Aku duduk termenung meratapi pengalaman pahit yang masih tergiang di ingatanku iya strategi 5 tahun lalu, tanpa kusadari air mataku pun terjatuh membasahi sampai ke pergelangan tanganku.
“Fir…” sapaan yang sering dilontarkan oleh abangku, oh iya kenalin dulu namaku Fira Natasha, semua orang memanggilku dengan sebutan Fir. “Apaan sih bang fir fir fir abang pikir fira maklamfir” gerutuku kesal, “hahaha” tawa abangku Doni. “Udah yuk masuk lagi udah mau magrib ni dek abang juga mau siap-siap ke musollah dulu”, “kamu pergi mandi dulu sana” kata abangku.. kulangkahkan kaki tu ke dalam rumah sambil kujawab perkataan abgku “iya abang bawel”.
Aku hanya tinggal bertiga dengan kakak dan abgku, sejak kejadian itu kakakku udah menjadi seperti ibu bagiku dan abangku mirip seperti sosok ayahku. Ayah dan ibuku telah meninggal 5 tahun silam, kecelakaan pesawat yang merengut nyawa kedua orangtua kami yang sangat kami sayangi, waktu kejadian itu aku masih berumur 10 tahun.
“Fira… dek, panggil kakak tu kak Ina”, “iyaa kak” jawabku “ayo shalat magrib berjamaah dulu, bang doni udah duluan ke musollah..” “iya kak” jawabku
Selesai kami shalat bang Doni pun pulang dari musollah, “Don Fir makan dulu yuk siap makan Fira belajar dan Doni selesain tugas kuliahmu”, “iya kak” jawab kami serentak. “Enak sekali ya kakak masak, dapat sayur dari kebun ya kak” tanya bang Doni, “iya Don di kebun udah banyak sayur yang dapat dipanen, rencananya kakak besok mau ke kebun dulu sebelum berangkat kerja, Fira kamu besok pulang sekolah tolong masak ya dek soalnya kakak agak telat pulang kerja besok”, “iya kak” jawabku . “Fira mana jago masak enak gini” ejek abangku, “ye ilah bang, adek abang ini paling jago kalau masak tau…”, “apalagi masak air” sambil aku tertawa lepas, kk dan abang pun bertawa sambil menikmati makan malam.
Azhan telah berkumandang, subuh itu aku pun terbangun dan membangunkan kak ina, lalu kami pun shalat subuh berjamaah bersama bang doni sebagai imam, sesekali dia yang mengimami kami jika dia tidak shalat di masjid, karena kondisi bang Doni kurang sehat waktu itu jadi dia shalat di rumah, selesai shalat kami biasanya membagi tugas kak ina masak, bang doni nyapu karangan depan dan belakang, sedangkan aku berkemas di dalam rumah, begitulah kegiatanku setiap paginya bersama orang orang yang aku sayang.
“Dek fira kakak ke kebun dulu ya sebentar, kamu mandi dulu siap mandi sarapan dan siap-siap berangkat sekolah ya dek, Don anterin fira ke sekolah ya”, “iya kak” jawab abangku. Aku pun selesai mandi, sarapan, dan siap-siap ke sekolah. “Yuk bang” ajakku kepada bang Doni, “yuk Fir”, “aduh fir lagi fir lagi firaaa abang bawel ku”, hehe tawa abangku sambil memanaskan motornya pagi itu.
Di motor, bang doni bercerita tentang yang lucu-lucu terkadang membuatku tertawa terbahak-bahak. “Fira kamu anak yang cerdas deh di tengah-tengah lelucon bang doni terdengar dia seakan memuji ku “hahahaha, tawaku memang adek abang ini cerdas bang, abang baru tau rupanya, hehehe” Dengan nada serius bang doni menjawab, “dek kamu belajar yang benar ya dek biar jadi dokter seperti yang kamu cita-citakan”, “iya bang jawabku agak sedih karena mengingat nasehat ibu setiap pagi sebelum aku berangkat sekolah, kamu mewek dek fir abang ku menyadari lamunan ku, gak kok bang, fira ingat sama ibu dan ayah, fira rindu ibu dan ayah bang, sabar ya adek ku sayang, abang juga merasa kehilangan mereka dek tapi kita harus kuat dek ya ini udah takdir dari Allah dek”. Iya abang ku sayang jawab ku sambil tersenyum.
3 tahun kemudian, “Fira… Fira…” panggil sahabatku Intan, “Fir selamat ya kamu lulus di Universitas yang kamu inginkan” kata sahabatku yang super bawel ini, “kamu serius ntan, kamu jangan membuat aku jadi deg degan gini lah Intan”, “Ya Allah aku gak mungkin bohong lah Fir tentang masalah yang seserius ini” jawab intan, “yuk aku temanin kamu ke ruangan kepala sekolah”, mereka pun berjalan dengan agak tergesa-gesa karena penasaran dengan yang diucapkan oleh Intan barusan.
