Nama dia adalah izfi ashyafa dia tinggal di pesantren Darul Jannah AL-Ma’wa. Panggil aja dia shafa dia termasuk santri yang rajin, pintar, dan disenangi banyak orang, termasuk keluarga dalem.
Perpisahan akhirussanah sebentar lagi akan diadakan di Pondok pesantren tersebut. Hari ini lagi nggak ada kegiatan alias free. Shafa termasuk santri yang mengikuti akhirussanah. Dia tinggal di Pesantren sudah 6 tahun. Sejak Mts hingga Ma dia di Pesantren ini.
Shafa seperti biasa disaat tidak ada kegiatan dia mengarang dan menulis puisi ataupun cerpen. Sejak tingkatan Sekolah Dasar dia hobby dengan kegiatan tersebut, hingga sekarang. Tiba-tiba datang wanita dengan wajah penuh kerinduan yang mendalam.
Shafa lalu menghampiri ibunya dan meninggalkan semua yang dikerjakan. Shafa memeluk ibunya. Setelah cukup lama berpelukan shafa dan ibunya berbicang-bincang pertama yang dibicarakan bagaimana keadaan shafa selama di pesantren ini.
Hal kedua yang dibicrakan shafa dan ibunya adalah tentang masa depan shafa, pembicaraan ini agak tegang tak heran shafa menanyakan ini dengan penuh hati-hati. Shafa menginginkan impiannya tercapai sementara ibunya menginginkan sebaliknya prinsip yang dipegang ibunya shafa adalah meskipun kesuksesan di Dunia tidak dapat, insyaallah kesuksesan Akhiratmu akan berjalan sesuai dengan apa yang kamu kerjakan saat ini di Pesantren. Shafa menolak bagi shafa tidak ada kata tidak mungkin seorang santri tidak bisa mengejar cita-cita atau kesuksesan dunia malah menurut shafa orang sukses adalah orang yang lulusan pesantren karena seorang santri tersebut mendapat Barokah dari Pesantren.
Setelah beberapa kali menyakinkan ibunya akhirnya ibu shafa luluh, ibu shafa mengizinkan shafa dengan syarat shafa ngabdi di Pesantren selama 1 tahun, lagi pula umur shafa baru menginjak 17 tahun Agustus yang akan datang.
Satu tahun telah berlalu, satu tahun pula shafa ngabdi di Pesantren sesuai yang diomongkan shafa dan ibunya satu tahun silam, ibu shafa datang untuk menanyakan kesiapan keberangkatan dan minta restu dari pak yai dan ibu nyai. Shafa dan ibunya berjalan menuju dalem, setelah mengucapakan salam ibu nyai datang menjawab salam dan mempesilahkan shafa dan ibunya duduk.
Pak yai dan bu nyai dengan heran menatap shafa, shafa memberanikan diri minta izin dari pak yai dan ibu nyai, pertama kali pak yai dan ibu nyai kaget atas keputusan shafa karena shafa adalah santri yang sudah dianggap putri oleh seorang kiai besar, sampai pak yai dan bu nyai berkenan mengkuliahkan shafa samapi lulus. Tapi tawaran tersebut tak menggohyahkan niat shafa untuk kuliah dengan hasil yang diterimanya.
Setelah mencium tangan ibu nyai dan pamitan sama pak yai, shafa dan ibunya pergi meninggalkan dalem, bu nyai dan pak yai melihat kepergian shafa karena sudah jelas shafa adalah santri yang disayang.
Akhirnya setelah beberapa jam perjalanan shafa dan ibunya tiba di rumah shafa tidak langsung menata bajunya karena mungkin shafa di rumah tidak lama hanya untuk mengurus keberangkatannya ke jakarta.
Orangtua shafa menanyakan keberangkatan shafa dan shafa menjawab dia akan berangkat mungkin satu minggu lagi setelah mengurus surat keberangkatannya ke jakarta. Sebenarnya orangtuanya mengingginkan keberangkatannya bulan depan tapi, Orangtua shafa tau sekali shafa punya keinginan pasti keinginan itu harus terpenuhi, jadi orangtua shafa tidak bisa melarang keberangkatan shafa karena sudah tau pasti shafa akan menolaknya.
