Seorang gadis tengah berlari menuju pintu gerbang, rambutnya yang panjang dan berwarna hitam legam tergerai indah berterbangan sesuai ritme dia berlari. Namanya Utara, seorang gadis remaja berusia 18 tahun dengan hidung yang mancung, bulu mata lentik, kulit putih bersih, bibir mungil berwarna merah muda alami, dan jangan lupakan matanya yang hitam cemerlang menghiasi wajah cantiknya. Tanpa mempedulikan teriakan pembantunya yang sedari tadi menawarkan diri agar dia saja yang akan membukakan gerbang, gadis itu terus berlari hingga ia melihat sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam yang datang dari timur. Dengan senyum yang mengembang dan rasa rindu akan kasih sayang yang menjalar, dia membuka gerbang. Hal yang pertama kali ia inginkan adalah berlari ke orangtuanya dan memeluk mereka yang sudah seminggu tidak pulang ke rumah karena urusan pekerjaan. Tapi…
“Seharusnya kamu itu tau, tadi aku sedang meeting tidak semestinya kamu masuk ruanganku sembarangan!” teriak Adrian, papa Utara “Bagaimana aku tidak masuk, kamu berduaan bersama wanita lain di dalam ruangan! Apakah aku tidak boleh marah sebagai istri kamu?!” teriak Astrid, mama Utara Senyum yang tercetak jelas di wajah Utara perlahan menghilang, sungguh bukan hal ini yang pertama kali ingin Utara lihat setelah seminggu tidak bertemu orangtuanya. Sejak 3 tahun yang lalu, orangtuanya selalu saja bertengkar, didepan maupun dibelakangnya mereka selalu mengungkit kesalahan satu sama lain.
“Itu klien aku! Kenapa kamu sebodoh ini?!” “Klien? sejak kapan klien pegang-pegang tangan hah? sejak kapan?!” “Kamu lihat, ini yang membuat kita sering bertengkar! Kamu selalu saja salah paham!” “Jadi ini semua salah aku? ini semua salah aku ha?!” “Sudah, aku capek bertengkar sama kamu, kenapa kita tidak mencoba pisah saja?! “Baik, kita pisah! secepatnya akan aku urus perpisahan kita!” Seketika Utara terperangah, mereka bilang apa? pisah? apakah mereka tidak sedikitpun mempedulikan bagaimana perasaan Utara?
Tidak ingin mendengar lebih banyak lagi pertengkaran orangtunya, Utara langsung berlari ke taman kompleks, dia hanya ingin kedamaian sekarang. Setibanya di taman, dia langsung duduk di kursi taman dengan air mata yang mengalir deras dari mata indahnya, dia mendongak hendak berbicara pada sahabatnya, bulan.
“Kenapa bulan? Kenapa Utara harus selalu melihat orangtua Utara bertengkar? apa memang nggak ada seharipun tanpa melihat mereka bertengkar? Utara capek bulan, Utara sendirian, Utara kangen mereka” Ungkap Utara dengan terus menangis terisak “Kamu nggak sendiri Uta, ada aku kan? semua hal yang aku punya akan aku bagi sama kamu” ucap seorang laki-laki dengan senyum tulusnya. Selatan, dia adalah sahabat Utara setelah bulan, dia adalah sahabat Utara dari kecil yang selalu berbagi apapun yang ia punya kepada Utara tanpa mengharapkan balasan. Seketika Utara mendongak, dia mengenali suara itu. “Ata, kenapa tuhan jahat banget sama Uta? apa Tuhan memang nggak sayang sama Uta? salah Uta apa?” “Tuhan bukannya nggak sayang sama kamu Uta, tapi itu memang ujian buat Uta, karena Tuhan tau kalau Uta pasti bisa ngelewatin ini semua. Tuhan nggak akan ngasih ujian diluar batas kemampuan umatnya, itu yang selalu Utara bilang ke Selatan kan?” “Tapi Utara nggak semampu itu Ata, Uta nggak sekuat itu, Uta kangen mereka berdua, Uta kangen mereka yang selalu ketawa bersama Uta, Uta kangen itu semua, tapi mama sama papa Uta mutusin buat pisah, kapan Uta bakal dapat kebahagiaan kayak dulu lagi?” Selatan tentu saja terkejut, mama dan papa Utara memutuskan berpisah? apakah mereka memang tidak peduli dengan apa yang akan terjadi kepada Utara nantinya?
