“Mama, aku berjanji karenamu aku akan menjadi Abdi Negera!! Akan kuusahakan demi Mama! Fighting Aan! Jangan pernah menyerah!!!” Itulah kalimat yang dulu selalu kutulis ketika mama masih ada bersamaku dan kubaca kembali dari buku catatan milikku.
Dulu ketika aku umur 3 tahun, keluargaku masih sangatlah bahagia bersama, kami bisa pergi kemanapun bersama secara lengkap. Hal yang paling kuingat pada saat itu adalah ketika ulang tahunku di umur yang ketiga tahun papa mengajak kami untuk berlibur di puncak. Namun ternyata kebahagian itu musnah ketika aku berumur 4 tahun. Papa berselingkuh dan memutuskan untuk menceraikan mama..
Saat itu umurku tepat 4 tahun, hidupku yang dulu serasa sempurna dan normal hingga ketika aku melihat mama dan papa bertengkar sampai papa meninggalkan kami secara tiba-tiba. Lalu aku bertanya dengan mama, “papa mau kemana ma? Kok papa pergi dan ga pulang lagi ke rumah? Aan mau jalan-jalan lagi maaa” seketika aku melontarkan semua pertanyaanku, namun mama hanya menjawab “nanti kamu bakal mengerti”
Seiring waktu berjalan, papa tetap sering bertemu kami, namun kami tidak pernah bareng lagi seperti dulu, ketika papa datang menemui kami kerap kali mengajak seorang wanita. Sehingga papa menyuruhku untuk memanggil wanita itu dengan sebutan ‘ibu’.
“Ini temen papa, kamu panggilnya ibu ya” seketika aku langsung terdiam dan pulang untuk nanya ke mama, barulah mama ngejelasin semuanya dan aku baru paham ternyata mama dan papa telah bercerai.
Perpisahan dikarenakan papanya lebih memilih wanita lain yang sudah berkeluarga ketimbang mamanya. Ga sampai situ, ternyata wanita itu juga memiliki 2 orang anak. Bagi anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar tentu belum bisa benar-benar mencerna kata-kata papa. Hingga lambat laun aku berhenti untuk menghubungi papa selama 10 tahun. Keputusan itu ditempuh karena rasa kecewa seorang anak kepada laki-laki yang kuanggap sebagai super hero bagi keluarga dan aku harus menerima kenyataan bahwa keluargaku sudah tidak utuh lagi.
Hidup dengan ibu dan kedua kakakku tanpa sosok ayah dalam keluarga merupakan kenyataan yang sangat berat yang harus kujalani. Aku percaya jika setiap manusia akan memiliki ujiannya masing masing sesuai kadar kemampuannya masing-masing.
Dahulu, semasa aku SMP aku bisa disebut anak yang nakal sebab aku suka melanggar hidupku tak karuan. Suka keluar rumah di malam hari dan pulangnya larut. Sangat tidak memikirkan sosok mama yang sekaligus menjadi ayah bagi kami. Akan tetapi, sebab doa mama yang kuat hingga hatiku tergerak tersentuh untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi. Perubahan ini terjadi di masa SMA ku, aku bertemu dengan teman-teman yang selalu mengingatkanku tentang kebaikan. Ketika waktu sholat mereka selalu mengajakku bergabung untuk bergegas pergi ke mesjid yang ada di sekolah. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk bergabung pada kajian yang biasa teman-temanku itu hadiri, sejenak aku terdiam. hatiku bergumam “apa ini bentuk hidayah yang engkau beri kepada hamba” senyum tipis dari kedua bibir yang menyatakan sebuah perasaan yang tak karuan.
Sepulang dari sekolah, aku langsung menemui mama aku menangis di hadapannya. Ibu bertanya “ada apa denganmu nak?” Hatiku sangat pilu mulutku terkunci tak mampu mengungkapkan isi hati dan fikiranku saat itu” yang terucap hanyalah “maa ridhoi anakmu ini, maafkan atas segala keburukan yang pernah kuperbuat” mama tersenyum manis “nak, sebelum kamu meminta maaf ibu sudah memaafkan apa yang sudah terjadi, hidup ini tentang belajar nak..” aku langsung memeluk mama dan mama mendekapku dengan hangat. Setelah itu mama menyuruhku untuk mengganti baju. Lalu aku pun bergegas mandi karena sepertinya hari sudah sangat sore sekali, sebab aku harus pergi ke masjid ada kajian yang harus diikuti bersama teman-teman sekolahku. Ibu sangat terkejut melihatku secara tiba-tiba Ingin pergi ke masjid. Ibu tidak bertanya lagi, ibu sangat mendukung kegiatan ini.
