Malam menjelang pagi, Sinar bulan pun berganti dengan sinar matahari, hari-hari silih berganti tak terasa bulan pun ikut berganti dan hilir mudik terus berlanjut kehidupan raisa dipenuhi kebahagian dengan keluarga yang harmonis, ia selalu berdo’a agar keluarganya tetap selalu bahagia sampai akhir hayat.
“tok… tok… lin… orlin… bangun dek” Panggil abangnya. “Iyaa bang… benter lagi raisa bangun…” Teriak raisa dari dalam kamar.
Nggak mau menunggu lama abanya segera pergi dari depan kamar adiknya, karena terdengar suara adiknya menjawab sudah cukup baginya, walaupun ada sedikit rasa penasaran. Segera ia berjalan menuju ke dapur menyiapkan sarapan untuk dirinya dan adiknya, setelah selesai ia hidangkan ke meja makan sambil menunggu kedatangan adiknya. nggak terlalu lama akhirnya adiknya datang dengan seragam sekolah yang sudah rapi.
“Wih adik abang… udah rapi ajaa, udah siap ke sekolah yaa?” Tanya abangnya “iyaa udah siap mau ketemu temen-temen.” Jawab Orlin seadanya. “yaudah nih sekarang sarapan, udah abang masakin nasi goreng kesukaan kamu” Ajak abangnya sambil tersenyum “iyaa..” jawab arlin sambil tersenyum simpul
Mereka berdua makan dengan nikmat hingga habis. Selesai makan orlin pamit pada abangnya untuk berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, tadi abangnya sudah menawarkan diri untuk mengantar adiknya tersebut tapi orlin menolaknya dengan alasan takut nanti abangnya telat, dan bisa di marah sama bosnya. Jadi, setelah orlin berangakat abangnya juga berangkat kerja sebagai pelayan di salah satu rumah makan di jakarta demgam gaji yang cukup buat keseharian dia dan adiknya.
Jadi, Orlin itu punya satu abang yang bernama Alvino Athariz Dirandra, mereka hanya tinggal berdua karena kedua orangtuanya sudah meninggal waktu mereka masih kecil akibat kecelakaan mobil? Setelah itu mereka diasuh oleh pamannya yang sudah punya anak satu, karena tidak enak vino abang orlin memutuskan untuk pindah ke rumah lama mereka dengan mencari pekerjaan sambil kuliah sekaligus juga buat kebutuhan adiknya.
Di sekolah Orlin sering mendapatkan perlakuan yang kurang baik, ia sering dibully dan dihina oleh anak-anak di sekolahnya, tak ada yang membelanya karena ia teman pun tak punya. Jadi, ia berbohong pada abangnya kalo ia punya teman, karena tak ingin abangnya khawatir, ia sering menyediri di sekolah maupun di rumah juga sendiri kalo abangnya belum pulang. Makanya ia kadang berkhayal menjadi seorang putri satu-satunya dan memiliki tiga abang yang sangat menyanginya termasuk kedua orangtuanya, sehingga menjadi keluarga yang harmonis dan saling menyayanggi satu sama lain.
Sepulang sekolah ia segara makan, makanan yang telah disiapkan abang vinonya sebelum berangkat kerja. Hingga malam tiba abang vinonya pulang dengan membwakan makanan yang ia beli untuk makan bersamaa adiknya. “Gimana tadi sekolahnya dek…” tanya abang vinonya. “Yaa bang sekolah orlin lancar juga tadi temen-temen orlin baik semua sama orlin” Jawab orlin sambil tersenyum. “Bagus kalo gitu.. sering cerita sama abang yaaa kalo ada apa-apa” jawab vino sambil tersenyum dan mengelus kpala adiknya tersebut. “Siap bang…” jawab orlin tersenyum lebar.
Setelah selesai Orlin dan abangnya masuk kamar masing-masing, kalo vino karena besok ada tugas kuliah yang harus ia kerjakan sedangkan orlin melihat abangnya masuk kamar ia ikut masuk kamar juga, sungguh ia merasa kesepian tapi ia tak berani mengungkapkannya pada abangnya karena ia tahu abangnya juga punya banyak masalah, tugas kuliah belum lagi soal urusan kerja. Ia tidak mau mengeluh sedangkan abaangnya tidak pernah menunjukkan kesedihan kepadanya, malah abangnya selalu ceria ketika bersamanya.
