Ayam berkokok menandakan pagi hari tiba. Seorang gadis cantik, tinggi, putih, nan sopan hidup bersama keluarga di rumah besar tengah kota yang amat dicintainya, dia adalah Caca. Senyuman selalu menghiasi wajah cantiknya, orang selalu berkata “cantik sekali dirimu bukan hanya rupamu saja, tapi juga sifat dan hatimu”. Caca memang gadis baik dan suka membantu, sifatnya yang terjaga baik tanpa ada gejolak sifat buruk dari apa yang dialaminya saat ini.
Caca seorang yang periang nampak bahagia dihadapan banyak orang. Tidak tahu apa yang sebenarnya gadis itu rasakan, karena terkadang duka bisa sembunyi dibalik nampak kebahagiaan. Tegarlah hati seorang walaupun keadaan yang tidak baik-baik saja. Tetaplah menebar senyuman karenanya bisa membawa ketenangan.
Latar belakang kehidupan Caca cukup memprihatinkan dia seorang anak remaja yang menginginkan keharmonisan pada hubungan keluarga. Keluarga kecil yang dimilikinya bersama ayah, ibu dan dirinya. Keterbatasan komunikasi menjadi salah satu penyebab kurangnya keharmonisan dalam keluarganya. Orangtuanya pun sibuk dengan urusan pekerjaan yang jarang sekali memperhatikan Caca. Orangtuanya bekerja dari pagi pukul 06.00 sampai selalu pulang larut malam saat Caca sudah tertidur lelap.
Tinggallah Caca sendiri di rumah tidak ada teman hanya ada kesunyian saja. Seperti hidup sendirian yang dirasa oleh Caca namun, keluarga tetaplah segalanya untuk Caca. Bagaimanapun kondisi yang sedang dihapinya merupakan berkat tuhan yang indah dalam hidup. Bisa dibayangkan bagaimana berat dan sedih menjadi seorang Caca. Harus sendiri dalam segala hal, jarang memiliki kebersamaan dengan keluarga. Hanya rasa sedih, harapan, maupun luka yang dipendam dan menemaninya.
“Bermimpi itu indah, andai bisa kudapatkan apa yang selama ini aku impikan”, kata Caca sembari menatap langit pagi hari.
Keesokan hari, Caca mendapat hal yang ditungu-tunggunya yaitu penghargaan dari sekolah kepadanya, dimana Caca ingin sekali menghadiri acara penghargaan untuknya bersama kedua orangtua. Namun, seperti biasa Caca tidak mendapatkan keinginannya. Orangtua Caca tetaplah sibuk dengan urusannya sendiri tanpa menghiraukan apa yang diinginkan dan diharapkannya. Hadirlah seorang diri dengan kesedihan yang ditutupinya dengan senyuman di wajah cantik itu.
Tidaklah menyerah dan putus asa meski kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Caca tetaplah Caca yang kuat, tetap tersenyum, selalu bersyukur dengan keadaan-keadaan yang menghampirinya. Ekspektasi mimpi dan harapan indah bisa terwujud dalam realita kehidupan. Setidaknya satu ekspektasi saja sudah membuat Caca bahagia apalagi jika, realita sesuai yang diinginkan jauh lebih membahagiakan.
Hal yang wajar bagi Caca dituntut menjadi dewasa, selalu mandiri, tanpa keluh kesah, dan iri apalagi benci. Caca tidak akan membenci kedua orangtuanya, ia tetaplah mencintainya. Bagaimanapun mereka adalah dunia Caca meski hadirnya bagai bayangan yang tidak bisa ia sentuh dan genggam.
“Ya tuhan, bolehkah aku meminta padamu untuk kembalikan keluargaku kepadaku, inginku dipeluknya dan disayangi seperti anak pada umumnya”, batin Caca sembari menangis di kamar menatap fotonya dengan ayah dan ibunya.
Tidak ada orang yang kuat menahan air mata meskipun terus dicoba pada saatnya air mata itu akan jatuh dan membasahi pipi. Berharap doa segera dikabulkan hingga bukan hanya angan-angan melainkan kenyataan yang ingin dirasakan. Hati dan fikiran sungguh sudah dibuat kuat tapi, tidak lagi rasanya sudah tak tertahan jika ini tidak ada perubahan keadaan.
