Sesudah itu, aku sudah sangat senang sekali karena itu biaya kuliahku tidak memberatkan lagi orangtuaku yang sangat aku sayangi. Akhirnya terjerembablah semua usaha Adara yang selalu berusaha menjatuhkanku, walaupun ia anak dari Pak Direktur. Tapi, Pak Direktur memang sangat berkharisma bahkan pada anaknya pun dia tegas. Dia tidak peduli seberapa tersohornya anaknya itu, ia hanya ingin anaknya itu memiliki bakat yang bisa menguntungkan baginya sendiri dan orang lain. Setiap hari Sabtu aku memasuki Gedung itu. Tetapi selalu saja, Adara menatapku sinis dan membuat fiktif fiktif tentangku pada hampir setiap karyawan gedung itu. Dan setelah seantero mengetahui itu akhirnya terdengar kabar juga pada Pak Direktur. Aku hanya bisa tertunduk mendengar celaan dari Pak Direktur yang dimana menurut fiktif tersebut aku dinyatakan sebagai pembuat onar di sekolah pada masa lalu dan sebenarnya semua karyaku itu merupakan jiplakan dari berbagai referensi penyair ternama di dunia. Dalam kata lain aku membuat karya secara tidak orisinil. Bahkan ia membuat pernyataan pada salah satu syair dan cerpenku yang dipajang adalah buatan putri dari Pak Direktur yaitu Adara Rawnie. Dan ia mengatakan bahwa menurut fiktif itu juga aku berusaha mengambil hak cipta milik Adara. Ini mengancam diriku. Sungguh, Adara sudah sangat hebat melewati batas. Salah apa lagi aku padanya? Oh Retorikku lagi.
“Silahkan Hengkangkan sosok Fredella ini dengan karya yang menjiplak karya putri kesayanganku. Silahkan hengkang!” Perintah Pak Direktur.
Aku ingat kapan aku mempublikasikan karya karyaku pada laman prambanan. Namun, entah mengapa blog yang kumiliki tidak dapat aku masuki. Hal ini seperti sesuatu yang direncanakan, taktik memang bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi, kasus apapun bisa ditangani oleh hati yang bersih.
Fayyad terus mencari tahu semua tentang blogku sampai titik dimana dia menemukan petisi yang dibuat olehku enam tahun yang lalu, dimana blog tersebut tidak dapat dikunjungi dan sekarang semua rahasia itu terbongkar sudah. Berkat kemampuan Fayyad yang hebat dalam segi ilmu teknologinya itu, membuatku sangat berterimakasih atas semua fakta yang telah dibuktikan. Setelah mencatat semua penelitian itu Fayyad dan aku pergi menuju orang yang ahli dalam bidang tersebut. Akhirnya, aku ditemani Fayyad Menemui ahli teknologi itu untuk menguraikan laporan yang berisikan nomor acak dan alphabet yang berantakan. aku merasa diterpa badai jikalau aku meneliti itu semua.
Laporan sudah diuraikan dan dijelaskan oleh komunikator dunia digital itu dan memberikan padaku. Saat kubuka sandi yang digunakan adalah nomor handphone Adara semasa SMP, Apa sepintar itukah dirinya mencuri hak milik orang lain? Memangnya dulu sudah sangat canggih seperti ini? Kenapa dengan retorikku ini. Fayyad menghiburku supaya tidak sedih atas apa yang terjadi padaku. Aku harus bangkit kedua kalinya untuk menyapu debu debu yang salah tempat pada nama baikku di daerah gedung itu. Dan tak ingin ini semua semakin berkelanjutan.
Aku datang menjelaskan laporanku pada Pak Direktur atas pemecatan yang tidak berdasar hal fakta. Aku mulai beragumen dan membeberkan fakta fakta ditemani Fayyad. Akhirnya Pak Direktur Kalah dan mengakui putrinya memang salah. Semua memang tidak kembali baik begitu saja. Ada beberapa yang harus dilaluiku untuk menjadi kembali bangkit.
Setelah itu, ada perusahaan surat kabar dan mengundangku untuk menjadi salah satu pembuat syair dan cerpen pada halaman khusus agar membuat para pembaca tidak terlalu bosan dengan menumpuknya berita. Akhirnya aku Berjaya lagi dan tepat di hari aku bisa Berjaya lagi, Fayyad meminangku dengan semua kecerdikan dalam memecahkan masalah itu dan berbagai peristiwa aku lalui bersama dengannya tanpa status kekasih tetapi berstatuskan sahabat baik. Namun, ini benar benar mengguncang hatiku rasanya berlari lari diatas awan. Ia membuatku senang sekali memang ini sudah cukup bagiku dia benar benar berani menemui ibu dan ayahku.
