajahku mulai kembali berseri dan mulai tampak senyuman mengembang di bibirku. “Sayang, ceria banget hari ini” canda mamku. “Iya nih, kayaknya lagi ada sesuatu deh ma” lanjut kak Rika. “Nggak kok kak, nggak ada apa-apa” ucapku sambil tersenyum. “Masa sih?” “Iya kak, serius. Emangnya nggak boleh ya kalau aku bahagia? Kalau nggak boleh, nanti aku cemberut lagi nih” “Eiittt, jangan donk! Kita kan cuman bercanda, iya kan ma?” Mama hanya membalasnya dengan senyuman. “Fika, Rika, ayo sarapannya di makan, nanti telat lagi” “Iya ma,”
Jam menunjukkan pukul 06:15 WIB, aku berpamitan kepada mama. “Ma, Fika sama kakak pamit ya, Assalamu’alaikum” “Iya sayang, Wa’alaikumsalam. Hati-hati di jalan”
Ketika tiba di sekolah teman-teman langsung mengerumuniku. “Eh, ini ada apaan sih? Kok langsung ngerumuni aku gitu deh?” tanyaku bingung. “Cieee, kyaknya lagi seneng nih” ucap temanku. “Iya yah, ada apa sih Fik, kok kelihatannya ceria gitu?” sambung yang lain. “Iya nih, lagi ada yang disembunyiin yah?” “Eh, satu-satu donk nanyanya, nggak kok aku nggak ada apa-apa, emangnya kenapa sih?” jawabku kesal. “Ya, beda aja gituuu” “Eh, Fik, lagi kesel kok senyum sih?” “Ikh kalian ini yah ada apaan sih?, tau ah aku mau ke kelas” aku berjalan dengan cepat menuju kelas. “Eh, Fika tunggu” teriak teman-temanku.
Kini kesedihanku telah reda, dan hari-hariku mulai dihiasi dengan canda dan tawa. Tapi aku mulai merasa ada yang janggal, tak lama setelah kepergian papa, tiba-tiba mama bersikap dingin padaku. Tapi itu hanya padaku, sedangkan pada kak Rika, mama kelihatan sayang sekali padanya. Begitupun dengan kak Rika, dia juga bersikap dingin padaku. Ya Allah ada apa lagi ini? Lirihku dalam hati.
Suatu hari, ketika aku hendak mengambil piring, tiba-tiba… “Prakkk” aku tak sengaja memcahkan salah satu piring tersebut. Mama yang melihat hal itu, langsung menghampiriku. “Fikaaa, kamu ngapain sih? Bawa piring satu aja kok pecah, bisa bawa piring nggak sih. Cuman bawa satu aja pecah, emang piring satu berat apa??” “Maaf ma, tadi fika nggak sengaja” “Udah cukup, alasan aja nggak sengaja, bersihkan tuh pecahan piringnya” “Iya ma” aku sedih, sangat sedih ketika mamaku memarahiku cuman karena satu piring pecah, dan kakakku hanya tersenyum melihat hal itu.
“Oh, ya. Karena kamu sudah memecahkan piring, hari ini juga kamu bersihkan kamar mandi. Ingat! Jangan sampai lupa, dan Ingat! Harus sampai bersih kinclong” ucap mama dengan emosi. Astaghfirullahaladzim, Sabar Fik, sabar. Ya Allah ada apa dengan mama ya Allah? Ada apa juga dengan kak Rika? Mengapa mereka bersikap seperti itu padaku? Apa salahku?.. Air mataku mengalir deras, aku jadi ingat papa. “Pa aku rindu papa” lirihku.
Kini, hariku diwarnai kembali dengan tangisan. Teman-temanku yang melihat aku seperti ini kembali bingung. Mereka selalu bertanya pada ku “Fik, kamu kenapa?”. Dulu aku hanya jawab “Enggak apa-apa”, tapi kini aku mulai mencurahkan semuanya, mulai menceritakan apa yang selama ini terjadi. Untung teman-temanku mengerti perasaanku, mereka semua menghiburku.
“Udah Fik, nggak usah dipikirkan. Kan di sini masih ada kita” “Iya, Fik. Jangan sedih lagi, do’akan saja mereka, biar mereka menyadari perbuatan mereka” “Iya Fa, Re, Sya. Makasih ya kalian emang sahabatku yang paling baik” “Iya donk, kita kan SA” Ucap Iffa dan Rere. “Ha” ucap Tasya “Bat” ucapku mengakhiri. Kami semua terlarut dalam canda dan tawa.
Seperti yang sahabatku katakan, aku selalu berdo’a yang terbaik buat mama dan kak Rika, juga buat papa. Aku tetap sayang mama dan kakak, meski mereka bersikap tak adil padaku. Aku tak pernah bersedih lagi menghadapi mereka, karena aku mempunyai sahabat yang mengerti tentang perasaanku.
Aku iri Ketika melihat kak Rika dipeluk erat oleh mama. Aku berharap suatu saat nanti mama kembali berubah dan bisa memeluk erat kembali tubuhku. “Ma, aku rindu pelukanmu” lirihku…
Sekiann
Cerpen Karangan: Nida Nawilatul Afifah Facebook: Nida Rzm
Nama lengkap: Nida Nawilatul Afifah Nama panggilan: Nida Kelas: IX Mts. Shiddiq Al-farizy Hobby: membaca Alamat: Serang, Banten
Masih dalam tahap belajar untuk membuat cerpen, ini cerpen yg pertama kali aku kirim ke blog ini, semoga suka denga cerpenku ya…. Salam: Nida
Add yah Fb: – Nida Rzm – NidaaZa Ig: @nida_rzm