Ini tentang kucing kesayangan keluarga kami. kucing kesayangan Ayah & Adikku. Semua berawal dari keunikan yang diberikannya dengan bulu halus berwarna hitam berkilau ditambah dengan bulu berwarna putih yang tertata rapi di sepanjang hidung hingga bagian perut, serta garis putih di setiap pergelangan kakinya, Cantik & unik pastinya. Setiap hari kucing itu selalu muncul dari balik tumpukan kayu, di tempat Ayahku bekerja. Entah dari mana asalnya, yang jelas kucing itu hanya hidup sendiri, tanpa saudara/ibunya yang mendampinginya. Hampir setiap hari Ayahku selalu menceritakan keberadaan kucing itu kepada kami, hingga Ia berencana ingin membawa kucing itu kerumah. Aku, Ibu & Adikku menyetujui rencana Ayahku itu, terlebih Adikku yang sangat suka bermain dengan kucing.
Keesokan harinya ayahku membawa kucing itu ke rumah, senang rasanya punya peliharaan baru, jadi lengkap deh, ada Kelinci, marmut & kucing juga. Begitupun dengan Adikku, ia sangat senang karena punya teman bermain, terlebih seekor kucing yang lucu dan unik. Sablo, ya itulah namanya, nama yang diberikan langsung oleh Ayahku.
Saat pertama berada di rumah, Sablo tampak begitu pemalu, terlihat dari gerak-geriknya, yang cenderung diam bila dihampiri & dijahilin, Seakan tak tahu apa yang musti Ia lakukan. Mungkin belum bisa beradaptasi dengan lingkungan yang barunya ini kali ya hehehe.
Entah kenapa, Kami sekeluarga seakan terhipnotis dengan keberadaannya, perhatian kami selalu tertuju padanya. Rasanya setiap saat kami tak ingin berada jauh darinya, kangennn bila seharian nggk ketemu. Keunikannya & kelucuannya lah yang membuat kita selalu kangen padanya.
Satu bulan berlalu, Sablo sudah tidak malu-malu lagi, ia sudah bebas bergerak kesana-kemari, sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setiap hari ia selalu tidur di kasur tempat tidurku, bertiga bersama Adikku. Saat ada kesempatan, Sablo menyusup masuk ke dalam kelambu kamarku, tak jarang ia tidur persis di tengah-tengah antara Aku dan Adikku.
Saat kami bangun, Sablo selalu menyambut kami dengan suaranya yang khas, seakan menyapa kami dengan manis, meminta makanan sarapan paginya. Kadang kami merasa bersalah saat kami tak bisa memberikan makanan yang sehat untuknya, aku cuma bisa berharap dan berdoa padaNya, semoga kami diberikan rezeki yang banyak untuk membeli Ikan ya?, untuk makananmu sablo.
Setiap hari Sablo selalu membawa keceriaan di keluarga kami, banyak moment yang kami abadikan saat bersama dengannya, entah moment yang menyenangkan atau menjengkelkan.
Sablo jadi semakin dekat dan jinak pada keluarga kami, bahkan tetangga kami. Tingkahnya yang lucu, membuat semua orang tertarik ingin menjahilinnya, tak hanya itu bulunya yang Unik membuat semua orang memuji akan keindahannya.
Tidak terasa, Sablo mulai dewasa ia mulai nakal, jarang pulang, suka main di seberang jalan, kalo manusia mungkin lagi masa-masa pubernya, nyari-nyari jati diri & mulai nyari lawan jenisnya. Tak bisa terhitung berapa lama kebiasaan itu Sablo lakukan, berulang-ulang bahkan hampir setiap malam.
Entah malam itu malam apa, aku sendiri sudah lupa, tapi kejadian itu takkan pernah terlupakan oleh kami semua, Sablo pergi dengan cara seperti itu. Terlindas atau tertabrak, entahlah aku tidak tahu pasti yang jelas saat kejadian itu, Sablo berlari dan terhenti tepat di depan rumah lalu tergeletak dan akhirnya Sablo pun pergi. Rasanya sedih sekali saat mengetahui hewan yang kita sayangi itu pergi(mati). Adikku pun sangat sedih, bahkan saat mengetahui sablo itu mati, air matanya terus saja mengalir, jadi ikutan terharu.
Doaku, doa kami untukmu Sablo, semoga disana kamu bahagia, punya banyak teman, banyak makanan & banyak yang sayang kamu, maafin kami ya, yang belum bisa jagain kamu.
Sablo we love You
Cerpen Karangan: Diki Wawan Blog / Facebook: Diki setiawan