Setelah itu, tiba-tiba saja di depan rumahku aku mendapati surat. Surat itu memang sangat membuatku kaget. Namun, semua itu membuatku bergegas pergi dan menyuruh Fayyad juga pergi ke rumah sakit itu. Sesampainya disana aku langsung berlari menghampiri kamar sahabat lama yang pernah sarkas padaku. Fayyad pun menyusulku. Setelah itu, aku menjenguknya dan menghampiri sambil menangis.
“Dara, aku benar benar menyesal telah memberitahu ayahmu mengenai itu semua tapi tidakkah kau berlebihan sampai sakit seperti ini? Ini Ruang bedah. Apa yang sebenarnya terjadi?” “Fre atau Del atau la namamu unik juga aku suka nama itu, tapi aku hanya ingin meminta maaf pada pemilik nama itu. Karena aku telah berusaha menghancurkan hidupnya aku mohon maafkan aku,” “Tidak, tidak apa apa aku sudah memaafkanmu sedari dulu juga. Namun, berusahalah untuk sembuh ya Aku yakin pasti Allah memberikan kita keajaiban.” Kataku sendu. “Ini penyebab aku benci dirimu aku iri padamu karena ucapanmu yang tegar dan bijak dan juga Lelaki itu orang yang sangat aku cintai telah menjadi sahabat terdekatmu atau bahkan menjadi sahabat hidupmu selamanya? Aku harap kalian baik baik saja selamanya. Maafkan aku telah berbuat jahat mungkin ini balasan atas tindakanku saking kelewatan bencinya padamu Fre. Tapi, ketahuilah sekarang aku sangat menyayangi kalian. Aku tidak ingin membuat kalian tidak damai ketika hidup.” “Hentikan, Aku memang pernah menyukaimu tapi aku sudah bilang kalau aku tak ingin jadi sahabatmu Dara! Dan juga tolong berikan penjelasan yang logis mana mungkin kau bisa sangat membenci Fre dengan begitu kejamnya hanya karena aku?” Guman Fayyad berdengus kesal. “Dia cantik, Hampir saja dia tersohor karena puitis, bijak, cerdas, baik, sederhana tidak sepertiku yang serba ada tetapi, tetap saja dari sekian temanku hanya dia yang paling membuatku iri. Bahkan, orang yang aku cintai pun menyukainya. Aku sudah dewasa saat itu aku faham apa yang dilakukan orang introvert semacam Fre ini dan aku melakukan berbagai cara dengan kata kunci nomor ponselku. Aku senang saat menjatuhkannya. Saat dia terbaring sakit dua minggu sampai Ayahku tak mempercayai seorang nona puitis ini lagi!” “Maafkan aku kalau aku benar benar melakukan itu semua maafkan aku tolong maafkan aku kumohon,” Permohonanku yang benar benar sendu, Fayyad membuang muka dan tak menggubris celotehannya. “Baiklah maafkan aku ya. Terimakasih telah datang menemuiku doakan yang terbaik untukku untukmu untuk kita semua. Semoga bermanfaat untuk orang lain dan diri sendiri. Bergunalah bagi diri sendiri dan orang lain! Sampaikan salamku untuk keluarga kalian. Selamat tinggal!” Tutur Adara tersenyum sambil didorongnya tempat tidur menuju ruangan bedah sambil memegang kertas surat itu. Setelah, bersiap siap ia tidak ingat apa apa dan ternyata sebelum bedah tumor pada otaknya dimulai, Adara sudah menghembuskan nafas terakhirnya itu.
Sekalang kabutnya petugas di Rumah Sakit itu membuatku sedih tak karuan. Ketika aku dan sahabatku mulai membaik dia malah pergi meninggalkanku. Aku harap dia tenang disana. Aku benar benar sedih telah berusaha menjelaskan semua keburukan Adara yang berdampak padaku kepada ayahnya. Tapi Fayyad selalu menghiburku dan mengatakan kehidupan tidak bisa diatur oleh pelakunya tapi semuanya sudah diatur oleh seorang Penulisnya sama seperti cerpen, itu semua tergantung apa yang diinginkan oleh seorang Penulisnya atau lebih tepat Penciptanya.
Sesaat kemudian, Perawat yang keluar dari ruangan itu menanyakan namaku dan memberiku secarik surat. Aku tahu ini masih sama dengan surat yang dikirimkannya lewat pos juga walau sudah dua hari yang lalu dia menulisnya.
“Aku ingat sekali dialogmu ketika mengatakanku adalah pribadi serba individualis sehingga membuatku berubah menjadi seorang yang dapat melakukan tekad yang besar di dunia ini, Terimakasih telah menjadi Narator yang berhasil membuatku bertekad, Adara.” gumanku berduka melihat tubuhnya kini ditutupi lembaran kain putih.
Cerpen Karangan: Feetnut