Selama perjalanan pikiran Venus melayang, ia membayangkan bagaimana jika kenyataan yang ada tak sesuai harapan yang ia mau. Bagaimana jika ia tak mendapatkan keinginannya kali ini. Tapi Venus harus tau semua yang terjadi hari ini pasti sudah menjadi takdirnya. Venus harus sadar jika harapannya tak sesuai realita itu sudah jalan dari Tuhan. Singkat cerita sampailah Venus dan Galen di sebuah rumah mewah, bahkan lebih mewah dari rumah Biya.
“Kita udah sampai Venus, ayo turun!”, suruh Galen. “Sebentar Galen gue masih belum cukup berani menerima kenyataan yang ada nanti”, jawab Venus. “Lo harus tau sekarang kan? Lo mau menunda lagi? Atau lo mau lari dari kenyataan yang akan lo terima nanti?”, cecar Galen. “Oke Galen mari kita turun, gue tau lo juga ada kaitannya dengan ini”, ujar Venus.
Langkah Venus dan Galen kini membawa mereka sampai di sebuah ruangan, ruangan besar dan tampak elegan. “Lo tunggu disini, gue mau manggil seseorang dulu Venus”, ujar Galen. Venus hanya menganggukkan kepalanya, entah berapa lama Galen meninggalkan Venus disini sendiri. Venus yang mulai penasaran dengan album foto diatas meja pun mengambilnya. Ia melihat banyak sekali foto bayi kembar, Venus tidak bisa memastikan bayi kembar itu berjenis kelamin sama atau tidak. Venus bertanya pada hatinya mengapa kalung yang mereka pakai sama, pikir Venus itu adalah kalungnya. “Itu saya dan kakaknya saya Valen, namanya Tiana Sasmitha Wijaya” ucap seorang wanita. Venus yang kaget dengan panggilan lain namanya, lantas menoleh pada wanita itu.
Wanita tersebut berjalan kearah Venus dengan senyum manisnya. Melihat wanita itu entah mengapa Venus merasa jika wanita itu mirip dengan dirinya, ternyata Biya tidak berbohong tentang wanita itu. “Selamat siang Valencia”, sapa wanita itu. Venus yang tak biasanya dipanggil Valencia hanya bisa membalas sapaan wanita itu dengan senyumnya lalu berkata “Mengapa tante memanggilku Valencia?”, tanya Venus. “Namamu memang Valencia bukan? Kamu mau cari apa Valencia? Tanyakan pada saya semua yang ingin kamu tanyakan”, ujar wanita itu.
“Dimana orangtua saya tante, kata Galen tante yang tau semuanya tentang orangtua saya dan saya tante?”, ucap Venus dengan mata yang memerah, Venus tau ia tak akan bisa jika menahan airmata nya. “Jangan terburu-buru sayang, bagaimana kalau kita mulai dari album yang ada di tanganmu itu dulu”, kata wanita itu, “Ah tidak bagaimana kalau kita berkenalan dulu, nama saya Tiara Sasmitha Wijaya”, ucap Tiara. “Tante saya hanya butuh penjelasan dari tante, apapun itu saya mohon tante jangan berbelit-belit”, kata Venus.
“Saya rasa kamu sudah tidak sabar Valencia, mari kita duduk. Menurut kamu saya harus memulai bercerita darimana sayang”, tanya Tiara. “Ayolah tante ceritakan semua yang seharusnya saya tau”, jawab Venus. “Baiiklah, Valencia sebelumnya apa kamu tau siapa bundamu itu? Valen seharusnya kami menemukanmu lebih cepat dari ini. Maaf valen bunda yang merawatmu itu sebenarnya orang yang memisahkanmu dengan keluargamu. Valen perlu kamu tau saya mirip denganmu bukan berarti saya Ibumu, kamu adalah anak dari kakakku Valen. Kami memang kembar identik, jadi tak aneh jika wajahmu mirip denganku”, jelas Tiara
“Tante, tante jangan asal bicara bunda luna orang baik tante. Nggak mungkin bunda luna yang memisahkanku dengan orangtuaku tante”, elak Venus. “Valen kadang orang jahat itu menutupi kejahatannya dengan kebaikan”, ucap Tiara, sambil mengelus pundak Venus yang mulai bergetar. “Valencia 17 tahun yang lalu saat usiamu masih 1 tahun kamu dan keluargamu berlibur ke Bandung. Hingga seminggu setelahnya keluargamu pulang tanpa membawamu Valen. Saya tanya ke ayahmu dimana kamu, ayahmu hanya diam saja lalu saya tanya ke ibumu dimana putri kecil kalian. Mereka tak menjawab Valen, mereka malah menangis dengan Galen di gendongan ayahmu. Saya tak berhenti disitu, saya tanya lagi pada mereka dimana Valencia. Dengan air matanya ibumu mengakatan jika dia telah kehilangan kamu Valen, mereka kehilangan putri kecil mereka”, jelas tiara.