“Uta, nggak semua orang memang bisa ngelewatin ujian dengan mudah, tapi Uta harus selalu kuat, itu kuncinya. Kalaupun Uta butuh teman untuk menumpahkan semua kesedihan Uta dan meminta solusi di sekolah maupun di rumah atau dimanapun itu, Ata bakal ada di urutan terdepan” ucap Selatan dengan senyum tulusnya seperti biasa, Utara pun tersenyum mendengar kalimat yang dilontarkan Selatan. “Makasih banyak ya Ata, setiap aku ada masalah selalu kamu yang nolongin, nggak pernah bosan malah” “Nggak usah bilang makasih, kayak baru kenal kemaren malem aja. Ngomong-ngomong kamu udah makan belum? jangan bilang belum” tanya Selatan Utara pun hanya menjawab gelengan dan nyengir lebar mendengar hal itu. Kebiasaan
Sesampainya di warung bakso, Selatan dibuat terkejut dengan apa yang dilihatnya, “Astaga! belum makan berapa hari kamu?” Kaget Selatan ketika Utara memesan 2 mangkuk bakso sekaligus beserta es jeruk. Tentu saja 2 bakso itu hanya milik Utara, Selatan? tidak lapar katanya “Aku kalau habis nangis kan memang suka makan banyak” jawab Utara dengan tampang polosnya
Setelah makan dua porsi bakso lengkap dengan es jeruk, Selatan memutuskan untuk mengantarkan Utara pulang. “Makasih banyak ya Ta traktirannya tadi, kapan-kapan traktirnya jangan di pinggir jalan tapi di restoran gitu, orang situ juga punya banyak uang kan” ya memang Selatan itu anak tunggal dari keluarga sultan bapak Marvel dan ibu Rena. Bagaimana tidak? Selatan lah satu-satunya penerus perusahaan besar ayahnya yang tentu saja perusahaan itu sangatlah sukses. “Hmm” Selatan hanya membahas dengen deheman
Selatan itu memang bukan tipikal orang yang suka menghambur-hamburkan uang karena masalah hal sepele, beda lagi kalau masalah buku tentu saja dia yang maju paling depan untuk memborong semua buku kalau bisa dia akan membeli beserta tokonya saja. Tidak heran jika Selatan sering memenangkan berbagai macam ajang perlombaan akademik maupun non akademik. Selatan itu tipe cowok idaman banget deh!
Utara mendongak, menatap bulan purnama yang bersinar sangat terang sekarang, dia tak henti-hentinya tersenyum menatap bulan purnama itu, senyum yang sedetikpun tak luntur dari wajahnya. Selatan terpaku. Bukan karena keindahan bulan purnama diatas, tapi keindahan yang ada dihadapannya ini, Utara. Utara memang gadis yang sangat cantik apalagi saat ia tersenyum, tak heran banyak laki-laki yang ingin menjalin hubungan dengannya di sekolah atau sekedar ingin meminta nomor ponselnya, tetapi Utara selalu menolaknya dengan ramah.
“Bulan itu…. sahabat Utara Ta, sahabat dari kecil malah. Setiap kali Utara sedih, hal yang pertama kali Utara lakuin ya selalu curhat ke bulan” Kalimat itu lolos dalam mulut Utara tanpa mengalihkan tatapannya sedikitpun dari bulan. “Kenapa?” Kali ini Selatan bertanya, Selatan memang tau Utara sangat menyukai bulan sejak kecil, hanya saja… dia masih belum tau apa sebabnya Utara sangat menyukainya. “Karena bulan itu nggak akan pernah ninggalin Utara, dia selalu ada saat Utara butuh temen berbagai cerita dan keindahan bulan juga bisa buat Utara senyum. Satu persatu orang yang Utara sayang perlahan-lahan ninggalin Utara, Nenek yang selalu pengertian sama Utara dan disusul kakek yang selalu berusaha menjadi perisai bagi Utara, dan sekarang mama sama papa juga mau ninggalin Utara” jelas Utara diakhiri dengan senyum kecutnya. “Kalau Selatan… nggak ada niatan ninggalin Utara juga kan? apa Selatan nantinya bakal ninggalin Utara sama seperti mereka? nggak mungkin kan Selatan?” Tanya Utara Selatan terdiam mendengar pertanyaan yang dilontarkan Utara, seketika dia mengingat ucapan bundanya sebelum ia menemui Utara
“Bunda sama ayah kamu ada niat buat jodohin kamu Ta, mungkin satu minggu lagi temen bunda bakal kesini sama anaknya, cantik banget loh Ta anaknya”
Cerpen Karangan: Aurelya Irna C. Blog / Facebook: aurelya_ic