Perkenalkan namaku Choco, sekarang aku menduduki bangku kelas 3 SMP, tepatnya di SMP 12 SURAKARTA. Kamis, 15 Juli 2017, saat pulang sekolah. Aku yang sedang duduk di teras mushola untuk menunggu temanku yang sedang sholat, seketika aku teringat pengalaman saat berada di bangku kelas 2 SMP, tentang manis pahitnya persahabatan.
Waktu di kelas 2 aku mempunyai delapan teman dekat dan satu sahabat sejati. Nama temanku itu Melon (si lon), Permen Karet (si ret), Durian (si dur), Leci (si le), Mangga (si mang), Alpukat (si al), Capucino (si no), dan Anggur (si nggur) sedangkan sahabatku bernama White. Dari delapan temanku, sebenarnya ada satu orang yang kurang aku suka yaitu Leci, karena ia memilikii sifat yang sedikit nakal, egois, keras kepala dan licik. Tetapi itu tidak mempengaruhi pertemanan kami, aku sangat menghargai pertemanan, jadi jika ada salah faham aku akan mengalah agar tidak terjadi pertentangan yang menjadi-jadi.
Awalnya sih aku hanya dekat dengan White, karena aku berteman dengan dia sejak aku berada di sekolah dasar, jadi tidak heran jika Choco dan White seperti bolpoin dan buku, yang dimana ada buku disitu ada bolpoin, begitu juga sebaliknya, sama dengan kami yang dimana ada aku disitu ada White dan sebaliknya. Tetapi di kelas 2 ini Alhamdulillah aku mempunyai delapan teman dekat yang memiliki sifat dan karakter berbeda-beda, jadi aku sudah kebal dengan tindakan-tindakan mereka ada yang jujur, suka berbohong, egois, ingin menang sendiri dan lain-lain.
Selama enam bulan, aku berteman dengan mereka. Pertemanan kami pun berjalan lancar, kami sering bercanda gurau, mendengarkan cerita satu sama lain, memberi solusi saat ada masalah, setiap hari pergi ke kantin bersama-sama, belajar kelompok bersama, saling membantu, saling menghargai dan masih banyak lagi yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata hanya hati yang dapat merasakan, mata yang dapat melihat, dan telinga yang dapat mendengarkan. Begitu pentingnya arti persahabat bagi kami, tetapi tidak setiap pertemanan berjalan dengan lancar.
Pada saat Ulangan Akhir Semester, tiba-tiba ada suatu permasalahan yang menimpa pertemanan kami. Yaitu timbul fitnah dan adu domba. Hal itu merupakan kejadian yang sangat menyedihkan bagiku. Awal mula permasalahan ini disebabkan oleh rasa iri dan benci. Si Leci yang membenciku karena dia iri kepadaku, aku selalu disanjung guru dan aku memilikii banyak kawan. Dia memfitnahku dan mengadu domba aku dengan Anggur. Aku mendapat kabar dari Mangga kalau Leci sedang membicarakanku saat aku, White, Capucino, Melon, Permen Karet dan Alpukat sedang pergi ke perpustakaan sekolah, sedangkan Anggur, Leci, Mangga, Durian sedang berkumpul. Ya karena Mangga itu merupakan salah satu teman yang sangat dekat denganku, dia adalah teman yang memiliki sifat dan kepribadian yang sama denganku, jadi maklum kalau Mangga memberitahu aku tentang hal ini. Lalu Mangga menceritakan semua yang dibicarakan Leci.
“Anggur, kamu tahu tidak kalau Choco tadi membicarakanmu di depanku” ujar Leci “Memang Choco membicarakan aku apa?” jawab Anggur “Dia berkata, kalau kamu itu orangnya egois, ingin menang sendiri, suka berbohong, dan masih banyak lagi. Intinya itu Choco sangat membenci kamu.” ucap Leci dengan raut wajah yang penuh dengan kelicikan. “Apakah itu benar! Dasar Choco beraninya dia berkata seperti itu, Kamu tidak berbohong kan Leci?” tanya Anggur dengan keadaan emosi, ya karena Anggur itu orangnya mudah terpengaruh orang lain. “Iya itu benar” jawab Leci “Nggak itu tidak mungkin, Choco bukan tipe orang yang seperti itu, kalau dia tidak suka padamu dia akan terus terang” sela Mangga yang sedang membela kebenaran. “Anggur, kamu jangan percaya sama Mangga dia kan teman tersayangnya Choco jadi dia mau membela Choco, aku tidak berbohong. Choco sendiri yang berkata kepadaku kalau dia membenci kamu.” “Jangan percaya itu bohong” jawab Mangga dan Durian secara serentak. “Diam kalian!” kata Leci “Sudah-sudah aku percaya dengan kamu Leci. Awas aja ya kalau aku nanti bertemu dengan Choco, akan kumusuhi dia.” jawab Anggur dengan kesal. “Terserah kalian mau bilang Choco seperti apa, tapi kenyataannya Choco tidak seperti itu. Kalian memang bukan teman yang baik kalian hanya bisa memfitnah tanpa ada bukti” Jawab Mangga.