Lama dalam keterdiamannya sendiri membuat orlin membayangkan keluarga impiannya yang begitu harmonis yang saat ini ia (Raisa) sedang main dengan teman-temannya di rumah Raisa karena di rumahnya hanya ada bundanya yang sedang menonton TV, ayah dan kakak tertuanya masih kerja sedangkan kakak ketiganya kumpul bareng temannya nggak tahu dimana, karena Raisa nggak kepo urusan abangnya itu.
Raisa dan teman-temannya bermain sampe sore karena keasikan main boneka, berenangan juga dan mereka juga tertidur sampai malam tiba hingga mengaharuskan teman-temannya pulang karena mereka tidak izin menginap tapi izin cuma main aja nggak nginep. Raisa pengennya teman-temannya menginap tapi ia juga tak bisa memaksa kehendaknya pada teman-temannya. Setelah Sofie dan Amel pulang ia pergi ke kamar kakak ketiganya karena merasa kangen walaupun sering bertengkar tapi kalo nggak ketemu sehari aja dengan kakaknya yang jahil itu ia merasa ada yang kurang dan merasa kesepian. Sampai di kamar kakaknya yang ternyata kakaknya udah mau tidur.
“Abang udah mau tidur?” tanya raisa. “Ehh… dek, iyaa nih… kamu belom tidur” jawab Galvin karena jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam, ia juga agak kecapean karena latihan basket sama teman-teman yaa dan biasanya juga adiknya itu udah tidur, tapi sekarang belum malah ke kamarnya. “Adek belom bisa tidur bang…” Jawab Raisa “Yaudah abang temenin ngobrol-ngobrol yaa sampe tidur” Jawab Galvin Akhirnya, ia kembali ke kamarnya dengan ditemeni abangnya sekalian ngobrol-ngobrol sampe Raisa tertidur pulas, barulah abangnya kembali ke kamarnya.
Keesokan paginya Orlin terbangun lumayan pagi segera ia mandi dan siap-siap ke sekolah, saat melihat ke arah dapur ia melihat abangnya dan bertanya. “Kok Abang sendiri.. ayah sama bunda mana, bang Galvin juga nggak adaa. Apa udah berangkat duluan yaa bang?” Tanya Orlin yang membuat abangnya (vino) kebingungan siapa orang yang disebut adiknya itu. “Kamu bilang apa sih dek, pagi-pagi udah ngelantur” Jawab bang vino karena ia sungguh kebingungan sekarang “Is Abang Raisa nanya loh.. kok malah nanya balik” Jawab Orlin cemberut. “Hah… Raisa siapa lagi itu Raisa” tanya vino bingung “Masa Abang lupa sih sama adik sendiri, aku kan Raisa Adik bang Aslan masa bang Aslan lupa” jawab Raisa menjelaskan Mendengar yang dibicarakan adiknya itu vino benar-benar kebingungan dan pikirannya berkecamuk sekarang, ada apa dengan adiknya pagi ini? Dan siapa Aslan, Galvin dan juga adiknya itu juga lupa akan namanya sampai mengira kalau ia adalah Aslan orang yang dia pun tak tahu siapa! Mencoba untuk tenang dan berfikir positif ia menanyakan baik-baik kepada adiknya itu, sungguh ia merasa kebingungan.
“Dek Abang mau tanya raisa itu siapa? Aslan sama Galvin juga siapa?” Tanya vino serius. “Aslan itu kan nama Abang, terus Galvin itu adik Abang dan Raisa itu nama aku adik Abang perempuan satu-satunya masa Abang lupa sama keluarga sendiri” jelas Raissa kelas “nggak usah bercanda dek… ini masih pagii udah yuk sarapan ntar telat loh ke sekolaah nya” jawab vino yang menganggap kalo adiknya itu hanya bercanda dengan perkataannya tadi. “Abang… siapa juga yang bercanda Raisa benaran tanya loh tadi ” jawab Raisa “Yaudah-yaudah mending sekarang kita sarapan dulu yaaa nanti kamu telah loh ke sekolaah nyaa..” jawab vino mengalihkan pembicaraan Raisa hanya menganggukkan kepala lagi pula ia juga udah kangen sama teman-temannya dan sekarang ia bersemangat ke sekolah.
Selesai sarapan ia dan abangnya berangkat ke sekolah dengan dianter abangnya karena tadi abangnya sendiri yang maksa mau mengantarnya ke sekolah padahal ia sudah bilang bisa pergi ke sekolah sendiri.
