Ada seorang perempuan yang sedang berjalan menyusuri gelapnya malam di kota Jakarta. Namanya Keira, hidup di dalam keluarga yang tak utuh membuat ia menjadi gadis yang tangguh. Jika diperbolehkan untuk memilih, Keira akan memohon kepada tuhan agar ia tak dilahirkan sebagai seorang gadis yang harus menanggung beratnya beban keluarga. Ayah dan ibunya berpisah ketika ia masih berusia dua tahun, banyak yang bilang jika Keira adalah anak diluar nikah. Tapi tenang saja, Keira dapat menerima hal tersebut dengan baik.
Saat ia memilih berhenti di sebuah taman untuk duduk dan menikmati bintang malam, pikirannya mulai mengingat memori-memori saat ia sekolah dasar hingga saat ini.
Sejak sekolah dasar keira tinggal Bersama ayahnya, hidupnya susah. Bisa makan sehari sekali aja sudah merasa bersyukur. Ibunya akan mengirimkan uang setiap 6 bulan sekali, uang itu akan dipakai untuk kebutuhan sekolah keira. Tak ada yang bisa diharapkan dari ayahnya yang pemalas, seseorang yang terus menguatkan keira adalah neneknya.
Saat pertengahan semester kelas tiga sekolah dasar, Keira pindah untuk tinggal Bersama ibunya. Keira pikir ibunya akan lebih baik daripada Ayahnya. Namun kenyataannya, keira seringkali ditinggal tidur sendirian oleh ibunya. Jika Keira membuat ibunya kesal, tanpa ragu ibunya akan mengeluarkan perkataan-perkataan kasar. Perlakuan ibunya sangat buruk, ia sering memarahi Keira di depan banyak orang sehingga Keira merasa dipermalukan.
Saat itu ibunya keira harus menginap di rumah bosnya, keira kecil yang takut sendirian pun ingin ikut, namun ibunya melarang hingga terjadi perdebatan di depan rumah.
“Aku mau ikut ibu, aku gak mau tidur sendirian” ucap keira sambil merengek. “Susah banget sih dibilanginnya, gue harus nyari duit malem ini. Lo di rumah aja gak usah ikut-ikut gue, lo ngeribetin tau gak?” bentak ibunya keira “Tapi aku takut kalo tidur sendirian di kamar bu hiks hiks” air mata keira sudah mengalir deras, ia menarik-narik lengan ibunya agar diperbolehkan ikut. “Hadeh, dasar anak setan!!” didoronglah tubuh kecil keira hingga jatuh, lalu ibunya langsung buru-buru pergi meninggalkan keira.
Hari-hari keira ia jalani dengan ikhlas, karna mau tidak mau ia harus menerima keadannya. Terkadang keira iri ketika ia pergi bermain ke rumah salah satu temannya, saat itu keira melihat temannya disuapi oleh ibunya. Saat sampai ke rumah keira langsung mencari ibunya, dan meminta untuk disuapi.
“Ibu, aku mau disuapin juga dong kaya caca” “makan sendiri aja kenapa sih? Ga usah manja, emang gak liat gue lagi sibuk?” keira melihat ibunya hanya sedang sibuk berteleponan dengan sang pacar.
Ada hal yang membuat keira senang saat ia sudah memasuki SMP, karena ibunya sudah tak seperti dulu. Ibunya sudah sangat baik dengan keira, ibunya pun sudah menikah lagi dengan lelaki berdarah sunda. Keira tak masalah jika ibunya menikah lagi, karena jika dengan menikah lagi ibunya akan Bahagia maka keira akan menerima itu.
Di kelas satu SMP keira merupakan gadis yang pendiam, ia sulit sekali bergaul dengan teman sekelasnya. Walaupun pendiam keira merupakan anak yang cerdas, ia mampu bersaing dengan teman-temannya hingga mendapatkan peringkat tiga besar di kelasnya.
Seiring berjalannya waktu, keira dapat beradaptasi. Ia mulai mengikuti sebuah organisasi utama di sekolahnya yaitu OSIS bahkan keira terpilih menjadi ketua osisnya. Semenjak keira bergabung dengan osis, ia kembali menemukan kebahagiannya. Mengapa? Karena disitu ia dapat menemukan sosok seorang ayah, sosok seorang kakak dan juga seorang adik.