“Valen Ibumu lengah, ia tak bisa menjagamu hingga kamu dibawa kabur oleh Luna. Saat itu Ibumu ngin ke kamar mandi, padahal Ayahmu dan Galen sedang pergi membeli sesuatu. Ibumu tak tahu harus menitipkanmu kepada siapa, karena saat itu kalian sedang di tempat makan Valen. Pikir ibumu kamu akan aman jika ditinggal sebentar karena suasana disana sedikit ramai. Namun semua salah Valen, Luna tiba-tiba datang dan membawamu pergi. Luna dulu sahabat Ibumu, tapi entah mengapa luna berubah ketika Ibumu akan menikah dengan Ayahmu. Saya dulu tak mau mencari tau mengapa Luna tega mengambil kamu dari Tiana Ibumu. Namun setelah Galen cerita kalau ada gadis yang mirip denganku, saya langsung mencari tau semuanya. Tepat satu tahun yang lalu ketika Luna meninggal saya baru tau kalau Luna dulu mantan pacar Ayahmu. Luna merasa Ibumu sudah mengkhianati dia, padahal kenyataannya Ibumu tak tau menau tentang hubungan mereka berdua”, lanjut tiara
“Valen memang ini kenyataannya, orangtuamu dan Galen sudah tiada. Mereka meninggalkan kalian sejak Galen berusia 6 tahun. Sejak saat itu saya yang merawat Galen, beberapa tahun setelah orangtuamu meninggal saya mulai mencari informasi tentang dirimu. Namun saya selalu gagal untuk mencari kamu dimana, kamu disembunyikan Luna kemana. Tapi sekarang saya bersyukur valen, saya sudah bertemu denganmu. Valen bolehkah saya memelukmu?”, lanjut Tiara.
Setelah Venus mendengarkan cerita dari Tiara, entah mengapa perasaan Venus menjadi tak menentu. Ia kesal mengapa bundanya harus berlaku jahat pada dirinya. Ia juga sedih jika kenyataan yang ada orangtuanya sudah meninggal. Venus tak memiliki siapapun sekarang, untuk Galen Venus menerima lelaki itu menjadi kakaknya, terasa sulit namun ini kenyataan nya.
“Tante, tolong peluk Venus. Terserah tante mau manggil Venus apa, tante terimakasih sudah menceritakan kisah ini. Venus bersyukur sudah mengetahui semuanya, walaupun Venus harus menerima fakta jika bunda Luna menjadi orang dibalik perpisahan Venus dengan keluarga Venus”, kata Venus. “Valen setelah ini izinkan saya menjaga kalian berdua mulai sekarang. Saya mohon anggap saya seperti ibumu”, pinta Tiara. Venus tak tau harus berbicara apa semua ini terasa cepat, Venus hanya bisa pasrah pada takdir.
“Gal, lo kakak gue kan mulai sekarang?”, tanya Venus pada Galen yang baru saja bergabung di ruang tamu. “Bahkan dari dulu lo udah adik gue Venus”, jawab Galen. “Terimakasih Tuhan, jawaban atas doaku sudah engkau kabulkan. Memang kenyataan yang ada tak sesuai harapanku. Tapi aku bersyukur Tuhan, engkau sudah mempertemukanku dengan saudara kandung dan adik dari Ibuku”, batin Venus. Ini akhir kisah Venus, meski tidak sesuai harapanya Venus berusaha menerima. Ia sudah merasa bersyukur bertemu dengan keluarganya lagi.
Cerpen Karangan: Leonya Agustus Blog / Facebook: Namasaya (LeonyaAgustus)