Sinar mentari pagi mulai menyusup masuk melalui celah gorden jendela kamarku. Bersamaan dengan itu pula suara kicauan burung yang saling bersautan meramaikan suasana pagi. Aku bangkit dari tidurku lalu membuka jendela gorden dan jendela kamarku agar sinar Mentari bisa mausk ke kamarku.
Aku bergegas untuk keluar kamar, lalu mengambil handuk dan mandi. Di dapur aku melihat ibuk dan bapak sedang bahu membahu untuk memasak cilok dan bumbu kacangnya. Mereka berdua terlihat buru-buru karena mereka kesiangan dikarenakan semalam mereka tidur larut malam selepas mengobrol denganku.
Perkenalkan namaku Siti. Aku anak tunggal dari sepasang suami istri yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang cilok keliling. Kehidupanku cukup sederhana atau bisa dibilang jauh dari kata mewah. Aku tinggal di sepetak rumah yang terbuat dari anyaman bambu dan atap yang bocor. Ketika hujan lebat turun, air menggenangi area dalam rumah. Apapun kondisinya aku bersyukur lahir dari keluarga ini, karena mereka tidak pernah berhenti untuk terus berjuang dan mereka selalu menikmati rizki yang diberikan oleh Allah.
“Buk, Pak.. Aku berangkat dulu ya?” ucapku sambal mencium tangan mereka. “Hati-hati ya nak” balas mereka.
Aku biasa menaiki sepeda ontel bututku untuk pergi ke sekolah. Aku duduk di bangku kelas XII Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN). Jarak yang aku tempuh dari rumah ke sekolah sekitar 3 km. mungkin hanya aku saja yang berangkat ke sekolah menggunakan sepeda ontel. Karena semua temanku sudah menggunakan sepeda motor. Sudah sering terjadi ketiga jalanan basah dan banyak air menggenang baju seragamku kotor karena kecipratan air saat di perjalanan.
Aku tidak pernah minder dengan keadaanku, menurutku selagi aku masih bisa untuk tidak merepotkan orang lain akan aku syukuri setiap takdir yang Allah berikan kepadaku. Sesampainya di sekolah aku bergegas memasuki ruang kelas. Aku sengaja memilih jurusan IPS karena kelak aku ingin melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya.
Ya, aku sudah selesai melakukan Ujian Nasional di minggu sebelumnya. Kemudian aku juga alhamdulllah mendapat kesempatan untuk mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi melalu jalur rapor yaitu SNMPT. Aku memilih Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Airlangga. Keduanya aku isi dengan program jurusan manajemen.
Cita-citaku adalah ingin menjadi seorang pengusaha. Karena aku memiliki keinginan yang besar untuk melanjutkan bisnis cilok kedua orangtua.. Aku memiliki impian untuk menjadi seorang pebisnis yang hebat, yang nantinya aku bisa menjadi distributor cilok yang memiliki banyak reseller di setiap daerah di Indonesia. Aku ingin sistem bisnis cilok ini aku desain secara modern. Aku ingin kedua orangtuaku tidak lagi bersusah payah untuk mendagangkan cilok mereka dari satu tempat ke tempat yang lain.
“Kring… Kring… Kring…” bel istirahat pun berbunyi. Sudah menjadi kebiasaanku jika jam istirahat aku lebih memilih untuk ke perpustakaan daripada pergi ke kantin. Karena sejujurnya aku jarang sekali menerima uang saku yang diberikan oleh orangtuaku. Lebih baik untung yang mereka dapatkan bisa digunakan untuk membeli bahan makanan atau bahan baku untuk berjualan lagi.
Di perpustakaan buku yang sering aku baca adalah buku seputar bisnis. Aku suka sekali mebaca buku salah satu pebisnis muda yang hebat dari Surabaya yaitu mas Tomliwafa. Bukunya berjudul “PERSONAL BRANDING BISA MENGUBAH TAKDIR”. Aku merasa snagat termotivasi sekali ketika membaca buku tersebut. Bagaiamana tidak, kehidupan dulu mas Tomliwafa sama dengan kehidupanku sekarang. Terlahir dari keluar yang kurang mampu, namun berkat kegigihannya sekarang bisa memiliki julukan crazy rich Surabaya.
Tak terasa jam istirahat telah selesai. Aku Kembali ke kelas, dan kebetulan hari ini pulang cepat karena para guru ada rapat untuk kelulusanku. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Berbeda dengan teman-temanku, yang banyak memilih untuk nongkrong terlebih dahulu seusai pulang sekolah.
Aku dikenal sebagai siswi yang pendiam di kelas. Tidak banyak bicara dan sulit untuk bergaul dengan teman-temanku. Bukan karea minder dengen keadaanku yang seperti ini, tapi memang aku merupakan tipe orang yang tidak suka bicara jika tidak penting. Sesampainya di rumah aku belum melihat kedua orangtuaku pulang dari berjualan cilok. Akhirnya aku memutuskan untuk bersih-bersih rumah, mencuci pakaian, mencuci piring dan peralatan lainnya.
