Aku seorang pekerja keras, seorang lelaki yang hanya hidup bersama ibuku. Ayahku telah lama meninggal akibat sakit yang diderita. Mungkin ini sudah takdirnya, Aku yang masih duduk di kelas 2 SD harus kehilangan ayah dan ibuku harus membesarkan aku dan kakakku seorang diri hingga aku kini beranjak dewasa. Tidak ada hal lain lagi yang membuat Aku terpuruk selain Aku harus kehilangan ayah waktu itu. Tapi semangatku kini kembali setelah Aku melihat ibuku. Ibu yang kini jadi tanggung jawabku.
Kini di usiaku yang sudah beranjak dewasa, Ibuku kini sakit-sakitan, bahkan harus setiap hari ibuku mengonsumsi obat-obatan. Jika sehari saja tidak mengonsumsi obat, ibu akan merasakan sakit pada seluruh tubuhnya. Kadang Aku merasa kasihan pada ibu, tapi beginilah takdirnya.
Namun ternyata tidak hanya ini saja yang membuat Aku semakin sedih. Pasalnya Semenjak meninggalnya ayah kami tinggal bertiga ibu, aku dan kakakku, namun kini kakakku satu-satunya pergi meninggalkan Kami. Bukan meninggal, tapi ia entah kemana tak kunjung pulang bahkan tak mengenal ibuku lagi. Ia pergi bekerja 9 tahun lalu, dan kini entah dimana ia tak ingat pada ibu.
Ya, Kakakku Fandi kini jauh dari Aku dan ibu. Semenjak bekerja di NTB, kak fandi jarang pulang menjenguk ibuku apalagi Aku. Mungkin bukan karena alasan sepele kakakku memutuskan untuk meninggalkan Kami. Tapi lantaran sakit hati yang pernah kakakku rasakan semenjak ibuku melarangnya untuk menjalin hubungan dengan wanita beda agama. Mungkin rasa sakit tersebut yang membuat kakakku enggan untuk kembali atau sekedar kasih kabar pada Kami.
Dari inilah, mau tidak mau, urusan keluarga kini ada di bahuku. Aku belum pernah menikah dan belum ada keinginan untuk menikah karena Aku harus bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan keluargaku. Ide yang sangat buruk memang ketika Aku harus bekerja di luar kota demi uang dan meninggalkan ibu. Tapi itu Aku lakukan untuk memenuhi semua kebutuhan keluargaku.
Sudah sekian tahun lamanya, Aku bekerja mencari uang untuk kebutuhan. di usiaku yang semakin bertambah, dan begitu juga dengan usia ibuku yang semakin renta. Aku tak tega untuk meninggalkannya, akhirnya Aku kembali ke kotaku dan mencari pekerjaan di kotaku agar aku bisa menjaga ibuku. Namun itu tak masalah bagiku, karena ibuku adalah keluarga satu-satunya yang Aku miliki saat ini.
Di usianya yang semakin renta, rasa ingin memiliki cucu sudah lama terbesit di pikirannya. Namun karena Aku yang merasa belum siap untuk menikah, akupun belum bisa mewujudkan keinginan tersebut. “Rega, apa kamu ngga pengin menikah? Ibu ini sudah tua nak, ibu pengin punya cucu” begitulah kata ibuku waktu itu padaku. Kata-kata ibuku inilah yang membuat Aku menjadi berpikir untuk mencari sosok yang tepat yang tidak hanya bisa menjadi istriku, namun juga menjadi anak yang berbakti untuk orangtuaku. Karena kelak, ia yang akan mengasuh ibuku. sebab permintaan ibuku, Aku kini mulai menjalin hubungan percintaan dengan beberapa gadis di daerahku. Namun itu gagal karena ibuku tak menyetujuinya Aku menjalin hubungan dengan wanita tersebut.
Sudah beberapa wanita Aku pacari, mulai dari yang putih, orang sekantor, teman SMA. Namun setelah Aku bawa ia ke ibuku, tidak ada respon iya yang diberikan ibu. Ahhh bagaimana ini? Aku mulai menyerah, sudahlah Aku jomblo saja. Biarkan takdir yang menemukan Aku dengan jodohku. Pikirku kala itu. Kecewa memang karena Aku sudah berusaha cari yang terbaik, namun belum sesuai dengan kriteria yang diminta oleh ibuku.
Tapi entah mengapa, semenjak Aku memutuskan untuk menjomblo tiba-tiba waktu itu Aku salah sambung dengan wanita yang membuat Aku nyaman dengannya. Memang usia wanita tersebut setahun lebih tua dari Aku. Tapi karena kedewasaan yang dimilikinya membuat Aku nyaman dengannya.
Kenyamanan yang Aku rasakan dengannya menumbuhkan cinta diantara Kami. Jarak bagi Kami bukanlah halangan, perbedaan kota diantara Kami tidak mengecilkan niatku untuk memacarinya. Hingga suatu hari “sayang Aku ke rumah kamu ya” pintaku padanya. Ia adalah perempuan sunda asli yang berhati lembut. Namanya Refi, bagiku Dia selain sosok yang dewasa juga sosok yang penyayang.
