“Ren, tolong bawakan mobil gua ke kediaman gua tapi ingat jangan terlalu dekat yah ren?” Ucap fendiani geri kepada reno orang kepercayaannya sekaligus sahabatnya. “Tenang ndi gua udah tau juga kali!!! Kayak lu kagak kenal gua aja.” Balas reno dari seberang telepon sana, disusul bunyi “TUT” yang menandakan bahwa telepon sudah dimatikan.
Tidak sampai dua puluh menit ada bunyi dering di hp fendiani, yang berarti ada notif yang baru saja masuk, tidak usah dilihat-pun fendi sudah tau kalo itu notif dari reno. Fendi yang tadinya memoles mukanya dengan sedikit bedak langsung beralih ke salah satu ruangan yang ternyata di dalamnya terdapat jejeran high heels, tas, sepatu kets, bahkan ada senjata seperti pisau, pistol dari yang redam suara juga yang tidak redam suara.
Fendi keluar dari ruangan itu setelah mengambil tali untuk turun ke lantai satu, yaa dia sekarang berada di lantai tiga. Dia mengikat tali tersebut ke pagar pembatas balkon kamarnya dengan kencang supaya kuat, fendi langsung turun ke bawah seperti orang memanjat tebing namun dia bukan memanjat melainkan turun dengan lancar tidak kesusahan karena memang fendi sudah ahli dalam bidang ini.
Ketika sudah dibawah fendi langsung keluar lewat gerbang belakang rumahnya yang biasanya dipakai saat ingin joging pagi, karena gerbang belakang rumahnya cara cepat untuk sampai ke taman. Dari jauh reno sudah melambaikan tangannya dan fendi pun menghampirinya kemudian langsung masuk ke dalam mobil yang disetir reno.
Di perjalanan reno menanyakan tujuan mereka malam ini “kita mau kemana ndi sekarang??” fendi yang awalnya menatap jalanan lewat kaca sampingnya menjawab tanpa mngalihkan pandangan matanya ke lawan bicaranya “kita ke tempat balapan aja ren, udah lama juga kagak balapan”.
Mereka sampai di arena balap dan fendi langsung menghampiri temannya endang, rendi, mita, fimo. “Wiss, ada angin apa si ratu main kesini” ucap rana dengan nada agak dilambatkan, fendi hanya menganggapnya angin lalu “oh jadi gini nih yang namanya orang yang gak punya telinga, hah paling juga mau ngadu ke fimo soal bonyoknya yang nelantarin dia” ujar salah satu teman rana dengan nada mengejek. “Gimana kalo kita adu balap aja biar kagak banyak omong, dan yang menang harus pergi dari arena balap ini” tantang fendi ke rana.
Fendi akhirnya yang memenangkan balap mobil itu “Ok, karena lu yang kalah mending cepet-cepet dah pergi dari sini dasar b*tch!!!” ucap fendi sarkatis namun rana ingin menampar fendi tapi tertahan oleh tangan seseorang yang berada di belakang fendi lalu orang itu melepaskan cekalan tangganya dan menyuruh rana pergi.
Fendiani POV Gua ngerjapin mata gua, kala matahari mengintip di celah jendela balkon yang tidak tertutup selambu, jam menunjukkan pukul 06.00 dan gua langsung bangun menuju kamar mandi.
Gua udah siap dengan seragam kebanggan sekolahan gua dan dandanan setan gua, gua menuruni tangga menuju meja makan. Dan disana sudah terdapat kedua orangtua gua dan kakak serta adik gua “pagi semua!” sapa gua namun tidak ada jawaban dari mereka.
“Twins ayo kita berangkat” ucap papa kepada kakak dan adik gua, yah sebenarnya gua sama saudara gua kembar tiga namun kita disekolahkan berbeda gua disekolahkan di sekolah biasa yang rata-rata muridnya memiliki kemampuan biasa juga. Dan adik kakak gua disekolahkan di sekolah yang rata-rata muridnya mempunyai kemampuan yang luar biasa. Gua dianggap tidak ada jika di rumah.
Gua berangkat tanpa berpamitan. Gua jalan kaki menuju ke halte, di jalan ada sebuah mobil yang lewat di genangan air yang kemudian air itu mengenai baju gua dan gua liat plat mobil dan warnanya ternyata itu mobil yang dikendarai oleh ayah serta kakak adik gua.
