Pagi yang cerah di hari senin semua murid SMP Melati termasuk Raisa sedang melakukan upacara pengibaran sangsaka merah putih dengan diiringi alunan lagu Indonesia Raya, yang dilakukan dengan lancar tanpa ada kendala hingga selesai.
Selesai upacara semua siswa/wi bergegas menuju kelas masing-masing untuk melanjutkan pelajaran yang akan segera berlangsung, tak terkecuali dengan Raisa. Saat Raisa sedang berjalan di lorong kelasnya, terdengar suara seseorang memanggil dari arah belakangnya. “Raisa…” Panggil orang tersebut. Raisa menoleh kebelakang hingga ia dapat melihat dengan jelas orang yang telah memanggilnya tadi, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri yaitu Sofie dan Amel.
“Hayy… kalian berdua ara kira tadi hantu yang manggil” jawab Raisa bercanda sambil melambaikan tangan kearah dua sahabatnya tersebut. Sofie dan Amel pun berjalan mendekat kearah Raisa hingga sampa di dekat Raisa, Amel langsung menjawab perkataan Raisa. “Yee lu mah gitu sa temen sendiri lo bilang hantu, lagian mana ada hantu di pagi bolong kek gini ada-ada aja lu mah.” Jawab Amel dengan nada sewot. “Gue kan cuma bercanda mel… lagian tumben amat loh pagi-pagi udah dateng, emang mimpi apa loh semalem?”. Jawab Amel dengn bercanda “Jahat loh sa… gue dateng agak terlambat lo suruh dateng pagi, eh sekarang dateng pagi lo katain gue tumben, udah ah marah gue ama lo”. Jawab Amel agak ngambek. “gue bercanda kalii mel… lagian gue seneng lo dateng nggak terlambat lagi, jadi loh nggak harus dihukum keliling lapangan sama buk Marsi.” Jawab Raisa “emng iyaa… bilang aja lo seneng karena nggak keluarin duit beli minuman buat gue kalo gue dihukum.” Jawab Amel “hahhahah… tau aja loh apa maksud guee”. jawab Amel sambil tertawa. Sedangkan Amel melongo setelah mendengar jawaban Raisa karena dugaanya benar dan Sofie dia sudah tertawa ngakak mendengar jawaban Raisa yang sedari tadi hanya menonton percakapan dua sahabatnya tersebut, hinga ia menyudahi pembicaraan tersebut agar segera melanjutkan jalan menuju kelas mereka.
“Udah-udah yaa guys… kalo mau debat jangan sekarang deh, pas istirahat noh serah kalian mau ngapain, mending sekarang kita kelas… yok”. ajak Sofie kepada dua temannya itu. “ayok…” jawab Raisa dan Amel berbarengan dengan semangat.
Mereka pun berjalan bersama menuju kelas sebelum guru datang, karena guru mereka hari ini adalah ibu Marsi di jam pertama yang merupakan guru terkiller di sekolah tersebut, beliau tak segan-segan menghukum siswa yang terlambat datang maupun yang tak mengerjakan pr pada mata pelajaran beliau.
Setelah beberapa jam pelajaran berlangsung dengan damai terdengar suara lonceng berbunyi yang menandakan pembelajaran telah usai. Para siswa bergiliran keluar kelas menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan sedari tadi, hingga kantin yang semulanya sepi senyap bagaikan kuburan menjadi ramai seperti pasar yang ramai akan suara pembeli maupun penjual, termasuk Raisa dan temen-temennya yang dengan senang hati menyantap makanan yang mereka beli sambil berbincang-bincang, hingga bel kedua kembali berbunyi.
“Kring… kring…” Suara lonceng kedua yang berarti telah habis waktu istirahat dan telah masuknya pembelajaran selanjutnya yang mengharuskan semua siswa/siswi kembali masuk ke kelas masing-masing. Hingga sampai pada pukul 12.00 atau lebih para siswa keluar dari kelas sambil menggandeng tas, karena pembelajaran hari ini telah usai dan mengharuskan mereka pulang ke rumah masing-masing. Tapi tidak untuk Raisa yang masih menunggu abangnya menjemput di parkiran sekolah sendirian, karena teman-temannya tadi mau ikut menunggu tapi Raisa melarangnya dan malah menyuruh meraka untuk segera pulang, takutnya nanti orangtua mereka khawatir kalo pulang terlambat.
