“04 Agustus 2002 pukul 21.15, kamu lahir. Tangisanmu membawa kebahagiaan bagiku dan ibumu. Wajahmu cantik mirip ibumu. Setelah satu tahun menikah akhirnya kamu ada. Kamu yang membuat suasana rumah jadi ramai, dengan tangisanmu dan tawa ceriamu. “Annisa Azizah” yang artinya “Perempuan Mulia” nama itu kuberikan padamu. Nama yang menjadi doa untukmu, semoga kamu menjadi perempuan yang mulia akhlaknya, mulia ilmunya, mulia perkataannya, dan selalu memuliakan orang lain. Aku sangat bersyukur melihat kamu tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, cantik dan ceria.
Saat kamu duduk di bangku SD, kamu masih manja denganku atau ibumu. Aku sangat rindu tingkah manjamu itu. Kamu suka boneka, kamu suka eskrim, kamu suka balon, kamu suka kucing, dan kamu suka bermain dengan hujan. Kamu tidak suka gelap, saat gelap tidak ada cahaya lalu kamu akan menangis dan menjerit, saat itu aku akan langsung memelukmu.
Saat kamu duduk di bangku SMP, kamu sudah lebih mandiri dan berani. Kamu anak yang berpretasi dan membanggakan aku dan ibumu. Kamu sering mengikuti lomba pidato, lomba puisi, lomba menyanyi, dan kamu selalu mendapat juara. Kamu mulai menghabiskan waktu dengan teman-teman sekolahmu. Kamu juga sudah bercerita tentang laki-laki yang kamu sukai. Aku pernah bilang padamu “Kalau Nisa mau pacaran boleh, yang penting jangan sampai mengganggu belajar dan sekolahmu” Tapi kamu malah menjawab “Enggak yah, Nisa belum mau pacaran dulu. Nisa mau fokus sekolah dan punya banyak prestasi” Aku dan ibumu memelukmu dengan sangat erat.
Saat kamu duduk di bangku SMA, kamu menjadi remaja yang cantik. Banyak laki-laki yang mendekatimu. Tapi kamu tidak mempedulikan mereka, kamu hanya memikirkan sekolah dan prestasimu.
Dan saat itu adalah saat mimpi buruk itu terjadi. Ibumu yang sedang pergi ke pasar mengalami kecelakaan maut, dan itu merenggut nyawa ibumu. Aku kehilangan satu bidadariku. Kamu menangis aku memeluk menenangkanmu.
Suatu malam kamu memelukku erat, sambil menangis kamu berkata “Aku sayang Ayah” Aku balas pelukanmu dan menghapus air matamu. “Kamu dan Ibumu adalah orang yang paling Ayah sayangi, dan meskipun kamu kehilangan Ibumu, kamu harus tetap tegar. Kamu harus tetap menjadi Nisa yang cerdas, ceria dan berani. Ayah selalu bersamamu, Ayah selalu mendoakanmu dan mendukungmu. Ayah sangat menyayangimu”.
Kamu terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Denyut nadimu sudah tak berasa, nafasmu tak berhembus lagi, wajahmu pucat. Aku panggil-panggil namamu, aku tepuk-tepuk pipimu, kamu diam saja tak merespon. Aku menangis memelukmu.
Penyakit kanker itu merenggut nyawamu, aku kehilangan lagi satu bidadariku. Saat penyakit itu kambuh, aku selalu menceritakan kisah hidupmu, dan itu membuatmu merasa tenang. Dan sekarang, adalah menjadi cerita terakhirku untukmu. Kini aku hanya bisa melihat tempat peristirahatan terakhirmu, bersama ibumu di sampingmu.
Aku mencintai kalian bidadari-bidadariku. Semoga kalian tenang diaurga sana.
Cerpen Karangan: Munfarida Facebook: idaa idoot (Munfarida) Ini adalah kali pertama saya mengirim cerita saya. maaf kalau masih banyak kekurangan penulisan ceritanya. semoga bermanfaat saya tunggu kritik dan saran teman-teman sekalian.