Dia udah siap pagi-pagi banget. Hari ini adalah hari yang paling ditunggunya selama ini. Dia memandang ke arah langit, cerah. Secerah hatinya saat ini. Kecerahan hatinya memancar hingga ke wajah. Biasa, kalo orang lagi seneng atau penuh harap wajahnya pasti cerah.
Ini adalah hari pertama Putri masuk sekolah baru, setelah berminggu-minggu dia lulus SMP, Putri gak langsung nerusin sekolah ke SMK. Bahkan, awalnya dia gak akan nerusin sekolahnya itu. Ayahnya bilang “Udah lah kamu di rumah aja dulu, nanti kalo bapak ada uang, inshaAllah kamu terusin ke SMK ya?” Hatinya sedih mendengar itu. Rasanya kayak udah gak ada lagi semangat untuk hidup. “Mau ngapain kalo gak sekolah? Kerja? Please, gue baru 16 tahun. Mau kerja apa? Terus gimana sama masadepan gue nanti? Ya Allah, aku gak mau putus sekolah” rintihnya dalam hati.
Bagaimanapun, Putri gak bisa memaksakan kehendak Ayahnya. Kalo dia tetap maksa untuk nerusin sekolah ke SMK, takutnya nanti malah putus ditengah jalan.
Lalu, ditengah-tengah kesedihan itu, Ibunya menelepon dari jauh. “Neng, kamu mau diterusin kemana sekolah?” Tanya sang Ibu dari jauh, setelah berbasa-basi menanyakan kabar anaknya yang kini sedang berada jauh darinya “Enggak bu, kayaknya gak akan diterusin deh” jawabnya dengan nada sedih, dia memang sedang menahan air mata “Lho? Kenapa?” Tanya sang Ibu lagi “Bapak gak ada uang bu” Jawabnya lagi dengan suara tersendat, sedang menahan untuk tidak menangis “Hmm, ya udah sekarang ikut Ibu aja ya? Kamu sekolah disini?” Tawar sang Ibu dari sana, prihatin dengan keadaan putri nya “Maksud Ibu?” “Nanti Ibu bilang sama Bapak, kamu mau kan sekolah disini? Tinggal sama Ibu..” Kata Ibu lagi memperjelas Ohh… Dia seperti menemukan semangat hidupnya lagi, hatinya yang sesak karena menahan airmata tiba-tiba jadi lega.
Setelah satu minggu menunggu Ibu, akhirnya Ibu datang menjemput. Iya, jadi dia adalah anak dari keluarga yang “Broken Home”. Ibu sama Ayahnya udah lama pisah. Selama ini dia ikut ayahnya, karena dia gak mungkin ikut Ibunya. Ibunya pun seperti menyerahkan dia ke Ayahnya aja, dia takut gak bisa membesarkan anaknya dengan baik dan benar. Karena faktor ekonomi sih sebenernya.
Dan, karena faktor ekonomi pula sekarang dia akan ikut sama Ibunya. Dengan berat hati, Ayah melepaskan Putri buat tinggal sama Ibunya. Kelihatan jelas, kalo ayah sebenarnya gak rela Putri pergi. Tapi ini kemauan Putri buat memperjuangkan haknya sebagai seorang anak indonesia yang membutuhkan pendidikan.
Setelah berpamitan, Putri berangkat menuju kota Bogor. Tempat ibunya tinggal, dan kini akan menjadi tempat tinggalnya juga. Sebenarnya Putri juga berat harus meninggalkan Bandung, tempat ia dibesarkan dengan penuh kasih oleh sang Ayah. Disana pula, dia memiliki banyak kenangan selama hidupnya. Tapi, ini harus Putri jalani, demi bisa nerusin sekolah. Dia harus kuat, demi masadepannya, juga demi kedua Orangtuanya ini. Oke, Putri anggap ini adalah pengorbanan.
Di perjalanan menuju Bogor, hati Putri gak berhenti nangis. Perih banget sebenarnya, harus ninggalin Ayah. Tapi disisi lain Putri juga senang karena dia bakal nerusin sekolah ke SMK.
Setelah sampai di Bogor, Putri gak langsung masuk gitu aja ke sekolah barunya. Dia harus nunggu selama kurang lebih satu bulan dulu. Ngurusin ijazah yang kelupaan gak dibawa di Bandung, ngurusin banyak hal juga. Dalam proses itu Putri ngerasa jenuh banget. Biaya buat bolak-balik Bandung-Bogor itu gak murah. Putri ngerasa udah ngerepotin orang lain, terlebih Ibu. Putri gak tega. Putri hampir nyerah sama keadaan tapi ini udah terlanjur. Ini harus diterusin.
Dan sekarang, penantian Putri berakhir. Putri bakal segera masuk sekolah baru, yeay!