“pin…” Bunyi klakson motor yang mengagetkan Raisa yang sedang merenung entah apa yang ia renungkan. “Aabang ngagetin ara ajaa… Kalo Raisa jantungan gimana, untung Raisa nggak jantungan loh” Semprot Raisa yang kesal dengan abangnya. “ya..yaa..ya.. sorry dek abang nggak niat bikin ara kaget kok, tadi Cuma mau bercanda ehh… tapi kamunya lagi ngelamun ya tadi, emng ngelamunin apaan dek?”. Tanya abangnya Raisa. “Nggak ada yaa bang Raisa melamun, Raisa tadi cuma bosen nunggu abang lamaa… jadi tadi Raisa mikir mau pulang nak angkot ajaa”. Jawab Klara. “Emang berani naik angkot sendiri, lagian abang itu tadi lagi ikut latihan basket makanya telat dikit jemputnya” . Jelas Abangnya Raisa. “iyaa.. iyaa deh…” Jawab Raisa pasrah “Yaudah yuk sa sekarang kita langsung pulang ajaa… nggak ada siapa-siapa lagi tuh disini, naik sekarang ra” kata abangnya Raisa. Raisa pun mengangguk dan segera naik ke motor abangnya untuk segera pulang bersama.
Nah, jadi Raisa ini merupakan anak dari pasangan bapak Arman Wijaya dan Ibu Nani Kirani dan memiliki tiga abang laki-laki, yang pertama bernama Aslan Zaydan Hidayat yang berkerja sebagai CEO di salah satu perusahaan papanya, abang keduanya bernama Adzriel kabiq Syaputra yang sedang kuliah di semester 2 pada jurusan kedoktoran di universitas Amerika, dan abang ketiganya bernama Galvin Raihan Zahir yang masih menempuh jenjang SMA kelas 2 harapan bangsa jakarta. Sedangkan Raisa bernama Sakhiya Raisa Afifah yang masih kelas 1 SMP di sekolah Melati jakarta, sekolahnya lumayan deket dengan sekolah abang ketiganya.
Setelah menempuh perjalan beberapa menit mereka tiba di rumah orangtuanya, Raisa segera turun dari motor dan langsung meninggalkan abang ketiganya tersebut selagi abangnya memarkirkan motornya. “Assalamu’alaikum bunda….” Ucap Raisa sambil mencium tagan bundanya. “Wa’alaikumsalam… loh Raisa pulang sendiri, kok nggak bareng abang Galvin” Jawab Bunda Raisa dan langsung bertanya karena nggak melihat keberadaan Galvin. “Bang Gal…” Ucap Raisa yang terpotong karena sang empunya tiba-tiba datang. “Bareng Galvin kok bun, tadi abang masukin motor dulu.. yaa nggak dek” Potong Galvin karena takut nanti dimarah sama bundanya kalo biaran adik perempuannya pulang sendiri. “Iyaa bun.. tadi bareng bang Galvin pulangnya.” Jawab Raisa karea dia kasihan pada abngnya ituu. “Yaudah kalo gitu kalian mandi, ganti baju teurus kita makan siang bareng yaaa bertiga, ayah sama bang Aslan nggak bisa makan di rumah hari ini.” Jelas bunda Raisa. “Siap bunda” Jawab kompak Raisa dan abangnya.
Selesai bersih-bersih mereka menuju dapur untuk makan siang bersama. Setelah makan mereka berkumpul di ruang keluarga sambil menonton TV, sambil berbicancang tentang sekolah hari ini dan tentunnya diiringi candaan Galvin dan Raisa yang membuat bundanya Raisa kadang tertawa karena kelucuan anaknya itu, karena Galvin sering menjahili adiknya yang kadang bikin raisa kesel sampai marah karena kejahilan abangnya itu. Daripada abangnya yang lain Galvin adalah abang terdekatnya karena setiap hari selalu bersama, sedangkan abang pertamanya sibuk kerja tapi juga sering menyempatkan waktunya untuk menemani adiknya Raisa bercerita, dan abang keduanya masih di amerika jadi mereka kadang Cuma teleonan atau vc-an kalo sedang ada waktu senggang. Mereka menghabiskan waktu siang bersama di ruang keluarga hingga tertidur sampe sore.
Hingga malam tiba mereka kumpul di meja makan bersama ayah dan abang tertuanya juga yang sudah pulang sedari sore tadi, nggak lama mereka (Raisa dan bang Galvin) bangun ayahnya pulang kemudian di susul abang tertuanya, bundanya udah bangun duluan yaa…
Sehabis makan keluarga pak wijaya berkumpul di ruang keluarga sama kayak siang tadi, bedanya kalo siang tidak ada ayah dan kakaknya sedangkan malam ini semua anggota kumpul kecuali abang keduanya. Duh, bicara soal abang keduanya Raisa jadi kangen nih sama abangnya yang itu.
