Aku dan suami hanya seorang karyawan biasa yang ekonomi masih amburadul, untuk makan berdua saja kembang kempis, tapi hati dan keinginan untuk mempunyai seorang anak adalah hal yang wajar sebagai suami istri. kami berdua juga selain berdo’a juga berikhtiar melalui jalur medis maupun herbal.
Tepat setelah 2 tahun penantian yang panjang untuk seorang suami istri yang masih labil untuk menjadi orangtua. Tepat bulan Agustus tahun 2018, hari bahagia itu tiba untukku dan suamiku.
“Sayang perutku sakit sekali ini, memang ini waktunya haid”, sambil memegangi perut dan berguling-guling di atas kasur. “mungkin kamu lagi dilep mau haid kan biasanya sakit, minum obat sana lalu buat tidur saja”, sambil nyangar-nyengir “kamu itu telat haid sudah hampir 2 minggu louh, apa gak mau tes dulu barangkali kamu hamil?”. sambil cengingisan berdua dan menahan rasa sakit aku segera mengambil tespek yang sudah siap. alhamdulillah positif dan anak yang kami berdua harapkan akhirnya dititipkan kepada kami.
Tepat bulan April 2019 anak itu lahir dengan sehat dan kuat, tapi setelah tiga hari dilahirkan Allah SWT berkehendak lain atas kesehatannya dan dirawat di NICU selama seminggu dengan kondisi yang naik turun, sebagai orangtua baru kita hanya bisa berdoa dan menunggunya sembuh seperti saat dilahirkan. Setelah dokter anak mengatakan bahwa anak ini boleh dibawa pulang tapi dengan jaminan kalau anak ini dirasa drop kembali maka harus segera dibawah ke RS kembali.
Alhamdulillah hari demi hari anakku tumbuh dan berkembang dengan baik selayaknya anak lain, tetapi ada kejanggalan dalam hati seorang ibu yang selalu tidak bisa dibohongi untuk anaknya.
“ayah, apa tidak diperiksakan ke dokter lagi anaknya karena anak ini cara bicaranya berbeda dengan anak seusianya?” sambil membuka omongan baik dengan suami. “nggak usah berpikiran negatif, didoakan saja supaya tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas. lagian keuangan kita belum ada untuk ke dokter sayang, yang sabar ya” sambil memenangkan hatiku suami memelukku.
Ketika semua orang membicarakan anakku dan kekurangannya, aku seorang ibu yang labil sering menangis, sedih akan tetapi aku seorang ibu harus memberikan yang terbaik untuk anak. Aku hanya bisa melihat dari google tentang gejala dan cara menangani anak yang seperti ini meski belum bisa membawahnya ke dokter untuk berobat yang terbaik.
Memang anakku bukan seperti anak yang lain tapi anakku hebat dengan segala kemampuannya sendiri. Sebagai ibu dan orangtua yang baik jangan melihat anak kita dari segi keterbatasannya dan kekurangannya tapi lihat anak kita semua dari segi kehebatannya meski itu hal yang sepele dari anak-anak yang lain, anggaplah itu kehebatan yang paling hebat dari anakmu.
Karena anakku Hebat.
Cerpen Karangan: Nur Mahmudah Blog / Facebook: Nur Mhamudah Ali
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 21 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com