Pagi, langit biru membentang luas. Cahaya mentari yang menyeruak masuk ke kamar, diiringi suara nyanyian dari Hp yang bergetar. “Kampretttt…” Dya memekik dalam hatinya. Pukul tujuh kurang sepuluh menit. Ia segera cepat-cepat mandi dan berganti seragam sekolah.
Ibunya menyiapkan segala sarapan pagi itu. Dya berlari dari kamarnya dan segera mengambil selembar roti untuk digigitnya dan berlari keluar. Ibunya meneriakinya tapi sudah terlambat. Bukan waktu yang tepat untuk menjawab pertanyaannya.
Mengambil sepeda yang selalu ia naiki setiap hari, dikayuhnya kuat-kuat. Melewati lorong-lorong menuju ke tempat ia sekolah.
Sesampainya di sekolah, Dya menggerutu dalam hatinya. Sejenak melihat jam pada Hpnya, pukul tujuh lebih lima belas menit. Gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Dya mengayuh sepedanya agak menjauh dari gerbang, takut kalau-kalau ada yang melihat ia terlambat, akan jadi momen paling memalukan dalam hidupnya.
Dya terus berpikir, apa yang harus ia lakukan. Dya mencoba mengheningkan pikirannya, ia memang salah karena telah terlambat.
Dalam keheningan itu, tiba-tiba saja Hpnya berbunyi. Ini telepon dari Sam, teman sekelasnya. Dan Dya mulai tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Cepat-cepat Dya mengangkat telepon itu. “Hallo..” “Hallo, Dya.. kamu lagi sibuk hari ini?” Dya menjawab, “Sam, apa aku boleh minta tolong untuk hari ini saja. Aku sangat ceroboh, dan, bisakah kamu membuatkan surat izin untukku?” “Surat izin untuk apa maksudmu? Aku tidak paham.”
“Yahh, sebenarnya aku sedikit terlambat hari ini. Dan kau tau, aku tidak bisa masuk ke sekolah, karena ini sudah jam pelajaran. Jadi buatkanlah aku surat izin secara diam-diam, dan berikanlah pada guru waktu jam istirahat nanti.” “Terlambat sekolah katamu? Tapi ini kan hari minggu?” “Hari minggu?” Dya menutup teleponnya. Oh My God.. Apa yang sudah ia lakukan.
Cerpen Karangan: Nur Santoso Blog / Facebook: Nur Santoso Nur Santoso, Kota Tulungagung