Hari minggu pagi biasanya masih tidur, tapi minggu ini beda karena harus syuting film. Di sekolahku, ada tugas untuk membuat film kelas yang akan dilombakan di malam festival film. Jadi, hari minggu yang biasanya untuk bersantai dibuat untuk kerja tugas sekolah. Tapi itu bukan masalah, karena aku bisa ketemu sama Falen. Dia orang yang aku sukai dan menjadi pemeran film. Hal ini satu-satunya penyemangat untuk syuting film. Syuting film kelasku di rumah salah satu temen sekelas. Rumah itu kosong, banyak debu, dan dalam kondisi tidak terawat. Tempat ini cocok dengan tema film kelas, yaitu thriller.
Syuting film kelas ini ada sutradara, pemeran, kameramen, bagian make up, dan bagian tidur-tiduran sama main gadget. Syuting hari ini mengambil adegan awal. Adegan tentang kedatangan para remaja enggak jelas di villa. Semua pemeran ikut ambil bagian di syuting adegan ini. Aku di syuting di film ini menjadi kameramen nganggur. Karena nganggur terus aku ditugaskan juga menjadi editor.
Semua pemeran bersiap untuk menjalani take adegan. Aku satu-satunya kameramen yang tidak punya kamera dan nganggur terus.
“Ayo Syuting! Siap-siap semua pemain.” Jerit Mikael si sutradara. Semua pemain siap di posisi masing-masing dan menjalani take. Mengambil adegan sebuah film bisa sampai 1 jam dan durasi yang dihasilkan hanya 1 menit. Hal ini yang kadang membuat aku bosan karena nganggur terlalu lama.
“Kel, aku kerja gak hari ini?” Tanyaku ke Mikael. “Waduh, full Kris kameranya. Kamu tidur dulu aja, nanti kalau kosong aku kabari.” Jawab Mikael. Dan akhirnya aku tidur 3 jam di kamar.
“Kris, bangun woi!” suara Bernadus yang nyaring membangunkanku. “Apaan?” Jawabku setengah sadar. “Ayo edit film di rumah Jo.” Ajak Bernadus. “Ya elah orang baru bangun juga. Bentar ngumpulin nyawa dulu.” Jawabku sambil memejamkan mata.
Setelah beberapa menit mengumpulkan nyawa. Aku dan Bernadus pergi ke rumah Jo untuk edit film. Sesampai di rumah Jo, aku langsung rebahan di kasur miliknya. “Eh, ayo edit film ini! Malah tiduran.” Saut Bernadus. “Iya iya, bentar kenapa. Santai, hidup cuma sekali.” Jawabku santai. “Ah serah dah. Bagi tugas aja nih ya?” Tanya Bernadus. “Iya dah, bagi tugas aja biar gak ribet. Lagian si Kris kalau gak mepet gak kerja.” Jawab Jo sambil bawa minuman.
Kita bertiga mengedit film sampai lupa waktu. Aku bosan mengedit film terus menerus. Tidak ada hiburan lainnya. Selain itu aku tidak bisa ketemu sama Falen. Aku akhirnya menelepon Falen karena ingin tahu kabarnya. “Halo?” Tanyaku “Halo?” Jawab Helsa, salah satu pemeran film. “Loh, kok Hpnya Falen ada di kamu Hel?” Jawabku bingung. “Kris, ini Falen ada masalah. Falen lagi nangis ini.” Jawab dia dengan nada kalemnya. “Loh ada masalah apa? Masalah sama siapa?” Tanyaku heran. “Kamu langsung kesini aja. Kasian dia.” Jawabnya tetap kalem sembari menutup telepon.
Aku kebingungan dan berpikir. Aku merasa tadi sebelum ke rumah Jo tidak ada masalah apa-apa tapi sekarang kok ada masalah? Aku langsung pergi untuk mengambil motor untuk kembali ke lokasi syuting. “Loh Kris, mau kemana? Ini baru aja dimasakin. Gak mau makan dulu?” Tanya Ibu Jo. “Waduh endak tante. Ini ada perlunya mendadak. Makasih ya tante.” Jawabku sembari menahan lapar.
Saat sampai di depan rumah, ternyata langit gelap. Awan menutupi sinar matahari. Hujan turun membasahi tanah. Akupun bingung, mau langsung kesana atau nunggu reda. Tetapi aku memaksakan diri untuk tetap berangkat walaupun hujan.
Saat sampai lokasi syuting, aku langsung masuk dan mencari Falen. Dia terduduk di kursi di balik lemari ruang tengah. “Ngapain mbak? Habis nangis ya?” Tanyaku bergurau. Falen tidak menghiraukan aku. “Yah kacang lagi.” Jawabku.
Akhirnya, setelah diam beberapa menit, Falen mulai cerita tentang masalahnya. Ternyata dia bertengkar dengan ibunya karena syuting film ini. Ibunya emosi dan berkata kasar pada Falen. “Udahlah, ndak usah dipikir. Lagi emosi itu, santai aja. Aku ya sering kok diusir, tapi kalau pergi sungguhan ya dicari.” Saranku. Aku berusaha untuk menghibur Falen. Untungnya tidak susah untuk membuat orang ini tersenyum lagi. Aku menutupi bajuku yang basah karena hujan. Kalau Falen tau aku habis hujan-hujanan, aku bisa dimarahi 2 jam.
Proses syuting sudah dihentikan karena hujan yang deras. Proses syuting ditutup dengan acara makan nasi kucing bersama. Suasana yang sebelumnya tegang dan serius, kembali cair saat semua tertawa. Semua selesai syuting, tertawa, dan kembali ke rumah mereka masing-masing, sedangkan aku, Bernadus, dan Jo tersiksa mengedit film.
Cerpen Karangan: Kris Blog: Worldofharmonie.blogspot.com