Namanya Mira. Mira adalah gadis cantik yang hidup sederhana. Ayah Mira merupakan seorang pedagang sayur keliling, sedangkan Ibu Mira merupakan seorang penjahit rumahan. Mira juga mempunyai kakak yang bernama Dian. Kakak Mira sudah bekerja di sebuah pabrik baju tekstil dekat daerahnya.
Suatu ketika pada pagi hari, Mira menghampiri adik sepupunya sebut saja namanya Naura yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Mira menelusuri jalanan yang ramai akan pembeli. Karena akses jalan menuju rumah Naura terdapat banyak warung, dari yang warung makanan sampai warung sayuran. Saat sampai di depan rumahnya, Mira mengetok pintu rumah sembari memanggil manggil nama Naura. “Naura, Naura”.
Tak lama kemudian, pintu terbuka dengan suara sautan Naura. “Iya, bentar kak”. Setelah pintu terbuka, Naura mempersilahkan Mira masuk ke dalam rumah. “Sini kak, duduk dulu tunggu ya aku mau siap siap di dalam,” kata Naura. “Oke, jangan lama-lama”. Jawab Mira dengan tersenyum. “Iya,” ujar Naura. Setelah berbincang sebentar, Mira duduk di kursi ruang tamu dan Naura masuk ke kamar untuk siap-siap.
Beberapa menit kemudian Ayah Naura yang berati Om Mira keluar dari dapur membawa segelas air minum untuk Mira. “Eh, Mira mau kemana pagi-pagi sama Naura?”. Tanya basa basi ayah Naura. Sembari menggeletakkan gelas yang berisi air minum tadi. “Ini, diminum Mir,” tawar ayah Naura. “Hehehe, iya om makasih. Ini Mira mau ngajak jalan pagi om,” jawab Mira dengan tersenyum. “Ohhh.. gitu iya iya, mau jalan pagi ke daerah mana?” tanya Ayah Naura lagi. “Ke daerah dekat-dekat desa aja om,” jawab Mira dengan senyuman.
Tak butuh waktu lama Naura keluar dari dalam kamar dan berpamitan kepada Ibu dan ayahnya. “Ibu, Naura mau pamit pergi jalan-jalan dulu sama kak Mira,” teriak Naura ke ibunya. Karena Ibu Naura berada di belakang rumah yang agak jauh. Ibunya yang remang-remang dengan suara Naura menyaut. “Iya hati-hati”.
Setelah ke ibunya, Naura berpamitan kepada ayahnya yang sudah di ruang tamu berbincang bersama Mira. “Ayah, Naura mau pamit pergi jalan-jalan dulu sama kak Mira,” kata Naura pamit kepada ayahnya dengan tersenyum. “Iya, hati-hati,” jawab ayah Naura. Naura menyalami tangan ayahnya yang kemudian disusul dengan Mira. Setelah itu mereka pun pergi.
Di perjalanan, Naura bertanya dengan Mira mengenai asrama yang ditempatinya. “Kak, Naura mau tanya tentang asrama kakak boleh?”. “Hmmm… Iya boleh, Naura mau tanya apa?”. “Naura mau tanya di asrama kakak tahun ini sudah ada pendaftaran lagi belom?”. “Untuk pendaftaran kakak kurang paham, coba nanti kakak tanyain ke pengurus, kenapa dek?”. “Ayah Naura kepingin Naura melanjutkan sekolah sama mondok, sama kaya kak Mira, makanya Naura tanya hal ini, Naura mau melanjutkan sekolah sama mondok di asrama kakak”. “Subhanallah, mulia sekali kamu, coba nanti kakak tanyain ke pengurus mengenai pendaftarannya”. “Bener kak, makasihh yaa”. “Sama-sama”. Setelah berbincang-bincang Naura dan Mira melanjutkan jalan paginya.
Beberapa jam kemudian… Mira dan Naura menyudahi jalan paginya karena merasa sudah cukup menempuh perjalanan yang lama. Mira mengajak Naura berhenti ke salah satu toko yang buka untuk beli minum dan beristirahat sebentar.
Tidak butuh waktu lama Mira keluar toko dengan membawa 2 botol air mineral kemudian menyodorkan ke Naura. Lalu mereka meminumnya dan berisitirahat di depan toko tersebut.