Alhmdulillah 2 jam berjalan dengan lancar apa yang sudah disampaikan oleh pak ustadz sangat mudah dipahami oleh diriku, sehingga aku makin yakin untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi.
Sesampainya di rumah aku merenung di balkon rumahku tepatnya di samping kamarku, ku meratapi keindahan malam yang sejuknya menusuk kulit tipis sawo matangku, hidungku tak kuasa menghirup udara dingin namun hatiku terasa sangat tenang sekali, aku belum berubah total. Sebab aku masih suka mengerjakan pr di kelas hehe, tapi tidak apa-apa segala sesuatu itu kan butuh proses tidak harus instan, sekarang luruskan niatnya ikhtiar yang kuat.
Aku merasa hidupku menjadi lebih baik setelah adanya teman-teman yang selalu mensupportku walaupun mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan diriku. Teman-temanku selalu bisa membuatku untuk tidak punya waktu untuk merenung, yang selalu mereka terapkan dalam hidupnya adalah enjoy your life, hidup itu cuma sekali bro. Nikmati masa mudamu asalkan jangan merusak masa depanmu terutama akhiratmu. Wahh … Keren sekali bukan?. Iyalah keren Sholeh tapi tetap gaul eyaaaa…
3 tahun berlalu… Semesta punya rahasianya yang tidak bisa kita terka siapa yang akan bertahan lama dan cepat meninggalkan kita. Entah itu karena sebuah tujuan hidup atau memang sudah ketetapan Tuhan. Kami mempunyai cita-cita yang berbeda sehingga setelah menyelesaikan bangku sekolah menengah atas kami mencoba tes di universitas dan jurusan favorit kami. Alhmdulillah walaupun banyak sekali rintangan akan tetapi tidak menjadi sebuah kecemasan bagi teman-temanku untuk tetap bersikeras mendapatkan diri ke PTN yang ada. Cita-citaku tetap sama ingin menjadi abdi negara, tapi sepertinya aku lebih tertarik ke jurusan pendidikan bahasa Arab, aku ingin lebih mengenal lagi agamaku dengan mengetahui dasar dari ilmu yang akan mempelajari tentang hal itu.
Diam-diam aku bersikeras tetap berusaha untuk mendaftarkan diri dan tetap ikut tes abdi negara apapun hasilnya nanti yang terpenting aku sudah berusaha. Dan pada akhirnya aku tes PTN UIN yang berada di dekat kotaku tepatnya kota Lampung. Aku sangat terbiasa hidup tanpa seorang ayah.
Ketika aku sudah masuk di bangku perkuliahan, aku bertemu seorang perempuan yang membuatku merasa tenang ketika memandangku, tatapan halus dari pada sipitnya senyum manis dari bibirnya mengalahkan sekarung gula di warung kelontong. Aku berusaha agar selalu bisa berbicara dengannya. Sepertinya ia sudah mengerti kode alam itu. Pada akhirnya aku mendapatkan perasaannya, ternyata ia juga merasakan hal yang sama. Tentunya aku duluan yahh. Karena universitasku jauh dari rumahku, aku tinggal bersama saudara tiriku dari perempuan yang sekarang bersama ayahku. Kami nampaknya selalu akrab, hatiku ternyata bisa rapuh juga.
Mama jatuh sakit ketika aku masuk di bangku perkuliahan semester 2, awalnya mama sakit-sakitan di rumah. Karena sudah semakin parah ibu dilarikan ke rumah sakit. Aku masih belum mengetahui penyakit ibu. Disisi lain aku tetap berjuang untuk mendaftarkan diri menjadi abdi negara. Ketika ibu dibawa ke rumah sakit, aku mengajak perempuan yang aku kagumi, namanya flora fatimatuzahra aku biasa memanggilnya Flo…
Dan dikabarkan kembali kalau ibu sudah bisa diajak pulang. Mama pun pulang ke rumah bersmaa kakakku. Tak lama berselang waktu dari itu aku dikabarkan jika mama kembali sakit. Aku bergegas untuk memutuskan pulang kampung. Sebab kata keluargaku dirumah mama memanggil manggil namaku “Aan… Aan… Naik….” Ketika aku sudah sampai di rumah perasaanku campur aduk, melihat kondisi mamaku yang sangat menyayat hatiku. Aku mendekat dan mendekap mama “maa ini aan maaa…” Mama masih belum menyadari “kamu siapa?” Siapa saya tidak kenal ujar mama sambil tidak sadarkan diri. “Maa ini aan maa, Aan pulang maa”… Setelah mama tersadar mama menyalahkan Aan “kenapa kamu pulang, kamu harus kuliah nak” “tidak maa… Aan harus disini”.
