Gelapnya ruangan masih mencekam di laboratorium IPA. Rina masih terduduk di pojokan sambil melepaskan tali yang diikatkan oleh sekelompok jahat yang ingin mencelakainya. “bangsat” umpat Rina dalam hati
Tak lama, Rio selaku dalang dari semua rencana datang menghampiri Rina. “hay Bella, gimana? Udah jera? Masih mau ganggui adik gue Nayla?” tanya Rio sambil membelakangi Rina “Apaan sih lo? Bella? Nayla? Tolong ya, nama gue Rina” kata Rina dengan suara amarahnya Rio yang tersenyum senang merubah raut wajahnya menjadi kebingungan, badannya pun berputar dan berjongkok. Melihat siapa korban yang dikurungnya “gue Rina. Kelas XI IPS 3, adik dari Rian, Ketua Osis SMA TANAH AIR XII MIA 8, kelas Unggulan” jelas Rina dengan wajah angkuhnya yang menambah aura kecantikannya “Rina? Maafin gue, gue ga sengaja. Sumpah gue ga sengaja. Habisnya lo mirip sama orang yang mau gue kasih pelajaran” kata Rio dengan suara gugupnya. Tangannya pun membuka ikatan di pergelangan tangan Rina. “siapa lo?” tanya Rina dengan ketus “mungkin lo ga kenal siapa gue. Tapi gue kenal siapa lo, secara kan lo adik dari Ketua Osis sekolah ini. Kenalkan, gue Rio kelas XII MIA 7” kata Rio sambil memberi tangan kanannya kepada Rina diiringi senyum manisnya. Dengan cepat, Rina memutarkan tangannya ke belakang badannya. “gue ga mau tahu apa yang terjadi dihari ini. Tapi kalau lo ngulangi kecerobohan lo, gue ga segan-segan untuk ngehabisi lo dihari itu juga” kata Rina dan berla
Rio yang masih berdiri di Laboratorium masih tercengang melihat apa yang terjadi. Untuk pertama kali, ia merasa ditundukkan oleh seorang wanita selain ibunya. Rio pun menundukkan kepalanya. Menyesali apa yang terjadi, sesekali ditariknya napas dalam-dalam mencium wangi parfum Rina yang masih tertinggal
Di sudut Perpustakaan, terdapat Rio yang sedang membaca buku prestasi siswa milik Rina. “pantasan. Anak Karete ternyata. Sudah beberapa kali menjuarai perlombaan bela diri. Ayahnya juga polisi. Tapi, Rian? Kenapa berbanding terbalik? Rian anaknya lembut banget malah. Eh adeknya cewek galak banget. Udah kaya Kak Ros”
“Fans baru niih” “cantik” ucap Rio dalam hati “bengong?” Rio pun hanya terdiam. Menundukkan kepala merasa salah tingkah kerena tertangkap basah melihat-lihat profil Rina. Rina pun duduk di hadapan Rio. Sekarang mereka berdua, duduk saling berhadapan, saling beradu mata.
“lo kenal abang gue udah lama?” tanya Rina mulai interogasi Rio “udah lah” ucap Rio dengan gaya cool nya “kenal gue?” tanya Rina membuat Rio mendelikkan matanya “satu sekolah ini siapa sih ga kenal lo? Adik dari Rian yang hatinya lembut. Eh adiknya kaya kak Ros” “berarti gue artis dong” “sok ngartis lo” “adik lo Nayla?” tanya Rina spontan “dia tetangga gue. Dah gue anggap jadi adek gue sendiri” “bentar lagi jadi tuh” “Maksud lo?” “kan biasanya yang adek kakak bakalan jadi yaaah.. gitulah. Oh ya, gue ada tiket nonton. Film baru. Gue tunggu ya. Jam 4 sore. Gue ga mau tahu, lo harus datang, dan gagalkan semua acara lo dihari itu” kata Rina dan pergi meninggalkan Rio begitu saja. Dengan wajah kebingungan, Rio menerima tiket tersebut dan menyimpannya. “sulit ditebak keinginannya, tapi lihat aja permainan ini” senyum indah terukir di wajah Rio.
Sesuai yang telah dijanjikan. Rio pun menunggu Rina di tempat yang telah ditentukan. Dengan penampilannya yang tampan Rio yakin ia akan berhasil melelehkan hati beku nya Rina. Tak lama kemudian, Rina pun datang melambaikan tangan dari kejauhan. Senyum manisnya yang ia berikan kepada Rio membuat Rio seperti kerasukan Setan. Kata-kata manis yang telah dihafalkanya hilang begitu saja begitu melihat Rina. Dengan penampilan dress selutut berwarna hitam, rambut diuraikan, make-up tidak tebal, lesung pipi yang dalam, tinggi semampai, kulit bersih membuat Rio jatuh cinta pada adik kelasnya itu.
“Maaf. Udah lama?” tanya Rina kepada Rio yang sedari tadi bengong “oh. Gapapa kok rin. Kita langsung beli makanan ya?” ajak Rio dan memberanikan menggenggam tangan Rina “lo sendiri?” tanya Rio di dalam bioskop “iyalah, ga mungkin gue ajak abang gue. Bisa rusak dah kencan kita” kata Rina santai “Jleebb.. kencan? Berarti gue kencan bareng sama Rina. Yeehhyyy!”
Adegan film sangat romantis, membuat Rina bersandar di bahu Rio. Rio pun mengencangkan genggaman tangannya, seakan-akan tak ingin Rina diambil oleh aktor film tersebut.
“ngerasa ga sih, ini berlalu begitu cepat?” bisik Rina pada Rio “Gue ga peduli. 1 hal yang harus lo tahu, gue udah jatuh cinta sama adik kelas gue yang galaknya setara kaya kak Ros” Senyum terukir di wajah Rina, namun senyum yang sulit dijelaskan. Entah senyum licik atau senang
Sepulang dari nonton, Rio mengantar Rina pulang. “makasih untuk semuanya” kata Rina. Rio hanya menganggukkan kepalanya.
Sepulang dari rumah Rina, di perjalanan mobil Rio dihadang 5 preman. “woy. Turun ga lo?” kata salah satu preman sambil memukul jendelanya. “ada apa?” tanya Rio yang segera turun dari mobil “hahah, sengak betul gaya tengil anak satu niih. Kita apakan dia yaa?” tanya preman lainnya “tunggu dulu. Nih salah saya apa ya?” tanya Rio kebingungan “lo ga nyadar apa salah lo? Lo kan yang ngurung Rina di Labor? Lo tahu, dihari bersamaan dia harus nemui pacarnya dari Australia. Karena gagalnya dia bertemu, Rina diputusin. Asal lo tahu, dia itu calon tunangannya setelah lulusan nanti” kata preman itu sambil memukul wajah Rio. Wajah putihnya pun berubah kebiru-biruan. Luka pun terlukis di wajah Rio. Rio pun merasakan sakit. Sakit karena Rina, dan sakit karena pukulan preman-preman kurang ajar.
Karena sudah puas memukuli Rio, preman-preman pun pergi meninggalkan Rio yang terkapar tak berdaya di jalanan. Dari kejauhan terlihat Rina yang sedang bersembunyi dibalik pohon. Tersenyum puas atas apa yang ia lihat.
Cerpen Karangan: Ellya Syafriani Blog / Facebook: Ellya Syafriani Namaku Ellya. Ini cerpen keduaku. mohon saran dan kritiknya. terima kasih 🙂