Semua surat sudah siap kini shafa dan kedua orangtuanya berada di Stasiun untuk mengantarkan shafa ke Jakarta. Kereta api yang aakan mengantarkan shafa akhirnya datang shafa mempersiapkan dirinya dengan linangan air mata shafa menghampiri kedua orangtuanya. Dalam hati kecil shafa Bapak, Ibu doain shafa agar selamat sampai tujuan doain shafa juga agar shafa sukses disana.
Pandangan mata shafa tak henti-hentinya melihat kedua orangtuanya shafa mengusap air matanya dalam hati shafa, ini untuk masa depan aku dan keluargaku harus kuat.!!!!
Setiba di jakarta shafa nggak tau harus melangkahkan kakinya kemana shafa bingung shafa nggak punya siapa-siapa di jakarta. Hari hampir mulai gelap shafa belum menemukan tempat tinggal, ketika shafa ingin nyeberang jalan, shafa melihat ada ibu-ibu tua yang ingin menyeberang jalan karena banyak kendaraan sehingga ibu-ibu itu binggung. Shafa menghampiri ibu itu shafa membantu ibu itu untuk menyeberang jalan, setelah tiba di pinggir jalan. Ibu itu berterima kasih pada shafa dan ibu itu menanyakan kemana tujuan shafa shafa hanya diam lalu ibu itu mengerti dan faham bahwa shafa tidak punya tempat tinggal dan nggak tau mau kemana akhirnya ibu itu menawarkan tempat tinggal untuk shafa.
Setelah empat tahun di Jakarta Setelah sekian lama shafa berusaha akhirnya hari ini shafa menemukan kesuksesannya. Shafa sukses shafa menjadi penulis yang dikenal banyak orang banyak novel puisi atau cerpen yang telah terbit meski shafa penulis baru tapi shafa berada di ranting atas. Hari ini ada wawancara dengan shafa karena shafa berhasil mendompleng popularitasnya lewat karya-karyanya.
Shafa menyampaikan rasa terima kasihnya untuk berterima kasih untuk pak yai dan ibu nyai. pak yai Ainur rofiq dan ibu nyai Aisyah yang shafa anggap sebagai barokah dari beliau, lalu shafa berterima kasih untuk orangtua shafa yang telah mendukung shafa mendoakan shafa shafa sekarang sukses, ini yang shafa selama ini ingin buktikan shafa pasti bisa karena dengan ridha Allah tidak ada kata mustahil Dan lain-lain semua diungkapkan shafa hingga membuat orang yang melihat shafa akan tersentuh hatinya.
Kedua orangtua shafa bangga atas keberhasilan shafa, shafa yang tak lupa akan keluargannya memustuskan untuk pulang kerumah, shafa sengaja untuk tidak memberitahu kepada orang rumah kalau shafa ingin pulang. Setibanya di rumah, keluarga shafa termasuk ibu dan bapak shafa kaget campur dengan bahagia karena nggak disangka anaknya akhirnya setelah empat tahun silam, shafa nggak pulang dan sekarang ada di depan mata. Orangtua shafa langsung memeluk shafa dengan rasa rindu yang mendalam karena sejak kepergian shafa ke jakarta baru kali ini dia pulang ke rumah.
Keesokan harinya shafa bersiap-siap untuk pergi sowan ke keluarga shafa yang ada di pesantren pak yai dan ibu nyai. Setibanya di pesantren shafa masuk ke dalem dengan linangan air mata, ibu nyai yang selama ini merindukan shafa langsung memeluk shafa. Shafa disana dijamu dengan berbagai hidangan ini merupakan syukuran atas keberhasilan shafa pak yai sama bu nyai bangga memiliki santri seperti shafa meskipun dengan kesuksesan yang ia sandang sekarang tapi itu tidak melupakan awal ia tumbuhnya ia masih ramah ia masih ta’dzim dengan pak yai dan ibu nyai.
Cerpen Karangan: Shofia Ezzayna Blog / Facebook: Shofia Azzayna Shofia Ezzayna saya lahir di Rengel tuban Tanggal 02 Agustus 2001 sejak aku duduk di sekolah dasar aku hobbi menulis tapi menulis puisi beranjak sekolah di MTS dari puisi beralih ke cerpen sampai sekarang, semoga apa yang aku inginkan menjadi seorang penulis bisa terwujud