Permintaanku ternyata dikabulkan, di hari yang pas dan dihari liburku Aku menyempatkan waktu untuk mendatanginya. Ini adalah kali pertamaku bertatapan langsung dengannya. Tidak ada yang beda dari yang Aku lihat pertama di foto BBM. Dia sama-sama manis, seperti yang Aku suka darinya. Meskipun Dia adalah seorang janda beranak 2 yang kini hidup sendiri tapi Aku tetap menyayanginya.
“Sayang Aku udah di terminal nih” hari itu Aku datang ke tempatnya. “ya sayang Aku kesitu ya nanti Aku jemput, dan kamu nanti nginep di hotel ya” “ya sayang” balasku. Ternyata tak lama setelah itu datang sosok yang Aku kenal, Dia wanita cantik yang Aku ceritakan pada Tuhan selama ini. Dia datang memakai jaket dan hijab yang tidak pernah lepas darinya. Hijabnya inilah yang menambah kecantikan pada dirinya, bahkan ia tidak seperti seorang ibu.
Di terminal, Dia sama sekali tak mengenaliku. Namun karena Aku melihatnya dahulu, Aku pun menyapanya. “De.. mas disini” tampak kaget ia melihatku. Memang Aku sengaja tak memberitahu apa pakaian yang Aku pakai saat itu. Terkejut ia melihatku dan langsung menyapaku. Perjalanan yang sangat jauh Aku tempuh dari rumah ke sini terbayarkan sudah saat Aku melihat kecantikan yang terpancar dari wajahnya. Oh tuhan… sungguh bahagia Aku memilikinya.
Pertemuanku kali ini adalah awal kebahagiaan yang Aku rasakan. Kebahagiaanku serasa begitu lengkap, karena Aku bisa bertemu dengannya di waktu yang tepat. Aku bisa langsung menatap wajahnya yang ayu, dan juga bisa merasakan genggaman tangan halus yang ia miliki. Seperti mimpi memang, Aku bisa bertemu dengan orang yang Aku kenal melalui media sosial. Tapi mungkin ini jalannya.
“Yang.. Aku mau keliling kota ini, kamu mau ajak Aku ngga” “tentu saja Aku mau sayang” ajakku padanya yang ternyata diberikan jawaban iya. Betapa bahagianya Aku. Hari itu Aku berkunjung ke berbagai daerah dan tentu saja Kami menghabiskan hari itu dengan tawa bahagia. “sayang makasih ya, kamu udah mau berkunjung kesini” suaranya membuka keheningan waktu itu. “ya sayang sama-sama, Aku senang juga bisa berkunjung kesin. Makasih waktunya ya, Kamu udah menyambutku dengan bahagia” ucapku sembari menatap wajahnya. Tapi entah kebahagiaanku harus berakhir karena Aku harus pulang dan bekerja. Aku tak menghabiskan waktu lama di Tasik. Hanya satu hari Aku berkunjung ke rumahnya dan menghabiskan waktu dengannya.
Hari itu juga Aku berpamitan dengannya untuk kembali ke kotaku. Lelah memang, tapi bagaimana lagi tuntutan pekerjaan yang mengharuskan Aku untuk kembali ke rumah saat itu juga. Tapi Aku bahagia, dengan waktu yang sebentar Aku bisa bertemu dengannya dan menatap wajahnya lebih dalam.
Sepanjang perjalanan pulang, tak ada apapun yang Aku rasakan selain rasa bahagia. Belum pernah Aku merasakan kebahagiaan seperti ini. Sesampainya di rumah “kamu darimana nak?” “main ke temen bu, kemarin Aku nginep disana karena perjalanan jauh” “oh begitu nak” “iya bu”. Awalnya Aku ingin menceritakan ini semua pada ibuku, tapi entah mengapa Aku rasa ini belum saat yang tepat untuk menceritakan semuanya pada ibu.
“ya sudah bu Aku masuk ke kamar dulu ya bu mau istirahat” “iya nak” tidak ada hal lagi yang Aku bicarakan malam itu. Aku masuk kamar dan Aku istirahat. Malam itu Aku tak dapat tidur, bahkan untuk memejamkan mata untuk sebentar saja Aku tak sanggup. Wajahnya yang ayu kembali tersirat di pikiranku, menjadikanku semakin tak dapat tidur. Sambil memandang fotonya, Aku membayangkan wajahnya. Dan tak terasa Aku sudah terbangun, ternyata Aku ketiduran saat Aku melihat fotonya.
Keesokan harinya, “nak bangun, sudah siang kamu kerja kan?” sontak Aku langsung bangun dan bergegas untuk mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Tak henti-hentinya Aku memikirkan Refi yang Aku temui kemarin siang, begitu cantiknya Dia. Tapi Aku jadi kepikiran, bagaimana Aku bercerita pada ibuku mengenai hal ini.