Saat menjadi panitia classmeeting keira menjadi perlengkapan, sehingga ia harus membeli perlengkapan untuk esok hari Bersama pembinanya. Mereka hanya pergi berdua saja, selama di perjalanan mereka membicarakan banyak hal, namun ada yang paling keira ingat. Saat itu pembinanya berkata “Kei dengerin ya. dalam menjalin hubungan itu kuncinya satu, pengertian, bukan cinta. Karena ya percuma kalo Cuma cinta tapi gak pengertian. Keira harus belajar dari hubungan ayah dan ibu keira, sebisa mungkin jangan sampe keira seperti mereka” “siap bos!” hanya itu yang dapat keira ucapkan.
Waktu terus berjalan sampai saat ini, dimasa ini. Saat umur keira belum genap tujuh belas tahun, namun beban berat tentang keluarganya masih saja menghantuinya. Malam ini alasannya untuk berjalan-jalan di gelapnya malam kota Jakarta adalah; keluarganya.
Ayah keira datang ke rumah ibu keira, memperkenalkan istri barunya kepada keira dan juga ibunya. Ada luka baru yang dibuat oleh ayahnya. “saya sudah menikah lagi. Jadi, tolong jangan ganggu saya lagi dan saya gak ada urusan lagi sama kamu ataupun keira.” Ucap ayah kepada ibu. “apa-apaan dia kan anak kamu, bukan anak saya. Masa iya saya juga yang harus biayain dia sepenuhnya. Gila ya kamu?” ucap lelaki yang sekarang menjadi suami ibu. “terserah kamu, mau bilang saya apa. Intinya saya gak ada urusan lagi sama kalian” setelah mengucapkan itu, ayah pergi dari rumah. Tak ada permintaaan maaf dari lelaki yang menjadi cinta dan patah hati pertama keira. Tak ada yang memberikan kesempatan untuk keira berbicara, mengungkapkan apa yang ia rasakan.
Ayah angkat dan ibu keira berdebat di kamar mereka mengenai hal yang beru saja terjadi. Keira memilih untuk mengemas beberapa bajunya, ia akan keluar rumah malam ini. Entah harus tidur dimana, yang ia pikirkan adalah keluar dari lingkarann setan ini.
Keira menuliskan sebuah surat yang ia tinggalkan di kamarnya, surat itu berisi: Ibu, maaf ya keira harus pergi dari rumah ini. Ibu gak usah khawatir keira akan tidur dimana, intinya keira gak akan nyusahin ibu atau ayah lagi. Maaf banget kalo keira selama ini udah bikin ayah sasama ibu susah. Jaga kesehatan ya, keira sayang banget sama kalian.
Sudah berjalan dua hari keira pergi dari rumah, ia menumpang tidur di stasiun. Untungnya keira memiliki uang tabungan sehingga ia masih bisa membeli makanan. Ponselnya sengaja dimatikan, kalaupun dihidupkan tak akan ada yang menghubunginya, pikir keira.
Saat sedang melahap roti di sebuah minimarket dekat stasiun, keira dikejutkan dengan kehadiran ayah dan ibunya. Mereka langsung meminta maaf kepada keira.
“kei maafin ayah ya, maaf kalo ayah belum bisa jadi ayah yang seutuhnya buat keira.” Keira menitikan air matanya “maafin ibu juga ya nak, maaf kalau ibu selama ini udah keras sama kamu, maaf kalau ibu belum bisa jadi yang terbaik buat kamu.” “sekarang kamu pulang ya, kita akan ngurus kamu sama-sama kok. Kamu gak perlu ngerasa kekurangan kasih sayang lagi ya nak.” Ucap ayah keira.
Keira memeluk kedua orangtuanya, ia bersyukur akhirnya ibu dan ayahnya dapat menyadari kesalahan mereka. Keirapun pulang ke rumah ibunya, ayah dan ibu angkat keira juga meminta maaf kepada keira. Sekarang keira senang ia memiliki dua ibu dan dua ayah yang sayang kepadanya.
Cerpen Karangan: Wanda Marshanda Blog / Facebook: Wanda Marshanda