Namaku Azzam Abdullah alhafidz. Kini usiaku 21 tahun. Orang biasa memanggilku dengan sebutan hafidz, ada juga yang menyebutku mas azzam, sebutan itu diberikan oleh sahabat-sahabatku kebetulan aku memang lebih tua dari mereka. Aku akan menceritakan sedikit pengalaman hidupku. Aku adalah seorang anak yang dibesarkan di panti asuhan. Pemilik panti mengatakan bahwa ibuku menitipkan diriku di panti ini pada saat usiaku 1 tahun, aku bingung mengapa ibuku melakukan hal itu apakah ia tidak menyayangi aku? aku selalu bertanya tanya akan hal itu, namun ibu panti selalu tidak memberi jawaban.
Meskipun aku dibesarkan di panti asuhan namun aku sangat bahagia karena aku diajarkan nilai-nilai agama dan kesopanan bahkan pemilik panti sudah menganggapku sebagai anak sendiri. Sedari kecil aku sudah diajarkan hidup mandiri, aku diberi pendidikan yang layak oleh orangtua angkatku. Aku senang tuhan mengirimkan orang sebaik dirinya. Saat ini aku telah lulus dari universitas islam negeri, aku berniat melanjutkan S2 ke perguruan tinggi di luar negeri sebagaimana targetku ingin menjadi lulusan universitas al azhar, kairo. Aku sangat ingin menimba ilmu disana. Namun itu satu ketidak-mungkinan bagiku karena aku harus meninggalkan panti asuhan. Sebagaimana kalian tau aku adalah tulang punggung panti asuhan sekarang. Setiap kali aku ingin pergi aku selalu terpikir anak-anak yatim yang membutuhkan kehadiranku disini. Lagipula aku sudah berjanji akan mengabdi pada panti asuhan ini nanti jika aku menjadi orang yang sukses. Sebenarnya selain mimpiku ingin study disana aku juga ingin mengubah presepsi seseorang bahwa anak panti juga bisa mengubah dunia.
Malam ini udaranya sangat sejuk sekali, aku menatap bintang di atas langit dari jendela kamarku. sungguh indah ciptaan tuhan, ucapku. Andai saja aku menjadi salah satu diantara bintang di atas maka pasti ibu bisa melihat diriku, begitulah aku berharap suatu saat ini aku bisa bertemu dengan ibu kandungku meskipun ia mungkin tidak ingin bertemu denganku.
Beberapa hari sebelumnya aku sudah mendaftar program beasiswa, dan aku dinyatakan lulus universitas yang kuinginkan. Aku sudah melewati semua proses mulai dari registrasi tes tertulis dan wawancara. Aku sangat ingin membagi kebahagiaan ini namun aku merasa aku harus mengubur dalam-dalam mimpiku itu. Lagipula aku sudah menyelesaikan program S1, itu sudah lebih dari cukup.
Pagi itu aku berjalan ke masjid untuk melaksanakan sholat subuh, aku bersama anak-anak panti lainnya melaksanakan sholat berjamaah. Sehabis sholat aku mendengar keributan di depan masjid. Aku melihat beberapa pemuda yang sedang menghakimi satu orang gadis. Aku bertanya apa yang sedang terjadi. seorang pemuda mengatakan bahwa gadis ini sedang mengemis, aku lalu bertanya pada gadis itu “apakah itu benar wahai hamba Allah?” Tanyaku. “Tidak, saya disini berdagang tapi dagangan saya dicuri”. “Kalian lihat sendiri musibah menimpa dirinya, kita tidak boleh menghakimi tanpa tau dulu perkara”. Setelah kejadian itu para pemuda itupun pergi meninggalkan kami. “Wahai muslimah dimanakah engkau tinggal?” tanyaku. “Namaku khodijah aku tidak memiliki tempat tinggal kedua orangtuaku mengusirku karena tidak ingin dijodohkan dengan pilihan mereka”, ucapnya. Aku kemudian mengajaknya menuju panti dan aku mengenalkannya pada ibu panti dan ibu mengizinkan khodijah untuk tinggal disini. Hari demi hari khodijah pun bisa menyesuaikan diri dan menjadi bagian dari panti asuhan ini.