“Bu Aku berangkat kerja dulu ya bu” “iya nak hati-hati di jalan” Aku berpamitan pada ibu dan kembali menghabiskan waktuku di tempat kerja. Seharian penuh Aku bekerja tapi Aku tak patah semangat semua ini demi ibu. Begitulah yang ada di benakku saat Aku mulai merasakan lelah.
“Hey ga, ngelamun mulu. Ngelamunin cewek luuu yaaaa” “ah nggaaa za” Aku yang ketauan ngelamun dibuat kaget karena kehadirkan riza. “Ah sudahlah ayo pulang” ajakku padanya. Kami pulang dan kembali ke rumah.
Setiap hari Aku bekerja, pulang pergi. Namun tak lupa Aku untuk selalu mengabari refi. Tak terasa hampir 6 bulan lamanya Aku tak berjumpa dengannya. Ini karena keterbatasan waktu yang Aku miliki.. Berkali-kali refi memintaku untuk menemuinya, tapi apalah daya. Aku yang hanya seorang sales tak punya banyak waktu untuk menemui dirinya sebulan sekali. Karena hubungan jarak jauh yang Aku jalani inilah membuat hubunganku semakin renggang. Entah karena komunikasi yang kurang atau karena tak saling mengerti. Entahlah..
Yang pasti waktu itu Aku sudah menjelaskan semuanya padanya bahwa Aku belum bisa menemuinya lagi. Namun mungkin ini memang sudah waktunya Aku berpisah. Belum sempat Aku untuk menceritakannya pada ibuku namun harus berakhir begitu saja.
“Nak, bagaimana? Sudah punya calon yang bakal jadi istri kamu?” lagi-lagi ditengah kegalauanku karena putus dengan refi Aku dikagetkan dengan suara ibu. Ibu yang memang sudah ingin sekali menimang cucu menginginkan Aku untuk segera memiliki istri. Namun entah mengapa Aku belum menemukan yang tepat. “Belum bu, maaf yah bu” “ya nak gapapa cari istri yang baik, yang sholehah ya nak” “iya bu”
Tak ada kata lain yang Aku bahas dengan ibu selain mengenai istri dan istri. Memang, di umurku yang mendekati 27 tahun sudah banyak teman sebayaku yang menikah. Bahkan Mereka sudah memiliki buah hati yang semakin membuat ibuku iri. Aku yang lagi-lagi jomblo, dapat kabar bahwa temanku akan menikah. Dan Aku harus datang ke tempat tersebut sendiri.
“Rega, jangan lupa datang ke pesta pernikahan gue ya” “wah lo mau nikah ar? Selamat ya, akadnya kapan nih?” Lagi dan lagi temanku mengundangku untuk datang ke acara pernikahannya “besok minggu ga, lo libur kan ya? Dateng lah bawa pasangan geh biar ngga ngiri sama yang lain. Terus biar cepet nyusul” “hahaha iya siap dateng dah tapi ngga janji ya harus bawa pasangan” “haha dasar jones lu” ejek temanku waktu itu. Meskipun hanya menghubungiku melalui telepon tentu saja Aku tetap datang ke hari bahagianya.
Hari minggu sudah tiba.. “Bu, Aku mau dateng ke acara pernikahan ardi bu” “lah ardi nikah toh?” “iya bu” “ya udah salam ya buat mamanya ardi, maaf ibu ngga bisa dateng” Aku pamitan pada ibu, dan bergegas untuk dateng ke tempat ardi.
“Haaayy Ar, selamat ya gue ngga nyangka lo duluan nih yang ke pelaminan” sapaku waktu datang ke tempat ardi. “hey ya dong, lah lu kapan? Sampe kapan jones mulu? Nikah geh biar ngga ngiri sama yang lain haha” “ siap siap besok dah kalo ngga kesiangan” “hahaha bisa aja loh, ehh, lihat tuh ita temen SMA kita. Cantik kan ya? Kabarnya Dia jomblo loh ga” Seketika itu Aku langsung melihat ita, temen SMAku dulu. Memang cantik sih, “deketin ah” bisikku dalam hati. “hey ga, malah ngelamun” “ehhh ngga ar, hehehe dah ah” “yaudah duduk geh sana bareng temen”
Tak henti-hentinya Aku memandang Ita dari kejauhan. Aku mendekatinya “Ita, apa kabar ta?” “eh rega ya? Alhamdulillah baik, kamu gimana?” “alhamdulillah baik juga, boleh minta no hp?” “Boleh sini hpnya” “ya makasih ya ta”
Saat pulang ke rumah, Aku tak henti-hentinya memikirkan ita. Teringat nomor hp yang diberikannya tadi Aku pun mulai menghubunginya. “selamat malam ta, ini Aku rega” kutunggu balesannya, tak ada satupun sms masuk darinya. Mulai cemas, dan putus asa akupun meninggalkan hpku di kamar dan makan malam bersama ibu. Hal mengejutkan saat Aku kembali ke kamar dan mendapati ada sms masuk. Semoga itaaa.. pikirku dalam hati. Namun ternyata, bukan ita yang membalas smsku melainkan operator yang memberikan bonus padaku.
Cerpen Karangan: Sri Mularsih Facebook: facebook.com/client.y.naura