Namaku Kyah, aku lahir di kota Bogor. Waktu itu Keluargaku masih lengkap ada Ayah, Ibu, Kakak dan Aku. Itupun waktu masih tinggal satu rumah. Aku hidup bersama keluarga yang lengkap hanya selama 3 tahun saja, dan semuanya berubah ketika Ibu pergi meninggalkan Aku, Kakak dan Ayah.
Ibu pergi meninggalkanku waktu aku masih umur 3 tahun. Entah karena apa ibu pergi meninggalkaku tanpa berpamitan sama sekali. Setelah kepergian Ibu, Aku dan Kakak diantar oleh Ayah ke kota Purworejo, untuk dititipkan dan tinggal bersama Nenek. Sesampainya di kota Purworejo Aku dan Kakak tinggal bersama Nenek, kemudian Ayah kembali ke kota Bogor untuk bekerja.
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu bulan hingga tahun. Tak terasa kini usiaku sudah 11 tahun. Semua hal indah itu kini menghilang begitupun dengan mimpi indahku, aku yang tak pernah ditinggalkan oleh kedua orangtuaku kini mereka pergi jauh dariku. Bukan pergi untuk selamanya, tetapi tempat yang memisahkan.
Saat usiaku 11 tahun dan masih kelas 6 SD, Oktober tahun 2018 Nenek meninggal dunia. Rasanya baru kemarin aku merasakan bahagia dengan Nenek tapi waktu begitu cepat berlalu. Betapa sedihnya kehilangan seorang Nenek yang telah merawat dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang.
Walaupun bukan Ayah dan Ibu yang merawat dan membesarkanku tetapi bagi aku Kasih sayang seorang Nenek jauh lebih besar dari kedua orangtuaku. Selalu teringat masa-masa indah saat Nenek masih ada, Selalu bercerita tentang apa yang aku alami, tertawa bersama, makan berdua, dan tidur berdua sambil mendengarkan musik. Yah begitulah kehidupan yang datang akan pergi, yang pergi takkan kembali.
Tahun 2019 setelah kepergian Nenek aku tinggal bersama keluarga besar bibi dan rasanya sangat asing. Bagaimana tidak, sepertinya aku Dimata bibi selalu salah dan tidak pernah benar. Tetapi tidak apa-apa seiring berjalannya waktu pasti semuanya akan baik-baik saja. 1 tahun berlalu kemudian aku sudah kelas 8 SMP.
Tahun 2020 Ayahku sakit dia memutuskan untuk berobat ke kota Purworejo karna dia hidup sendiri di kota Bogor. Waktu itu belum sakit parah dan masih bisa melakukan perjalanan ke kota Purworejo. Sesampainya di kota Purworejo Ayahku masih baik-baik saja, kemudian dia berobat bersama Bibi.
Hari terus berganti, dan Bibi memutuskan untuk rawat inap di rumah sakit. Setelah dirawat inap di rumah sakit Ayahku dibawa pulang ke rumah dan dirawat di rumah Bibi. Kemudian aku dan Bibi sudah tidak asing lagi tapi tidak dengan keluarga besarnya.
Minggu terus berganti, ayahku tidak nafsu makan nasi dan dibuatkan bubur untuk makan. Setiap hari aku yang menyuapinya makan bubur. Badan Ayahku yang dulunya berisi sekarang makin kecil karna tidak nafsu makan dan hanya makan bubur yang sedikit. Bulan berganti Ayahku mulai nafsu makan nasi walau hanya sedikit.
Tahun 2021 Ayahku tak kunjung sembuh. Waktu aku ingin berangkat ke sekolah aku disuruh oleh Ayah, karna aku tergesa-gesa saat disuruh Ayah kemudian Ayah memarahiku dengan sangat kasar dan mengeluarkan kata-kata yang bikin aku menangis dan sakit hati. Sejak saat itu aku sudah mengetahui sifat Asli Ayahku. Kemudian aku berfikir, ohh mungkin dulu ibu meninggalkanku karna ini.
Kejadian itu sudah terjadi berkali-kali, aku sempat dendam kepada Ayah. Saat Ayah memarahiku lagi dengan mengucapkan kata-kata yang bikin aku menangis dan mengungkit-ngungkit kebaikan yang pernah dia berikan kepadaku, kemudian aku juga mengucapkan kata-kata yang selama ini aku pendam, aku rasakan, dan ingin aku katakan.
Setelah itu, aku bertanya kepada Ibu melalui WhatsApp: Ibuk kok ninggalin aku sama kakak kenapa? Tanya aku. Ibu menjawab: ayah sama ibu udah bukan suami istri lagi, ibu ga bisa ceritain lewat wa suatu saat nanti kamu bakal tau kok.
Tahun 2022 bulan februari aku kehilangan hp kemudian aku juga kehilangan kontak WhatsApp ibu ku dan tidak ada kabar sampai saat ini.
Kemudian aku menceritakan tentang Ayah kepada temanku dan dia berkata “mau gimana pun dia tetap Ayahmu” iyaa memang dia tetap Ayahku, Tapi orang lain tau apa? Temanku bertanya “kamu kangen gak sama ibu kamu”. Aku pun menjawab “nggak”. Dalam hatiku sebenarnya sih kangen. Terkadang orang-orang hanya menilai berdasarkan Luka yang kita miliki.
Menjadi anak dalam keluarga broken home menjadikanku pribadi yang lebih kuat, lebih mandiri. Allah, rangkul aku selalu, pegang tanganku, jangan kau lepaskan dan kuatkan aku dari apa yang terjadi.
“Ajari aku bagaimana caranya menerima keadaan tanpa membenci kehidupan.” “Kadang rumah sudah tidak lagi menjadi tempat ternyaman yang pernah kurasakan dulu, Kini rumah hanyalah tempat berteduh dari panas dan hujan, bukan lagi tempat berkumpulnya rasa kasih dan sayang.” “Secara batin aku terluka, secara emosi aku kacau, secara mental aku depresi, secara fisik aku tersenyum.”
SELESAI
Kesimpulan: Bahwa lingkunganlah yang membuat kita dewasa, umur hanyalah angka.
Cerpen Karangan: Kyah Claretta Blog / Facebook: Kyah Claretta Nama populer: Kyah Claretta Nama asli: Zakiah Al Mukaromah Instagram: @kyahnihh_real Tiktok: @kyahnihh Facebook: Kyah Claretta Alamat: KUWUKAN NGOMBOL PURWOREJO JAWA TENGAH