Khadijah menemui aku dan mengatakan “silahkan mas azzam pergilah kejar cita-cita mas”. Aku langsung merasa bingung dengan ucapan khodijah. Khadijah mengatakan bahwa ia mengetahui semuanya dari ibu karena dari dulu ibu tau aku ingin melanjutkan study namun ibu merasa aku sudah banyak berkorban untuk panti. Di sela pembicaraan ibu datang dan mengatakan bahwa aku juga berhak mendapatkan sesuatu yang kuinginkan, khodijah bilang “mas azzam tenang saja serahkan semua masalah panti pada khodijah”. Khodijah adalah gadis pintar dan pandai mengelola keuangan. Sehingga aku akan tenang jika khadijah yang mengurus panti ini. Aku rasa khodijah adalah orang pilihan yang dikirimkan tuhan.
Setelah beberapa hari setelah kejadian itu, hari keberangkatanku ke mesir tiba. Aku mengatakan pada ibu bahwa aku tidak ingin di kepergianku ada air mata. Ibu berpesan padaku bahwa aku bisa bertemu dengan ibuku disana karena ibu panti sudah mendaptakan kabar dan mengetahui alamatnya dan ibu pun sudah mencatatnya dan memberikannya padaku. Aku mengucapkan salam perpisahan pada semua orang. Dan aku segera berangkat menuju bandara. Awal baru akan dimulai dalam hidupku, sebuah perubahan besar akan terjadi.
Setelah beberapa lama di perjalanan aku tiba di tujuanku sungguh indah ciptaan tuhan, mesir dengan bangunan-bangunan megah dan pyramid serta pemandangan alam lainnya. Aku menyandang tasku dan mengangkat barang-barangku ke dalam bus. Aku akan menaiki bus menuju tempat kos. Pada saat aku duduk, aku mendengar seorang gadis memanggilku “lausamah, anta min indonesi?” “anda juga dari Indonesia”, ucapku. Gadis bercadar itu mengangguk menandakan ia mengatakan iya. Percakapannya hanya sampai disitu karena kami merasa canggung.
Setelah turun dari bus akhirnya aku sampai, inilah yang kuceritakan dari awal di tempat penginapan aku bertemu beberapa orang dari Indonesia dan kami tinggal bersama. Aku memang orang baru di tempat ini namun akulah yang lebih banyak memberi aturan pada mereka untuk bersama sama menyelesaikan pekerjaan yang ada.
Setelah beberapa hari aku pergi untuk mencari alamat orangtuaku, lebih tepatnya ibu kandungku. Aku punya harapan yang besar aku akan menemukannya di negeri orang ini. Tiba-tiba ada angin kencang dan alamat di tanganku terbang menuju keranjang seorang gadis. Gadis itu adalah gadis yang sama yang kutemui di bus. Aku rasa kami ditakdirkan untuk bertemu. Lama kelamaan aku menyimpan rasa padanya tapi diam adalah cara terbaik dan kata rasul jika sudah siap baru kita akan melamar dirinya. Tanpa aku sadari gadis itu ternyata bergegas untuk pulang. Aku mengejarnya masuk taksi namun aku harus menolong seorang nenek tua akhirnya aku kehilangan jejak. Aku pun akhirnya menuju al ahzar untuk talaqqi.
Hari demi hari, bulan demi bulan,tahun berganti tahun aku menjalani hari hariku di mesir. Bersama para sahabatku, adam, agus, yendra, danu dan tentunya 1 tahun lagi study ku selesai, aku menelepon ke panti asuhan dan mengatakan bahwa aku akan segera kembali dan membawa gelar master untuk ibu, lantas ibu bertanya “apakah sudah kutemukan alamat itu, dan apakah sudah ada gadis di dalam hatiku?” aku menjawab pertanyaan ibu dengan nada tertawa. “Jodoh itu rahasia Gusti Allah bu”. Tanpa aku sadari khodijah pun ternyata ikut mendengarkan, “Assalamu’alaikum mas azzam, apa kabar?” teleponnya langsung terputus karena masalah jaringan.
Masalah ada gadis yang menempati hatiku memang sudah ada, namun ada saja hal yang membuat aku merasakan keraguan, kalian harus tau sudah 3 tahun aku menetap di mesir dan aku juga sudah mengenal nama gadis waktu itu, rufaida al aslamiah. Nama yang indah bukan. Begitupun dengan khodijah. Nama istri pertama yang sangat dicintai rasulullah. Aku merasa bahwa aku tidak akan memikirkan ini sebelum lulus karena akan membuatku tidak fokus.