Basa-basi Naura bertanya lagi kepada Mira terkait kepulangannya ke asrama. “Kak, Naura mau tanya lagi boleh?”. “Iya, mau tanya apa dek?”. “Kakak pulang kapan ke asrama?”. “Ooohhh, nanti sore dek kenapa?”. “Nanti sore? Yah cepat banget Naura gak ada teman curhat dan main lagi,” sambil senyum-senyum. “Hihh, kan masih ada temanmu disini. Tidak lama lagi kamu kan lulus katanya mau bareng sama kakak, nanti kita ketemu lagi disana,” balas Mira dengan senyuman juga. “Hehehe iya kak”. Setelah selesai berbincang dan istirahat sebentar. Mira dan Naura beranjak dan pergi untuk pulang ke rumah masing-masing.
Waktu sore telah tiba… Mira mengemasi barang yang akan dibawanya pulang ke asrama. Setelah barang sudah terkemas, Mira berpamitan kepada Ibu, kakak, om, Tante dan tak lupa sama Naura. Adik ponakan yang disayanginya. Tepat pukul 16.00 WIB.. Mira berangkat ke asrama dan diantar oleh ayahnya.
Beberapa hari setelah kepulangan Mira di asrama, Mira menghubungi Naura terkait informasi pendaftaran di asramanya. Kringgg…. Telepon Naura berdering. Melihat nama penelfon Kak Mira, Naura segera mengangkat telepon itu.
“Assalamualaikum, haloo kak Mira”. “Waalaikumsalam, dek”. “Kenapa kak?” tanya Naura. “Ini kakak dapat info terkait pendaftaran di asrama kakak, insyaallah bulan depan sudah mulai buka,” jawab Mira. Dengan rasa senang Naura menjawab perkataan Mira. “Yeahh…. Akhirnya. Makasih kak infonya Naura mau bilang ke ayah dulu terkait ini”. “Iya. Nanti kalau sudah ada kabar dari orangtuamu terkait ini bilang ya ke kakak”. “Oke kak,”. Setelah itu telepon ditutup.
1 bulan kemudian… Ayah Naura menghubungi Mira terkait pendaftaran tersebut. “Assalamualaikum Mira”. “Waalaikumsalam om”. “Om sudah di kasih tau Naura terkait asmaramu yang sudah membuka pendaftaran, Minggu depan om mau datang ke asramamu untuk mendaftarkan Naura bisakah Mira bantu?” tanya om Irwan. “Baik om, Mira bisa nanti om kabarin Mira lagi Minggu depan,” jawab Mira.
Tidak terasa Minggu depan telah tiba. Ayah Naura menghubungi Mira karena akan kesana. Setelah itu ayah, Ibu dan Naura pergi ke asrama Mira untuk mendaftarkan Naura. Sampai di depan gerbang asrama, Mira dan temannya menyambut keluarga Naura dengan hangat dan mempersilahkan keluarga Naura masuk ruang pendaftaran.
“Mari om,” kata Mira. Dengan sedikit anggukan dan senyuman, keluarga Naura masuk kedalam ruang tersebut. Setelah mendaftarkan diri, ayah Naura mendatangi Mira dan berkata “Mira, kata pengurus kira-kira bulan depan sudah bisa ditempati. Om berharap Naura bisa menjadi orang yang lebih baik disini dan om titip Naura yaaa,” ujar ayah Naura. “Baik om, Mira usahain akan menjaga Naura sebaik mungkin,” balas Mira dengan senyuman. Tidak butuh waktu lama, keluarga Naura pergi meninggalkan asrama.
Hari demi hari telah dilewati, tidak terasa bulan depan sudah didepan mata. Sesuai apa yang disampaikan ayah Naura bahwa Naura akan menempati asrama bulan ini, Mira segera mempersiapkan diri menyambut adik ponakan kesayangannya itu. Tampak mobil berwarna putih datang dan parkir di depan asrama Mira. Menyakini bahwa itu keluarga Naura, Mira segera menemuinya. Tidak ada rasa sedih diraut wajah Naura.