Setelah Mangga selesai bercerita. Aku pun hanya tersenyum mendengar cerita itu. “Sudahlah biarkan mereka membenci dan memusuhiku, tapi yang jelas mereka tetap temanku.” ucapku dengan senyuman yang manis “Kamu ini memang benar-benar sabar, salut aku denganmu” jawab Mangga.
Saat kejadian itu di sekolahku sedang ada Ulangan Akhir Semester. Setelah selesai Ulangan Aku pun dapat kembali lagi satu kelas dengan delapan temanku, karena di sekolahku kalau ada ulangan pasti kelasnya diacak. “Hai Anggur, gimana Ulangannya sukses apa tidak?” Tanyaku dengan lembut “hmm” jawab Anggur dengan lirikan mata yang sangat tidak enak kepadaku “Kamu kenapa? Aku ada salah sama kamu?” “Tanya aja sama diri kamu sendiri!” jawab Anggur sambil berjalan meninggalkan aku. Setelah itu Anggur dan Leci mengajak semua temanku untuk memusuhiku dan anehnya mereka semua mau terima ajakan Leci. Ya karena Leci sudah berhasil memfitnah Aku. Tetapi tidak dengan Mangga dan White mereka selalu setia bersamaku, mereka teman yang selalu ada saat suka maupun duka.
Satu bulan berlalu dan mereka masih memusuhi aku. “White, kamu punya cara tidak agar mereka bisa berteman lagi denganku” tanyaku kepada White “Aku mempunyai ide, bagaimana kalau kamu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Anggur tetapi hanya empat mata saja, agar kamu dapar leluasa meyakini Anggur kalau kamu tidak bersalah.” jawab White “Iya, bagus juga ide kamu” sela Mangga “Oke, kita atur waktu saja agar aku dapat berbicara empat mata dengannya”
Keesokan harinya Leci tidak masuk sekolah karena ada acara keluarga. Ini merupakan waktu yang tepat untuk aku supaya dapat meyakinkan Anggur. saat pulang sekolah, aku mengikuti Anggur dari belakang dan aku memanggilnya. “Anggur?” “Apa” “Aku mau menjelaskan kepada kamu apa yang sebenarnya terjadi. Ayolah duduk disini sebentar aku mau bicara denganmu” ucapku “Oke tapi cuma lima menit!”
“Oke. sebenarnya kamu itu hanya dimanfaat kan Leci, dia membenciku dan dia memanfaatkan kamu untuk ikut-ikutan membenciku dengan cara dia mengadu domba kita. Kamu boleh percaya boleh tidak, tapi benar aku tidak pernah membenci kamu. Aku juga tidak pernah membicarakanmu di belakang. Terserah kamu, apa keputusan kamu. Apakah kamu mau berteman lagi denganku atau tidak” ucapku dengan panjang dan lebar “Sudahkan? Aku pulang dulu” jawab Anggur “Yahh Anggur, dia mau berteman lagi apa tidak ya? Apa dia percaya dengan kejujuran ini?” gumamku dalam hati
Setelah seminggu berlalu, tiba-tiba Anggur datang dan meminta maaf kepadaku. “Hai Choco, aku minta maaf ya. Aku sudah percaya dengan omongan Leci, ternyata benar dia hanya memanfaatkan aku untuk memusuhimu. Aku minta maaf” “Alhamdulillah, akhirnya kamu mengetahui kebenaran ini. Iya aku maafin kamu kok” “Kita berteman lagi ya” “Iya Anggur” “Choco kami juga minta maaf” jawab temanku yang juga memusuhiku “Iya gak apa apa aku maafin kalian”
Setelah itu kami pun berteman lagi seperti dulu tetapi Leci belum mau bergabung lagi. Suatu hari Leci sadar atas kesalahannya dan dia meminta maaf kepadaku. “Choco, aku minta maaf. Aku sudah iri kepada kamu, aku sudah memfitnah dan mengadu domba kamu. Aku bersalah banget dan aku sekarang sadar bahwa semua yang terjadi ini sudah takdir dari Tuhan apalagi nikmat yang diberikannya, setiap orang pasti diberi nikmat yang berbeda” ucap Leci “Iya aku faham dengan semua ini, aku juga minta maaf kalau ada salah sama kamu. Sekarang kita bangun lagi persahabatan ini dari awal. Jangan sampai ada pertentangan lagi” ucapku “Oke Choco”
Pada akhirnya, kami semua membangun sebuah persahabatan yang baru, yang penuh canda tawa, memiliki banyak rasa, dan berjanji untuk selalu bersama apapun yang terjadi.
Tiba-tiba temanku membuyarkan ingatanku. “Choco ayo pulang aku sudah selesai.” “Ayo”
Di dalam hati aku berkata, alangkah indahnya persahabatan dengan warna warni rasa yang berbeda seperti hal nya “POP ICE” yang memiliki banyak rasa tetapi dapat disukai banyak orang. Aku bisa mengambil pelajaran dari “POP ICE” bahwa dengan warna warni rasa di kehidupan, akan membuat kita menjadi lebih semangat dalam mencapai tujuan hidup. Semoga nanti kalian bisa sukses menggapai cita-cita. Aku menyayangi kalian, sahabatku.
Cerpen Karangan: Ayu Alfa Riana Blog / Facebook: Ayu Alfa