Terkadang hanya terdiam, melamun, dan menahan air mata yang hendak mengalir deras karena sesak dan sakitnya keadaan yang dihadapi. Permintaan harapan yang tak kunjung datang dan realita yang masih sama. Sampai, pernah kutuliskan surat untuk orangtuaku dan kusimpan surat itu di meja kerja mereka, bertuliskan
“Ayah Ibu ku ingin kalian, kasih sayangmu bukan uang dan hadiah pemberianmu, cukuplah aku menjadi anak yang engkau sayang dan utama dari segalanya, mohon maaf atas kelancanganku mengatakan ini, aku hanya bermaksud menginginkan kalian selalu ada bersamaku dalam suka maupun dukaku. Sungguh tidak lebih dari itu, hanya kalian yang ku punya, Caca menyayangi kalian, Caca ingin kita bahagia dengan seadanya. Love you Dad and Mom”. Tulis Caca dalam suratnya.
Hari demi hari berlalu, Caca tetaplah Caca yang sama dipenuhi harapan dan impian. Berharap keajaiban datang mengubah segalanya yang diinginkannya. Caca ingin sekali orangtuanya membaca surat itu secepatanya karena keinginan kasih sayang, rasa penuh cinta dari kedua orangtua sangat dibutuhkan Caca.
Suatu hari Caca mendapat sesuatu yang menurutnya agak aneh tapi merasa seperti keadaan sudah mulai berubah baik. Caca mendapat satu persatu perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Senang rasanya jika keadaan keluarga kembali seperti yang diinginkannya.
Tidak lama kemudian Caca melihat kedua orangtuanya yang pada hari itu tidak pergi bekerja bahkan bukan hari libur namun, orangtua Caca berada di rumah. Caca mengetahuinya dan terkejut tapi, ada rasa senang pada diri Caca. Beranjak pergi menemui orangtuanya, Caca berkata “Ayah Ibu apakah kalian tidak pergi bekerja?”, tanya Caca dengan begitu lembut dan sopan. “Tidak anakku, ayah dan ibumu akan istirahat dan menemanimu sekarang”, jawab ayah Caca. Caca sangat senang mendengarnya.
“Caca sayang, kami sudah membaca surat yang kau tuliskan beberapa hari lalu. Kami sebagai orangtua telah salah dengan mengabaikanmu, kami Bahakan tidak mengerti apa yang kau inginkan, maafkanlah kami nak.” perkataan ibu Caca. “Nak, kami juga sangat bangga kau mampu membuktikan seorang anak yang pintar, cantik, sopan dan sangat menyayangi kami.” Ucap Ayah Caca.
“Caca senang sekali Ibu dan Ayah mau menyempatkan waktu untuk bersama dengan Caca. Kalian tidak perlu meminta maaf, Caca sayang Ayah dan Ibu (sambil berpelukan dengan kedua orangtuanya).” Jawab Caca sambil menangis haru apa yang dia inginkan selama ini sudah terpenuhi. Rasanya hari ini adalah hari terindah bagi Caca dimana bisa berkumpul dengan kedua Orangtuanya yang semula selalu sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sekarang keadaan sudah mulai berubah, keharmonisan keluarga mulai kembali lagi.
Harapan, doa, semua kenginan Caca menjadi nyata. Keharmonisan keluarga kembali seperti yang diinginkan. Kasih sayang, perhatian, pelukan, sudah diberikan seutuhnya apa yang menjadi hak seorang anak semestinya. Kebahagiaan Caca sangatlah melebihi segalanya, keluarga yang disayanginya kembali bersama dan bertambah erat.
“Sungguh, kebahagiaan dan kebersamaan ini sudah kunantikan sejak dulu dan sekarang terjadi. Alhamdulillah.” Ucap Caca dengan wajah penuh kebahagiaan.
Sekarang Caca dan keluarga kecilnya itu hidup dengan bahagia sesuai harapan dan doa Caca. Kedua orangtuanya pun sudah mulai mementingkan anaknya daripada kesibukan pekerjaan yang membuat dirinya jauh dari putri semata wayangnya. Disamping itu, Caca berharap sekali lagi keluarga ini akan selamanya bahagia dan harmonis tidak ada hal-hal yang membuat keluarga yang disangi jauh darinya.
erpen Karangan: Fina Dwi Cahyanti IG : me_fidca23 Tempat/tanggal lahir; Tulungagung 23 Februari 2003 Domisili: Jawa timur Tulungagung Status : mahasiswa UIN Satu Tulungagung