Setiba di sekolah ia langsung pamit pada abangnya dan berlari ke kelas dengan semangat untuk segera menemui teman-temannya. Tapi setibanya ia di kelas hanya ada beberapa orang, hingga ada tiga orang yang dateng menghampiri Raisa dan langsung mendorong Raisa dengan kenceng hingga Raisa terjatuh.
“Aduuh…” ucap Raisa. “Sorry nggak sengaja… lagian lo si berdiri di depan pintu.” Jawab Tika orang yang mendorong Raisa. Padahal ia sengaja melakukannya kepada Raisa. “Iyaa nggak apa-apa” Jawab Raisa sambil tersenyum tipis Setelah itu ia berdiri sendiri dan duduk di meja yang biasa ia tempati sambil terus melihat kearah pintu berharap teman-temannya segera muncul dari arah pintu. Tapi sampai pelajaran selesai pun tetap ia tak melihat akan adanya tanda-tanda kedatangan orang yang ditunggu itu.
Keluar dari kelas ia sudah tidak bersemangat lagi, ia ke kantin sendiri dan duduk di meja pojok karena tidak ada meja lain lagi. Sedangkan di tempat abangnya kerja ia terus ingat akan perkataan adiknya tadi pagi dan merasa aneh dengan sikap adiknya itu. Sampai ia tidak menghiraukan ada yang manggilnya.
“Vino.. no.. tolong gue no… ehh ngelamun ni anak” Ucap Rasya temen vino “Hehhh…” ucap Rasya sambil menepuk pundak vino hingga vino kembali sadar. “Ehh… iyaa kenapa sya” jawab vino gelagapan “Loh tuu yang kenapa nggak biasanya lo ngelamun di tempat kerja, lagi ada masalah cerita donk sama gue, mungkin gue bisa bantu …” Ucap Rasya mencoba mengerti.
Vino tidak menjawab secara langsung melainjan ia memikirkan ucapan Rasya. Setelah berfikir mungkin nggak ada salahnya kalo ia cerita ke temannya ini, karena ia juga bingung tentang masalahnya tadi pagi ia juga sampe sekarang belum menemukan solusi dari permasalahannya. Vino menghela nafas dan mulai menceritakan kejadian tadi pagi di meja makan bersama adiknya itu, ia ceritakan semua tanpa ada yang ia tutupi.
“Gue bener-bener pusing mikirin kejadian tadi pagi, karena nggak biasanya adik gue kayak gitu. Dia juga menganggap dirinya itu Raisa dan gue nggak tahu siapa Raisa!” Jelas vino “Kalo menurut gue yaa mending loh ajak adik lo ke psikolog aja deh buat mastiin” Jawab Rasya “Lo pikir adik gue keganggu jiwanya apa… nggaklah adik gue waras nggak gila” jawab vino sedikit marah “Bukan gitu maksud gue Vin, psikolog itu bukan untuk orang yang punya gangguan jiwa aja tapi juga bisa baca pikiran orang, baca watak orang… Lo juga nggak tahu kan apa yang dipikirin adek lo, yaa gue ga cuma bisa ngasih saran selebihnya itu terserah lo mau gimana” jelas rasya
“Kalo ke dokter kayaknya nggak mungkin karena adek lo nggak ada sakit kan, ntar dibilang dokternya Lo yang gila lagi, orang adek lo nggak apa-apa” tambah Rasya “Iyaa adek gue sehat-sehat aja kalo fisiknya tapi gue juga nggak tahu adek gue nggak pernah ngeluh soal apapun, kalo gue tanya dia selalu bilang kalo dia nggak pernah ada masalah di sekolah” curhat vino “Ntar saran Lo guee pikir-pikir dulu deh sya…” Lanjut vino “Iyaa pokoknya kalo ada apa-apa jangan sungkan bilang sama gue Karna Lo itu udah kayak saudara gue sendiri apalagi Orlin.” Ucap Rasya. Vino menggguk dan tersenyum menanggapi ucapan Rasya karena ia dan Rasya memang sudah lama dekatnya termasuk dengan adiknya jugaa, Rasya juga kalo libur sering main ke rumahnya kumpul bareng sekalian main dengan adiknya.
Cerpen Karangan: Dian Putri Blog / Facebook: Azzariyah Nama Saya Dian Putri saya seorang mahasiswi di UIN Raden Fatah Palembang yang sedang menempuh pendidikan semester 5 berasal dari kota Palembang.