“Bang Aslan…” Ucap Raisa “Iyyaa dek ada apaa…” Jawaban Aslan “Raisa kangen nih sama bang Adzriel, kapan sih bang riel pulang?” Jawab Raisa “Ehh dek emang loh ajaa yang kangen sama bang riel, gue juga kali… Lagian ya bang riel masih lama pulang” Jawab Galvin jahil “iss.. bang Galvin nyambung ajaa aku itu nanyanya sama bang Aslan, bukan sama bang Galvin, jadi bang Galvin diem ajaa jangan sok tahu” Sewot Raisa “Eleh… lagian abangmu yang ganteng sejagat raya ini ngomong yang sebenarnya adekku tersayang…” Jawab Galvin Narsis “Udah… udah… kalo mau berantem abang matiin nih teleponnya.” Jawab seseorang. Mendengar suara itu Raisa maupun Galvin kaget dan langsung menoleh ke sumber suara yang ternyata dari laptop bang Aslan hingga terlihat jelas wajah ganteng orang tersebut.
“Bang Rieel….” Teriak Galvin dan Raisa barengan. Yaps, yang ngomong tadi adalah Adzriel abang keduanya, saat galvin dan raisa sibuk berdebat Aslan menelepon adzriel tanpa memeberitahu mereka berdua dan tidak menyangka akan reaksi mereka berdua, hingga aslan, riel dan kedua orangtuanya tutup telinga ketika mendengar teriakan mereka berdua. “Apasih bang Galvin lebay bangeet, nurut-nurut lagi…” jawab raisa kesel karna gak nyangka galvin bakalan teriak juga. “Enak ajaa, lagian abang itu kageet tiba-tiba ada suara bang riel.” Jawab Galvin membela diri.
Melihat perdebatan yang terus berlangsung anatara kedua anaknya itu ayahnya (paak wijaya) akhirnya mengeluarkan suara. “Galvin.. Raisa.. kasian abang kalian kalo diabaikan, katanya tadi kangen sama bang riel, kasihan bang riel udah sempat-sempatin angkat telpon di sela kesibukkannya, tapi malah kalian acuhin” ucap ayah mereka. “iyaa maaf ya ayah… maaf ya bang riel.” Jawab raisa penuh sesal. “Galvin juga yah, bang.. minta maaf” sambung galvin. “Abang nggak marah sebenarnya, malah senang abang liat kalian bercanda kayak tadi tapi waktu abang nggak banyak dan nanti abang nggak sempat ngobrol ama kalian.” Kata Adzriel menenangkan kedua adiknya.
“Kamu gimana dek (raisa) sekolahnya nggak ada kendala kan?” Tanya Adzriel. “Aman kok bang sekolah raisa kan orangnya baik-baik semua” Jawab raisa dengan tersenyum. “Alhamdulillah… Abang ikut senang dengernya.” Jawab Adzriel.
Malam yang sunyi menjadi ramai dengan kumpulnya keluarga wijaya di rumah itu walaupuan ada keluarga yang jauh namun tidak menjadi penghalang bagi keharmonisan keluarga tersebut, dengan menyempatkan diri di sela-sela kesibukkan masing-masing agar bisa berkumpul bareng keluarga.
Perbincangan terus berlanjut hingga pukul 9.00 yang mengharuskan galvin dan raisa tidur. Mereka (galvin dan raisa) biasanya tidur jam 8.00 malam, tapi malam ini mereka tidur di atas jam tidurnya karena kebetulan juga tidak ada tugas dari sekolah, jadi sedikit larut malam ini tidurnya. mereka sih belum mau tidur karena masih mau ngobrol sama abang rielnya tapi tak ada yang berani membantah kalo sang tuan rumah sudah menyuruh tidur. Akhirnya seluruh penghuni rumah pun bergegas untuk tidur karena besok juga harus bekerja. Rumah yang tadinya ramai penuh tawa canda kembali sunyi hanya terdengar suara jangkrik, krik… krik..!.
Cerpen Karangan: Dian Putri Blog / Facebook: Azzariyah Nama Saya Dian Putri saya seorang mahasiswi di UIN Raden Fatah Palembang yang sedang menempuh pendidikan semester 5 berasal dari kota Palembang.