Senyuman dan rasa bahagia selalu terpancar dari wajah Naura. Sekitar 30 menit Naura mengelilingi asrama dan mengecek kamar bersama Mira, Naura kembali menemui ayahnya yang menunggu diruang tamu. Sebelum meninggalkan Naura, Ayah Naura berpesan kepada Mira untuk menjaga dan menitip Naura. Sebaliknya dengan Naura tidak boleh nakal serta aneh-aneh. Setelah itu, ayah Naura pamit kepada Naura dan Ibunya. Naura menyium tangan kedua orangtuanya dan berkata “Ayah, ibu doain Naura ya semoga Naura bisa membanggakan ayah ibu disini”. Kedua orangtua Naura mengangguk dan memeluk putri kesayangannya itu. Setelah itu Ayah dan ibu Naura pergi meninggalkan Naura dan Mira.
3 bulan telah berlalu.. Naura semakin betah dan pandai di asrama. Segala organisasi di asrama ia ikuti. Tata tertib selalu ditaati serta kewajiban di asrama ia jalanin.
Suatu ketika pada malam hari terdapat kabar mengejutkan, bahwa orangtua Naura mengalami kecelakaan parah. Ayah Naura mengalami koma, dan ibu Naura Mengalami luka-luka parah. Kabar itu sontak mengejutkan Mira yang pertama kali mendengarnya dari telepon asrama. Ayah dan kakak Mira akan menjemput Naura di asrama. Mira tidak bisa berkata-kata. Mira bingung mau menceritakan kabar ini ke Naura, Mira takut Naura sedih. Akhirnya Mira membohongi Naura akan kabar ini, Mira berkata bahwa nanti akan ada ayah dan kakak Mira yang akan menjemput Naura karena perihal acara keluarga penting. Padahal perihal kabar ini. Tak lama Mira segera memberi tahu Naura kabar tersebut. Naura yang sedang bergurau bersama temannya sontak terkejut dan berkata “Hahhh…. Serius kak, yeyahhh akhirnya pulang,” bahagia terpancar dari raut wajah Naura. Seketika Mira meneteskan air mata, mengingat dia sudah berbohong kepada Naura.
Beberapa menit kemudian, pengasuh asrama memangil nama Mira untuk turun. Mira segera turun dan didapatilah ayah dan kakak Mira. Pengasuh asrama mengalihkan pembicaraan kepada Mira dan ayahnya dan pergi ke dalam. Gemetar dan takut yang dirasakan Mira. Menganggap semua itu tidak benar. Tetapi takdir tidak bisa dilawan. Ayah Mira menyeritakan kejadian yang sebenar-benarnya kepada Mira. Tetesan air mata itu tiba-tiba mengalir dengan sendirinya. Ayah Mira berpesan agar Mira tidak terlihat sedih didepan Naura dan meminta Mira untuk segera memanggil Naura. Dengan kondisi syok dan lemas, Mira tidak boleh kelihatan sedih didepan Naura sesuai perintah ayahnya. Mira pun bergegas untuk memanggil Naura. Sesampainya di kamar Naura, Mira berkata “Dek, ayah dan kakak aku sudah datang”. “Yeahhh…. Akhirnya, oh ya kak, kakak tidak ikut pulang?”. “Hmm tidak dek, kakak masih banyak tugas jadi tidak bisa ikut kamu pulang”. “Yahh.. yaudah kapan-kapan pulang bareng ya kak”. “Iya,” sembari menahan air mata yang akan jatuh.
Setelah bersiap-siap, Mira mengantarkan Naura ke ayah dan kakaknya. Kemudian ayah, kakak, dan Naura berpamitan kepada pengasuh asrama serta Mira. Setelah itu mereka pergi. Selepas pergi Mira meneteskan air mata dan berharap Naura tidak apa-apa.
Mirapun masuk asrama dan kembali ke kamarnya. Teman-teman Mira yang mengetahui kabar tersebut turut berduka atas musibah yang menimpa adik keponakannya itu. Hanya doa yang bisa Mira ucapkan untuk keselamatan serta kesehatan om dan tantenya dan ketabahan Untuk adik ponakan itu.
Cerpen Karangan: Desti Kurnia Puspitaningrum Blog / Facebook: Destikurniapuspitaningrum