Di ruang Kepala Sekolah, “selamat ya Fira kamu memang anak yang cerdas” kata kepala sekolah, “memangnya ini ada apa ya kan” jawabku seakan tidak tau apa yang terjadi, “selamat Fira kamu lulus di Universitas favorit di kota ini dengan jurusan yang sesuai dengan yang kamu inginkan yaitu Kedokteran dan kamu juga mendapat beasiswa untuk kuliah disana”. Aku kaget terharu bahagia mendengar pernyataan kepala sekolahku tersebut, aku menangis bahagia sambil memeluk sahabatku.
Aku pun melangkah pulang ke rumah dengan membawa surat dari kepala sekolah yang berisi keterangan bahwa aku lulus di kedokteran, “kak ina bang Doni” panggilku dari halaman rumah. Kak ina sudah menikah 2 tahun yang lalu dengan pengusaha kue di kotaku, sedangkan bang doni telah lulus kuliah dan sekarang dia bekerja di salah satu perusahaan di kotaku, “ada apa fira” tanya abang iparku, “kak ina bang doni dan bang aan, Fira lulus kak bang fira lulus, Fira lulus masuk perguruan tinggi negeri dan masuk jurusan Kedokteran kak bang”, “oohh iya fir Ya Allah Alhamdulillah” peluk kakakku, tapi bang Doni berkata, “Fir kita mau pindah dari kota ini fir, kita akan pindah ke Jakarta fir”, “pindah bang kenapa pindah kak”, “fir ada amanah dari ibu kita harus mengelola perusahaan yang ada di Jakarta, dulu paman yang kelola usaha itu, sekarang paman telah meninggal Fir, jadi kita yang akan kesana untuk mengelola perusahaan itu”, aku kaget mendengar pernyataan kak ina dan bang doni, aku pun menangis dan berlari ke kamar. “Fir… fira…” panggil kakakku, aku pun menutup pintu kamarku dan menangis, “kenapa harus pindah, kota ini kan kota kelahiran kita kota dimana suka dan duka telah kita lewati”, aku menangis dengan sejadi-jadinya.
“Fir buka pintunya” panggil bang Doni, “Fir buka .. abang mau berbicara sesuatu kepada kamu”, setelah sekian lama abang berdiri di depan pintuku aku pun membukanya. Dan tiba-tiba aku terkejut, “selamat ulang tahun, selamat ulang tahun selamat ulang selamat ulang selamat ulang tahunnn adekku tersayang fira anatasya”, “jadi tadi kakak dan abang ngerjain fira ya”, gerutuku kesal, “hahahahaha” tawa abangku doni, “iya dek kamu lupa apa yaa hari ni tanggal 15 April masak kamu lupa ulang tahun sendiri”, “soal pindah gimana kak?” tanyaku kepada kak Ina, “siapa yang mau pindah” jawab bang Doni dengan tertawanya yang khas, “bang doni diam ah kan fira tanya kak ina”, “iya fir kita gak ada pindah kemana-kemana kok dek, memang mau ngapain kita pindah ke Jakarta kan kita gak ada sanak saudara disana, kita ke Jakarta bukan pindah dek, sebagai hadiah untuk fira dan doni kakak akan mengajak kalian liburan ke Jakarta”, “serius kak?” tanyaku seperti anak kecil, “iya dek serius”. “oh ya kakak bilang untuk hadiah Fira dan bang Doni, memangnya bang Doni kenapa kak?” tanyaku, “masa gak tau sih dek?” kata bang Doni, “iya aku gak tau lah kan gak dikasih tau, memang kenapa kak” tanyaku lagi kepada kak Ina, “bang Doni dipercaya oleh atasannya menjadi manajer dek jadi dia udah diangkat sebagai pegawai tetap di perusahaan itu dek”, “Ya Allah, Alhamdulillah” jawabku sambil memeluk abangku doni, “udah ah kamu ngapain mewek mewek di baju abang segala basah tau”, gerutu bang doni, “ye ilah abang ni sama adek sendiri aja kayak gitu”, “oke Fira Doni” kata bang iparku “besok lusa kita berangkat bawa semua keperluan kalian terus yaa, kita disana selama seminggu kita akan menginap di rumah saudara abang”, jelas bang aan kepada kami, “iya bang” “makasih ya bang” jawab aku dan bang doni serentak, “apaan sih fir ikutan jawab”, “abang duluan ikut fira”, sambil mengulurkan lidahku mengejeknya, kami pun berlari di halaman rumah yang penuh kenangan ini dengan tertawa di senja di itu.
Tamat
Cerpen Karangan: Elfina Blog / Facebook: Elvina Rossa Putro