Hembusan angin sejuk menusuk pori-pori kulit halus tangan, suasana berubah menjadi sendu. Mama semakin tidak sadarkan diri, isak tangis mencengkram para keluarga yang telah berkumpul, Aan berada di samping ibu sambil membaca zikir dan syahadat disamping mama. Saat itu aku baru mengetahui bahwa mama terkena penyakit liver, sakit sekali hatiku. Tapi aku harus kuat, aku anak laki-laki tidak boleh rapuh. Walaupun pada kenyataan aku masih sangat membutuhkan kasih sayang mama. Aku ikhlas Ya Allah, jangan engkau persulit mama ku. Dalam hatiku berbisik. Aku berusaha menuntut mama detik-detik nafas terakhirnya. Hal yang paling sakit adalah aku melihat keluarnya cairan dari mulut mama…
Seketika duniaku hancur menjadi gelap, tiada siapa lagi yang bisa kupercaya di dunia ini selain mama… Aku mengusap mata mamaku… Aku harus ikhlas Allah lebih sayang dengan Mama. Duniaku seakan tidak mempunyai sinar mentari lagi. Perlahan aku menerima apa yang Allah tetapkan ini padaku. Aku yakin Allah memberikan sebuah ketetapan pada seorang hambanya melainkan karena ia mampu untuk menghadapinya.
Bukannya aku tidak bersyukur, akan kehidupanku yang bisa dibilang berkecukupan ini. Namun rasanya kasih sayang ayahku itu berbeda sekali. Sudah terbagi-bagi. Aku merasa ia melebihkan saudara tiriku ini. Ayah masih tetap mendukungku untuk menjadi abdi negara. Namun adikku juga begitu, nampaknya pun lebih mendukung adikku dari pada aku. Ahh sudahlah semuanya sudah Allah atur. Aku tidak perlu iri dengan kemampuan orang lain.
Akhirnya aku semakin akrab dengan perempuan itu … Kita sebut ia Flo saja yaa… Kehadirannya membuat hariku menjadi lebih baik. Kukatakan padanya tidak ada yang bisa kupercaya lagi Flo.. kakakku pun aku tidak banyak bercerita tentang apapun yang terjadi, yang ada nanti malah saling mengadu nasib. Flo juga tahu bahwa aku adalah anak broken home.
Ditahun kedua aku mendaftarkan diri kembali… Sungguh tidak pernah kusangka jika aku bisa lolos di tahap Awal. Kabar ini langsung kuberitahukan kepada Flo, Flo sangat bangga padaku dan mensupportku walaupun aku tahu bagaimana perasaannya karena harus jauh dariku dan aku juga harus jauh darinya. Aku memberitahu papaku, semuanya gembira.
Setelah itu aku memutuskan untuk berhenti kuliah dan melanjutkan pendidikan abdi negara. Flo selalu mensupportku. Ketika di hari pelantikanku… Flo datang dan membawakan hadiah untukku, aku terkejut tidak kusangka ia bisa menemuiku. Sambil sujud syukur aku bergumam dalam hatiku “maaa… Ini kupersembahkan semuanya untukmu, tidak ada yang bisa menggantikan posisi mama, tidak ada mama selain mama, hanya mama seorang mama bahagia pasti kan”
Aku egois. Tapi ini tidak bisa kututupi sampai kapan pun aku tidak akan pernah menyebut dengan panggilan itu. Hatiku masih belum sembuh, dari luka itu. Semoga aku kuat tanpa seorang mama. Mama… Aku berhasil, mama harus lihat ini maa… Tak kusadari air mataku ternyata telah berjatuhan.
Flo merangkul dan menepuk nepuk bahu ku…. “Ada aku disini an untukmu, aku bisa jadi tempat pulang” “Terima kasih banyak Flo… Love you to much” Flo pun membalas… “Love you too more”
Selesai
Cerpen Karangan: Intanul Jumroh Blog: intanuljumroh.blogspot.com