“Huh… capek banget ya” gumamku. “Assalamualaikum” suara Bapakku yang memasuki rumah. “Waalaikumsalam” jawabku. “Gimana pak, lancar jualan hari ini?” “Sepi nduk… hanya habis 5 bungkus saja. Bapak sudah pulang karena kaki dan kepala Bapak sakit nduk”. Keluh Bapakku. Ya Allah… aku kasian sekali melihat kedua orangtuaku. Aku berjanji aku akan membahagian dan menggantikan posisi mereka nanti. Semoga di minggu depan ada jawaban yang memuaskan dari do’a-do’a yang aku panjatkan setiap hariku. Semoga aku bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dari SNMPTN.
Seminggu berlalu. “Mau kemana nduk?” “Ini pak, aku mau ke rumah mbak Lisa untuk meminjam HP sebentar buat melihat hasil seleksi SNMPTN” “SNMPTN itu apa nduk?” “SNMPT itu seleksi masuk perkuliahan melalui jalur rapor pak”. “Nduk, bukannya Bapak melarang kamu untuk kuliah. Tetapi melihat kondisi kita sekarang, Bapak gak mampu nduk untuk membiayai kamu kuliah”. Jelas Bapak dengan nada yang sedih.
Hatiku terenyuh mendengarnya. Sebelumnya Bapak dan Ibu sudah pernah bilang seperti ini saat aku mau mengisi pendaftaran SNMPT. Tetapi aku tetap meyakinkan mereka untuk merestui aku kuliah. Nantinya jika aku berhasil lolos, aku akan mencari beasiswa untuk membiayai uang UKT.
“Bismillah nggeh Pak. Bapak doakan saja Siti bisa lolos. Dan jika Siti lolos, Siti janji ga akan merepotkan Bapak lagi. Siti janji akan mencari uang sendiri untuk membayar kuliah”. Bapak hanya terdiam tidak menjawab apapun.
Aku pergi ke rumah mbak Lisa. Sesampainya di sana aku melihat hasil SNMPTN ku dan alhamdulillah aku diterima di Universitas Airlangga dengan jurusan manajemen seperti yang aku inginkan. Terimakasi Ya Allah.. engkau telah mengabulkan keinginanku untuk mencari ilmu demi kemuliaan kehidupan kedua orangtuaku.
Tak banyak membuang waktu, pada hari itu juga aku bertanya-tanya kepada mbak Lisa terkait beasiswa apa saja yang dibuka sekarang. Mbak Lisa juga merupakan seorang mahasiswa di salah satu Universitas di Kediri yang berkesempatan juga untuk mendapatkan beasiswa. Mbak Lisa memberikan beberapa channel Beasiswa yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaanku sekarang. Setelah memilih dan memilah aku memutuskan untuk mengambil 2 channel beasiswa. Yaitu beasiswa bidik misi. Beasiswa ini memang dikususkan untuk diberikan kepada keluarga yang kurang mampu.
Di hari sebikutnya aku menyiapakn berkas-berkas yang diperlukan untuk pendaftaran beasiswa tersebut. Cukup melelahkan memang, tapi aku harus kuat demi masa depanku dan mimpi-mimpiku. Berkas-berkas telah siap dan aku langsung meng inputnya ke dalam web beasiswa bidik misi.
Selang beberapa jam, akhirnya aku selesai juga meng input berkas-berkas pendaftaran. Tinggal menunggu hasilnya dalam satu bulan kedepan. Sambil menunggu waktu pengumuman beasiswa, aku meluangkan waktuku untuk pergi ke perpustakaan desa yang disediakan oleh relawan sebagai bentuk upaya mereka untuk meningkatkan jiwa literasi bagi masyarakat desa. Disana aku membaca buku-buku terkait dengan dunia bisnis, cara memanage bisnis yang baik dan beberapa buku-buku non fiksi. Biasnaya setelah pergi ke perpustakaan aku membantu pekerjaan rumah ibuku, atau aku juga membantu mereka berdua berjualan keliling.
Sebulan kemudian hasilnya keluar, dan alhamdulillah aku lolos diterima untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Aku sangat bersyukur dan bahkan aku langsung berlari ke rumah untuk memberi kabar kepada kedua orangtuaku. Mereka menangis Bahagia mendengar kabar tersebut. Aku berhambur ke pelukan hangat mereka berdua. Akhirnya, aku bisa mengejar mimpiku. Aku berjani tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Terimakasih Ya Allah, semoga ini menjadi langkah yang baik untuk masa depan dan kesuksesanku kelak. Semoga aku bisa mengangkat derajat kedua orangtuaku dan membahagiakan mereka kelak di hari tuanya.
Cerpen Karangan: Mila Marthasari Semoga cerpen ini bisa menginspirasi kaliam semua yang lagi berjuang untuk meraih impian kalian.