Di sekolah gua dibuly karena gua adalah nerd yah, kalo di sekolah ataupun di rumah gua ngubah style gua kayak nerd. Gua pakai bedak hitam untuk semua muka serta leher, tangan, kaki dan gua pakai kacamata bulat, gua pakai kawat gigi pasangan dan rambut gua kuncir dua. Ketika gua jalan di koridor ada geng yang anggotanya cewek semua lagi nongkrong dan gua mau lewat, belum sampai di tempat mereka saja gua udah dihadang dan gua dikerjain habis-habisan.
Di kelas banyak yang nyapa dan gua terlalu bingung karena tumben banget setengah siswa-siswi kelas nyapa gua dan mereka juga bukan nyapa gua doang tapi seluruhnya seperti saling mengakrabkan dirinya masing-masing.
“Ndi reno mana? Kok tumben kagak bareng lu” tanya fani temen sekelas saat gua baru duduk di bangku. “Re-reno mung-kin masih di-di jalan” jawab gua dengan gagap yah sebenarnya sih buat ngelengkapin penyamaran gua. Lalu fani ninggalin tempat gua menuju bangkunya, bel masuk udah bunyi dan pelajaran dimulai.
Di kelas gua disuruh ngerjain soal yang ada di papan sama pak bobom dalam hati gua ngumpat kesal karena gua harus ngarang rumus biar salah jawabannya. Pak bobom ngajar matematika. Setelah ngerjain soal di papan gua duduk dan diceramahi sedikit karena jawaban gua salah, gak lama bel istirahat lima belas menitnya langsung masuk lagi dan jam pulang sekolah juga berbunyi.
Di kamar aku tiduran sebentar dan gak lama ada yang buka pintu kamar gua disusul dengan dua orang yang masuk ternyata itu kak fandi sama adek gua fani, mereka geledah semua lemari gua dan membuat pakaian yang tadinya rapi jadi berantakan dimana-mana. “Fan lu nyari apa?” tanya gua dan dijawab dengan “dimana kartu atm lu?” jawabnya tanpa menghentikan kegiatannya dan dia berhenti setelah mendengar suara fani yang mengatakan bahwa dia sudah menemukan benda itu. Lalu mereka pergi meninggalkan gua dengan kamar yang berantakan.
Malamnya di meja makan yang suasananya canggung dan mencekam kemudian ada suara bariton yang gua kenal “fen buat apa kamu menghabiskan uang 1.500.000 dalam sehari ini?” ucap papa kepada gua dan gua hanya diam melirik dua orang yang tadi membuat kamar gua kayak kapal pecah karena mereka yang memakai uang sebanyak yang papa katakan tadi. Setelah makan dengan suasana canggung dan mencekam itu selesai gua menaiki anak tangga pertama namun terhenti karena ada kaki yang membuat gua jatuh dan ternyata mereka fandi dan fani yang melempar kartu atm punya gua, kemudian mereka mengatakan kepadaku kalo mereka memakai uang tidak banyak seperti yang disebut ayah lalu mereka pergi ninggalin gua.
Keesokan harinya saat gua ingin memoleskan bedak hitam ke tubuh pintu tiba-tiba terbuka muncul fani yang membawa kertas semacam laporan dari rumah sakit namun seperti punyaku yang ada di resto pusat milik gua. “Ini maksudnya apa ndi?” tanyanya sambil melempar laporan itu ke gua, gua membuka laporan itu mengecek apakah itu benar milikku dan ternyata benar “dari mana lo dapat ini!!” tanya balik gua dengan suara yang cukup keras membuat fani mundur selangkah mungkin karena dia kaget gua bisa jadi bringas “lupain ini semua fan, ini bukan apa-apa jadi lupain ini semua berlagak seperti biasa aja jangan mengungkit ini” lanjut gua lembut tidak seperti tadi.
Namun fani mengatakan bahwa dia akan memberitahu ke mama papa soal laporan yang menyatakan bahwa gua sempat mengalami gangguan jiwa dan laporan dari polisi yang juga menyatakan percobaan bunuh diri, tapi aku mengancamnya dan dia keluar gua langsung mengunci pintu kamar gua lalu membakar laporan itu dan tidak sengaja apinya mengenai kelambu yang membuat kamar kebakaran, gua langsung menuju kamar mandi mengambil air dengan ember menyiramkan ke api tersebut namun api tambah membesar.
“Ukhuk-ukhuk” batuk fani di ruang tamu dan mama heran kenapa fani bisa batuk padahal tidak ada asap namun tidak lama papa mencium ada bau gosong dari lantai atas dan papa melihat seperti ada asap. Papa menyuruh fandi membawa fani dan mama keluar karena papa akan menyelamatkan fendi.