“Selamat pagi dunia, semoga ini bakal jadi hari yang paling menyenangkan dalam hidup gue. Gue udah capek nih nangis mulu, nunggu kapan bakal sekolah..” Ucap Putri pada bayangannya sendiri di cermin dengan sangat bersemangat Sekolah baru itu bernama “MA Darul Ulum”, Putri gak bisa milih dia bakal sekolah dimana. Bisa sekolah aja Putri udah bersyukur banget. Sekolah ini adalah sekolah pilihan Bibinya. Sekolah yang cukup bagus, dari segi bangunan dan dari segala sisinya tapi biayanya pun cukup terjangkau dengan kondisi ekonomi keluarga Putri.
Putri diantar oleh Om Asep dengan motor tuanya hingga ke ruang guru yang terletak di lantai dua sekolah, setelah berbasa-basi dengan petugas TU (Tata Usaha) akhirnya Putri diantar oleh seorang guru ke kelas yang akan ia tempati sekarang. Sebelum pergi, Om Asep bilang “sekolah yang bener ya? Jadi anak pinter. Om pulang duluan, nanti kamu pulang sendiri ya kan udah tahu jalannya ini…” Putri pun tersenyum dan mengangguk tanda meng-iyakan ucapan Omnya tersebut.
Om Asep berlalu, dan Putri sudah tiba di depan kelas. Hati Putri berdebar dengan kencang. Melihat pintu kelas dibuka, suara riuh yang terdengar di dalam kelas itu tiba-tiba reda. Guru itu, yang ternyata bernama Pak Derry mengucapkan salam, dan siswa-siwa yang berada di dalam menjawab dengan serentak sambil kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.
Suara gemuruh dalam dada Putri “Ini kelas baru gue? Ini calon temen-temen baru gue? OMG..” Gumam Putri dalam hati
“Anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru..” Ucap pak Derry pada seluruh siswa yang ada dikelas ini. Putri tersenyum menatap mereka semua, dan terlihat mereka juga tersenyum pada Putri “Ayo, kenalkan diri kamu” ujar pak Derry mempersilahkan “Nama saya Putri Nuraidha Rizky” hanya segitu yang Putri ucapkan. Putri gak tahu harus bilang apa lagi? Dia bukan murid pindahan, masa iya dia harus bilang “Nama saya Putri N.A Rizky, saya lulusan dari SMP…” Gak deh.
“Oh.. Cuma segitu? Gak ada yang lain lagi?” Tanya pak Derry karena mendengar perkenalan diri dari Putri yang sangat singkat Putri menggelengkan kepala sambil tersipu “Ok, sekarang semoga Putri betah ya sekolah disini..” Ucap pak Derry sambil tersenyum “Kamu duduk sama…” Kata pak Derry lagi dengan mata nya yang meneliti dimanakah ada bangku kosong yang bisa Putri tempati “Tiara.. Kamu duduk sama Tiara ya” ucap pak Derry sambil menunjuk kepada seorang siswi yang tengah duduk sendirian di baris ketiga dekat jendela itu Gadis itu nampak terkejut lalu ekspresinya dia ganti jadi tersenyum hangat Lalu Putri duduk di sebelah Tiara.
“Sekarang pelajaran apa?” Tanya pak Derry “Bahasa Indonesia pak” jawab mereka serentak “Oh ya udah, tunggu bu Ine datang. Jangan ribut ya” Lalu pak Derry kembali ke kantor.
Setelah itu, tiba-tiba semua orang menuju ke arah Putri. Semuanya. “Nama kamu teh siapa?”, “Kamu orang mana?”, “Asal sekolah kamu dimana?” Dll. Putri bahkan tidak dapat mendengar dengan jelas perkataan mereka, Putri seperti lagi diInterogasi! Putri hanya tersenyum, dia tidak menjawab satu pun pertanyaan mereka yang bertubi-tubi. Akhirnya, karena mereka terus bertanya, Putri menjawab satu per satu pertanyaan yang dilontarkan padanya. Dengan senyum tentunya.
Jujur, perasaan Putri saat ini saaangat gembira. Ternyata menjadi anak baru tidak se-horor yang dia bayangkan Menjadi anak baru tidak seperti yang dia lihat di sinetron atau film drama korea, dimana kalau ada anak baru, pasti akan dijadikan bahan bully-an. Tapi ternyata menjadi anak baru itu menyenangkan. Putri merasa bahagia disambut dengan baik oleh teman-teman barunya.
Putri bersyukur, karena Allah masih memberinya kesempatan untuk tetap bersekolah. Putri lalu berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan belajar dengan rajin, agar bisa membahagiakan kedua Orangtuanya kelak.
Cerpen Karangan: Aidha NA Blog / Facebook: Aidha NA Aidha Na, Puncak, Bogor. Grade IX-SMP PGRI TUGU 207