Semakin hari, Adrian seperti orang asing di kehidupanku. Sosok yang notabenenya adalah pacarku, kini tak lagi sering memunculkan wajahnya di depanku. Berjuta pertanyaan tentang Adrian ada di kepalaku. Hingga suatu hari, aku memutuskan bertemu dengannya di taman belakang. Namun, kedua mataku disuguhkan pemandangan yang tak mengenakan setelah sampai di taman. Dia, pacarku tengah bermesraan dengan mantannya. Alena, dia menyenderkan kepalanya di bahu Adrian dan Adrian merangkul mesra Alena.
“ADRIANSYAH PUTRA PRATAMA,” aku memanggil dengan nada berteriak. Semua orang yang ada di sekitar taman menoleh ke arahku termasuk Adrian dan Alena. “Sekarang semua pertanyaan tentang perubahan sifat lo ke gue udah terjawab. Lo ternyata selingkuh sama mantan lo. Gue kecewa sama lo. Gue udah berusaha jadi yang terbaik buat lo dengan gue berhenti main basket dan nurutin semua mau lo. Tapi, inikah balesan lo ke gue? Lo anggep gue apa sebenarnya?” aku memarahi Adrian dan meluapkan semua amarahku. “Gue bosen sama lo Zel,” ucapnya. “Kalau lo bosen, lo langsung bilang ke gue. Gak gini caranya,” ucapku menatap tajam Adrian.
Adrian lalu berjalan lebih dekat kearahku. Kini kami berhadapan dengan jarak tak terlalu jauh. “Lo gak bisa tampil feminin demi gue, itu juga alesan gue berpaling. Lo lihat Alena, dia bisa tampil feminin dan cantik sehingga dia enak di pandang. Sedangkan lo? Lo gak pernah sekalipun gerai rambut lo dan gak pernah pakai make up sedikitpun,” ucapnya. “Cukup Dri, cukup buat gue tambah sakit hati. Lo manusia jahat yang pernah gue kenal. Gue bakal buktiin kalau gue juga bisa tampil cantik dan feminin, lo lihat nanti,” ucapku. “Gue gak yakin,” ucapnya dengan nada tengil. “KITA PUTUS,” ucapku keras dan langsung pergi meninggalkan Adrian dan Alena.
Aku berlari tak tentu arah. Sakit, itu yang aku rasakan sekarang. Air mata tak lagi mampu aku bendung. Ucapan Adrian tadi sungguh menusuk dan melukai hatiku yang paling dalam. Aku tidak menyangka orang yang pernah menjadi orang spesial dihidupku adalah hanya laki laki yang mencintai kecantikan seorang wanita saja.
Pagi ini, aku menatap dalam pantulan tubuhku di cermin. Ucapan Adrian kemarin, selalu membayang di pikiranku. “Adrian, gue bakal buktikan ke lo kalau gue bisa tampil feminin. Gue bakal buat lo nyesel diputusin gue dan bakal buat nyesel lo selingkuh juga ngatain gue kemaren,” ucapku.
Aku melepas kunciranku dan mulai menyisir rambut panjang ikalku. Aku menggerai rambutku dan memakai bando biru berhiasan pita. Aku juga memoles wajahku dengan make up tipis. Selain itu, aku memakai anting agak panjang untuk membuatku tampil lebih cantik. Aku tak memakai sepatu hitam karena aku memakai sepatu bermerk terkenal yang berwarna abu abu. Setelah selesai berdandan, aku memandang diriku di cermin. “Gue bener bener beda,” gumamku.
Aku langsung keluar kamar dan berangkat sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu. Sepanjang aku berjalan menyusuri lorong sekolah, banyak yang kagum melihat penampilanku hari ini. Aku sampai di kelas dan langsung menghampiri keempat sahabatku. “Ya Tuhan, you are very beautiful,” ucap Eliza sambil menggelengkan kepala. “Gila, lo cantik bener Zel. Lo beda banget dari biasanya,” ucap Aneta. “Biasa aja kali,” ucapku lalu duduk. “Wah, baru putus bukannya gamer malahan rubah penampilan dan kelihatan seger gitu,” ucap Fika. “Gamer? Apaan tuh?” tanyaku bingung. “Galau merana maksudnya Diamond,” jawab Fika lalu mencubit pipiku. “Gak usah panggil gue diamond lagi dong, namaku kan Zelin,” ucapku. “Loh, lo itu gimana sih. Nama lo kan Berlian, dan bahasa inggrisnya berlian kan diamond. Jadi gapapa lah kita panggil diamond,” jelas Rasti. “Serah deh,” ucapku.