Di kamar fendi terus mencoba memadamkan api karena sudah tidak kuat dengan asap api dan fendi juga mempunyai riwayat asma ketika fandi mendorongnya waktu itu karena saat dia memukul fandi di balapan dan fandi membalasnya di rumah dengan mendorong fendi sampai dadanya berbenturan dengan sisi meja, fendi akhirnya pingsan di dalam kamar mandi.
Di luar mama bersikeras ingin masuk menyelamatkan fendi namun fandi melarangnya karena sudah ada papanya yang akan memadamkan dan menyelamatkan fendi tapi memang dasarnya mamanya yang entah kenapa sekhawatir seperti ini akhirnya dia mengalah mengatakan dia yang akan masuk membantu papanya memadamkan api dan menolong fendi.
Ketika fandi masuk ke dalam ratu (mamanya three f) masih tidak tenang kemudian masuk menuju lantai tiga kamar fendi namun pintu terkunci dari dalam. Ratu memanggil fandi untuk menyuruhnya untuk mengambil kunci cadangan kamar fendi. Setelah pintu terbuka asap sudah memenuhi kamar fendi, ratu memanggil nama fendi namun tidak ada sahutan dari fendi.
Bunyi air dari kamar mandi yang sudah penuh membuat ratu menyadari bahwa fendi pasti di kamar mandi. Dan ratu menemukannya Dan menepuk pipi fendi supaya dia sadar namun tidal Ada hasil Dan dia memanggil Ben suaminya.
Di rumah sakit fendi belum sadarkan diri, ratu masih setia menunggu kesadaran fendi Dan ratu ingin dia Yang pertama dilihat oleh fendi ketika sada dia sadar. Ratu menyesal karena telah berbuat tidak adil kepada fendi dan lebih memanjakan fandi dan fani, dia masih ingat bagaimana cara dia bersikap kepada kedua anak yang dia manjakan juga dia lebih memperhatikan kedua anaknya itu dan tidak memperhatikan fendi.
“Ma… kamu harus makan udah dua hari kamu tidak makan dan bergerak malahan kamu diam terus menangis dan menyesali semua sikap yang bahkan aku juga ikut andil dalam semua ini” ucap ben yang baru saja masuk dengan menenteng kotak yang berisi makanan yang baru dibelinya, kepada istrinya. “Nggak pa, mama salah karena tidak bisa bersikap tegas. Papa ingat? Dulu ketika fendi yang menangis karena merusakkan robot dan boneka barby fandi dan fani. Kemudian fandi dan fani meminta mainan fendi juga uang jajan fendi untuk menggantikan mainannya yang rusak, mama pikir mereka akan melupakan kemauannya besoknya, tapi dari situ mereka malah menjadi dengan merubah nama piagam juga rapot fendi dengan nama fani dan fani merubah rapotnya dengan nama fendi. Dan waktu kita lebih mempercayai fani dan fandi saat fani berbohong mengatakan bahwa fendi yang merebut rapot dan piagam fani tapi tidak jadi karena fandi yang memarahinya. Dan saat kita meminta penjelasan siapa yang benar dan fandi menjelaskan juga kebohongan yang fani ucapkan bahwa itu adalah benar, juga kala fendi yang dengan tangis yang parau bahwa semua yang dikatakan fandi dan fani bohong kita mempercayai fandi dan fani dan kita memberi hukuman kepada fendi yang padahal tidak berbohong dengan hukuman tidak boleh ikut berlibur ke rumah neneknya dan_hiks-hiks” jelas ratu panjang lebar dengan suara parau dan akhirnya menangis “Dan dari situ sikap kita berubah kepada fendi pa! Hiks hiks hiks, mama lebih banyak bersikap kasar jika fendi melakukan kesalahan bahkan mama menampar dan menjambak rambut fendi ketika dia berbuat salah pa! Mama jahat-hiks-hiks mama jahat” lanjut ratu dengan tangis yang benar benar tidak bisa ditahan dan ben mendekap ratu kedalam pelukannya.
Dua minggu kemudian “Maafkan mama fen, mama menyesal dengan semua sikap mama kepada kamu… Mama hiks hiks mama benar-benar minta maaf. Semoga kamu tenang di alam sana” ucap ratu saat mengantar kepulangan fendi kembali ke sisi allah.
Cerpen Karangan: Dini Pramesti Sumitra Blog / Facebook: rohmatul ummah Nama saya dini pramesti sumitra saya berasal dari jauuuuh banget