Akhirnya setelah satu tahun aku pun menyelesaikan study dan aku berhasil meraih mimpiku itu. Dan aku pun sudah mempertimbangkan aku akan segera melamar aslamiah dan soalan ibu kandung aku sudah lelah mencarinya beberapa tahun belakangan ini. Hari ini aku memantapkan diri menemui orangtua aslamiah, sambil melihat foto masa kecilku bersama ibu panti aku berjalan menuju rumah aslamiah.
Aku sudah mengutarakan semuanya, dan Alhamdulillah keluarganya menyukai aku. Mereka tidak menilai seseorang dari kekayaan namun dari akhlak dan perilakunya. Pada saat aku mengambil sesuatu dari dompetku foto masa kecilku terjatuh. Ibu dari aslamiah mengambil foto itu. Aku kaget ia mengatakan nama ibu panti. Bagaimana ia bisa tau, apakah ia mengenalnya? aku bertanya-tanya. Ia kembali “mengucap siapa gerangan dirimu nak, namamu sama dengan nama anakku yang dulu pernah aku tinggalkan”. Air mataku langsung menetes, selama ini wanita yang aku cari adalah orang yang sama dengan ibu dari wanita yang kupinang. Karena merasa semua tak mungkin aslamiah pergi, ayahnya menenangkan ibuku. Aku kembali menanyakan “jika aku anakmu mengapa engkau tak menjagaku? mengapa meninggalkanku di panti asuhan?”. Tuhan memang adil disaat yang tepat tuhan memperlihatkan semuanya sehingga aku tidak akan salah mengambil keputusan.
Saat itu juga aku keluar dari rumah itu, aku bergegas ke kos untuk mengambil semua peralatanku dan kembali ke Indonesia. Aku akan pulang membawa gelar magister dan membawa kesedihan yang sangat mendalam memikirkan ibuku lebih mementingkan kebahagiannya sendiri dibanding aku.
Setibanya di Indonesia aku tidak ingin menunjukkan kesedihan pada ibu angkatku, ibu panti. Aku bahkan tidak memberitahu mereka aku pulang saat ini. Aku rasanya tidak sanggup memikirkan semuanya, aku juga tau pasti tuhan tidak akan membebani seseorang sesuai kesanggupannya.
Karena terlalu sibuk memikirkan semuanya aku sampai tidak sadar mobil melaju dibelakangku. Akhirnya aku mengalami kecelakaan. Aku dilarikan ke rumah sakit dengan segera. Ibu panti sudah mendapatkan kabar itu. Ia pun bergegas menuju rumah sakit. Dokter mengatakan aku membutuhkan donor darah dan harus didapatkan dalam 2 hari. Golongan darahku A-. termasuk golongan darah yang langka. Dan stok darah di rumah sakjit juga kosong. Mendengar kabar itu ibu kandungku dari mesir langsung bergegas ke Indonesia. Setelah tiba di Indonesia tanpa berpikir panjang Ia akhirnya mendonorkan darahnya padaku.
Setelah sadarkan diri aku dijelaskan semuanya oleh ibu panti bahwa setiap bulan ibu kandungku mengirim uang untuk biaya hidupku, dia menjadi TKW dan akhirnya menikah dengan orang disana. Dulu ia meninggalkan aku karena ia tidak punya uang yang cukup untuk merawat diriku. Ia ingin identitasnya disembunyikan hingga aku dewasa. Pada hakikatnya dialah ibuku. Ibu yang menyayangi aku dan memberiku kehidupan. Aku kemudian memeluk ibuku. Setelah sekian lama aku merindukannya. Ayah tiriku menerima aku dengan sangat baik. Karena ia juga menginginkan anak laki-laki seperti aku. Akhirnya keluargaku lengkap ayah, ibu dan adikku rufaida al aslamiah. Dan pada akhirnya aku memutuskan menikahi khodijah.
Pada hakikatnya orangtua selalu ingin yang terbaik untuk anaknya. Meskipun ia harus siap kehilangan orang yang dicintainya untuk beberapa tahun lamanya. Namun itu semua dilakukan atas dasar cinta dan kasih sayang. Dan takdir akan membawamu kejalan hidup yang berarti. Rasa cintamu pada tuhan dan keikhlasanmu menjalani hidup akan membawamu kepada suatu kebahagiaan.
Cerpen Karangan: Uais Blog / Facebook: Uais Tempat, tanggal lahir: H. Lolot, 29 Agustus 2002 Pekerjaan: Mahasiswa Agama: islam Alamat: Riau