Hari ini kebetulan aku akan tampil di atas panggung untuk memeriahkan acara ultah sekolah. Semua terpana dan kaget melihat penampilanku beda dari biasanya. Selesai menyanyikan sebuah lagu dan sudah turun dari panggung, tiba tiba Adrian menghampiriku dan berlutut di hadapanku. “I’m sorry Beautiful Diamond,” ucapnya sambil menatapku lembut. Aku mulai terhipnotis dengan tatapan mata Adrian. Entah mengapa aku ingin mengatakan iya. Namun, setelah ingatanku yang kemarin kembali aku mulai menatap tajam padanya. “Maaf? Segampang itu lo minta maaf? Lo amnesia sampai lo nggak inget betapa kejamnya lo kemarin?” ucapku memarahinya. “Gue bener bener nyesel Diamond,” ucapnya lagi. “Setelah gue tampil kaya gini, lo jadi nyesel? Lo emang cowok jahat. Gue nyesel udah pernah jadian sama lo,” ucapku mulai berkaca kaca. “Dan lo tau? Gara gara lo gue jadi lemah dan mudah nangis. Semua karena lo,” ucapku meneteskan air mata. Adrian menggenggam erat tanganku dan mulai menatapku dalam. “Gue mohon, maafin gue Zel. Gue bener bener nyesel. Gue baru sadar kalau lo itu cewek spesial. Gue mohon maafin gue dan kita lanjutin hubungan kita,” ucapnya. Sungguh, aku tak kuasa melihat wajah Adrian. Aku benar benar nggak sanggup buat nolak ini semua. Aku pun menarik nafas panjang dan mulai mengatur emosiku. “Oke, gue maafin lo Dri,” ucapku dan itu membuat Adrian mengembangkan senyum bahagia. “Tapi, gue gak bisa lanjutin hubungan kita,” sambungku. “Kenapa?” tanyanya dengan nada kecewa. “Karena semenjak lo cuekin gue, gue mulai jatuh hati ke cowok lain yang betul betul perhatian ke gue. Dia bahkan rela gak ikut pelajaran hanya buat nunggu gue bangun dari pingsan. Sedangkan lo? Lo bener bener lupain gue waktu itu. Gue cinta sama cowok lain Dri, gue gak bisa balikan sama lo. Gue udah maafin lo kok,” ucapku dan berlalu pergi meninggalkan Adrian.
Aku duduk termenung di kursi taman belakang sekolah. Aku membayangkan semua yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Cinta baru dan sakit hati datang bersama. “Diamond,” seseorang memanggilku lembut. Aku menoleh dan terlihat Randy yang sedang berdiri tegap. Dia berjalan kearahku dan mulai duduk disampingku. Aku tak berhenti menatapnya lekat lekat. Sosok yang baru baru ini jadi cinta baruku, duduk disampingku. Randy mendekatkan wajahnya dengan wajahku dan tiba tiba… “I Love You Berlian Zelinata Putri Amira,” Dia berbisik dan berhasil membuat tubuhku gemetar serta jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya.
Dia menggenggam tanganku lembut dan menatapku yang masih diam mematung. “Aku tahu, kamu baru putus dari Adrian. Tetapi, aku ingin jadi obat sakit hati kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?” dia mengatakan itu semua dan berhasil membuat air mataku berurai lagi. “Please, jangan nangis lagi. Aku gak suka lihat cewek kuat kayak kamu nangis kaya gini,” ucapnya dan mengusap air mataku lembut.
“Randy, aku bener bener seneng bisa dicintai kamu. Kamu bisa mengusir semua rasa sakit yang aku rasain sekarang. Aku langsung merasa bahagia saat kamu nyatain itu. Kamu betul betul obat sakit hati aku. Aku mau jadi pacar kamu Dy,” ucapku dan menampilkan senyum kebahagiaan.
“Emm, kalau panggilan spesial Adrian ke kamu Beautiful Diamond, boleh gak kalau aku panggil kamu Sweety Diamond?” tanyanya. “Hm, boleh dong,” jawabku lalu menyenderkan kepalaku ke bahu Randy. “I Love You Randy Dwi Mahesa Ramadhana,” ucapku pelan. “I Love You Too Sweety Diamond,” ucapnya lalu mengelus lembut rambutku.
Berkat Randy, semua rasa sakitku hilang seketika. Kini hanya rasa bahagia yang memenuhi hatiku. Aku sungguh mencintai Randy dan melupakan Adrian yang memberiku rasa sakit. Randy adalah obat sakit hatiku.
~Selesai~
Cerpen Karangan: Selda Arifani Blog / Facebook: Selda Arifani Hallo Readers…. Aku lahir di Purbalingga (Jawa Tengah), 30 Maret 2003. Aku hobi membaca. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Add dan Follow akun media sosialku. Fb: Selda Arifani (Frist Account) Selda Ran (Second Account) Ig: @seldaarifani30 Twetter: @Selda_Ariffani
Maaf Kalau Ceritanya Gak Jelas Dan Gak Bagus. Saya Masih Penulis Pemula, Harap Di Maklumi.