Elsa memasukkan buku pelajarannya ke dalam laci meja. Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu.
“Sa, kantin yuk.” Elsa menoleh ke arah suara. Anna, teman sebangku nya sudah berdiri di depan pintu kelas. “Ya, duluan aja,” jawabnya singkat. Anna mengangguk dan segera pergi meninggalkan Elsa sendirian di ruang kelas. Karena teman-temannya yang lain sudah berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar.
Elsa mengeluarkan handphone dari saku rok abu-abunya. Sebuah pesan masuk mengalihkan perhatiannya.
From: Putra my tai 09.15 WIB Jangan lupa makan, kantin sana. Nanti pulang bareng ya, sekalian mampir ke rumah
Sebuah senyuman terbit di wajahnya. Ini bukan pertama kalinya cowok itu memberikan perhatian padanya. Tapi hal itu selalu membuatnya senang bukan main.
To: Putra my tai 09.16 WIB Iya, kamu juga
Putra. Cowok yang memiliki status sebagai pacar Elsa. Mereka bersekolah di sekolah yang sama, hanya saja berbeda kelas.
Elsa memasukkan kembali handphonenya setelah mengirim balasan pada pacarnya itu. Lalu ia keluar dari kelas, berniat untuk pergi ke kantin dan mengisi perutnya. Karena sebentar lagi jam istirahat akan segera habis.
Elsa mendudukkan dirinya di meja kantin. Bersebelahan dengan Anna, yang tengah memakan batagornya.
“Kok lama sih?” tanya Anna setelah menelan suapan batagornya yang terakhir. “Tadi Putra sms, jadi gue bales dulu,” jawab Elsa, kemudian memakan bakso yang tadi ia pesan. “Yaelah, cuma sms doang. Sambil jalan bisa kali, balesnya.” Elsa melirik Anna tajam. Yang ditatap malah menampilkan senyum tanpa dosa.
“Biarin lah, yang jomblo sirik aja.” “Eh, enak aja lo kalo ngomong.” Anna menepuk pundak Elsa kesal. Elsa terkekeh geli. “Ya, emang fakta kan.” “Nggak gitu juga kali Sa, banyak orang denger nih.”
Anna bersungut kesal. Status jomblonya itu hanya dia, Elsa, dan Tuhan lah yang boleh tahu.
Tiba-tiba, seseorang datang sambil menggebrak meja yang ditempati oleh Elsa dan Anna. “Rin! Ngagetin aja sih!” Elsa mengusap dadanya pelan, karena kaget oleh temannya, Rina, yang datang tidak diundang dan langsung menggebrak mejanya tanpa permisi. “Hehe, kalem Sa. Nih, ada titipan dari bebep lo.” Rina menyerahkan sebuah amplop berwarna pink kepada Elsa.
“Apaan nih?” Elsa mengernyitkan dahinya, bingung. “Elah, lemot amat sih. Itu dari Putra, dia nitipin ini ke gue buat disampein sama lo.” “Kok dititipin sama lo sih?” “Tau lah, tanya aja sama dia. Eh, pulang sekolah nanti gue duluan. Gak mau gue jadi kambing congek diantara kalian.”
Elsa tertawa mendengar penuturan dari temannya itu. Rina memang satu kelas dengan Putra. Dan selama ini dia selalu pulang sekolah bersama dengan Elsa. Kecuali jika Putra mengajaknya untuk pulang sekolah bersama.
“Yaudah, makasih ya. Sampein ke Putra, lain kali kasih suratnya langsung aja.” “Ah, males gue. Gimana nanti aja, gue cabut ya. Bye. Eh, Anna, cepet taken ya. Emang nggak bosen apa jadi jones mulu?”
Anna yang sedari tadi hanya diam dan mendengarkan langsung melotot tatkala mendengar kalimat yang Rina sampaikan.
“Eh si dugong, ngaca woy!”
Anna berteriak kesal pada Rina, yang kini sudah lari terbirit-birit untuk menghindari serangan dari Anna.
Elsa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua temannya itu. Lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada amplop pemberian dari Putra. Sebuah amplop pink yang ditempeli stiker hati pada bagian depannya. “Ini apaan sih? Surat cinta kali ya, emang sekarang masih jaman surat-suratan.”
Elsa terkekeh geli, membayangkan pacarnya itu memuliskan kata-kata yang puitis dan menuliskannya pada sebuah surat. Itu sama sekali bukan Putra.
Kelas X IPS 2 sedang jamkos, guru yang seharusnya mengajar sedang berhalangan hadir. Suasana di kelas sangatlah ribut, bisa dibayangkan jika sebuah kelas tanpa adanya guru, dan tanpa tugas pula. Merdeka.
Elsa duduk di bangkunya sambil membolak-balik amplop pink pemberian dari Putra.
“Buka nggak ya?” Elsa masih menimang-nimang untuk membuka amplop itu ataukah tidak.
“Buka aja deh, penasaran.”
Elsa kemudian mencopot stiker berbentuk hati yang berfungsi sebagai perekat amplop tersebut. Dikeluarkannya sebuah kertas berwarna pink dari dalamnya. Kemudian membuka lipatannya, dapat ia lihat tulisan yang dibuat oleh Putra untuknya.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam rindu dari calon menantumu bu. Saya Putra Abinaya, bermaksud untuk berkunjung ke rumah ibu. Hari ini, tepat hari Jum’at 17 November 2017, saya berniat untuk melamar putri ibu yang bernama Elsa Fitriani untuk menjadi pendamping di masa depan saya kelak.
Saya harap, ibu sudi untuk merestui niat saya yang akan melamar anak ibu. Saya janji akan membahagiakannya dengan sepenuh hati dan segenap jiwa raga saya. Saya berjanji tidak akan menyakitinya, membuatnya terluka, dan membuatnya menangis.
Mungkin itu saja yang akan saya sampaikan. Tunggu kedatangan saya di rumah bu. Saya harap ibu tidak menolak saya, nanti saya bisa nangis. Muka saya nggak ganteng lagi nanti.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Salam penuh cinta dari calon menantumu
Putra Abinaya
Elsa tertawa geli setelah membaca isi surat pemberian Putra. Ia bilang akan melamarnya hari ini juga, benar-benar konyol.
Putra memang memintanya untuk pulang bersama dan akan berkunjung ke rumahnya untuk bermain. Putra juga sudah mengenal baik ibunya, tapi dia sebelumnya tidak pernah membuat surat-surat seperti ini.
To: Putra my tai 10.35 WIB Aku masih anak sekolah, satu SMA
From: Putra my tai 10.36 Udah dibaca, ya? Nggak papa, kita mulai dari sekarang. Hehe
Pipi Elsa benar-benar sudah memerah saat ini. Sebuah senyuman tak lepas dari bibirnya. Surat dari Putra Benar-benar mampu membuatnya terbang.
Cerpen Karangan: Siti Nuraeni Blog / Facebook: Siti Nuraeni Siti Nuraeni. 16 tahun, biasa menulis di wattpad.