Burung kutilang berkicau, mengeluarkan suara serupa nada Reserve. Itu lantunan menakutkan yang membuat Riana selalu waspada dalam penantiannya. Siang ini hasrat itu pasti akan dilakukan lagi. Tetapi tempat nongkrong di belakang sekolah ini sudah tidak aman. Banyak mata yang menyempal dicela-cela dinding yang bolong.
Riana sedang duduk diatas meja bekas. Kakinya yang menggantung berayun mengikuti irama parno-nya berada di tempat ini. Selalu mengawasi, setiap gerakan yang didengarnya. Dia tidak menyukai suara burung-burung itu dan gerak-gerak dahan yang dihinggapi burung-burung itu. Dia mengerti, sekarang adalah waktu yang salah untuk duduk di tempat ini. Tapi demi hasratnya yang menderai Dia kibas saja segala kepanikan yang muncul.
Dia mendengar suara sepatu melangkah di belakangnya. Dia mengira yang datang itu pasti orang yang sedang dinantinya. Seorang laki-laki yang selalu datang tak pernah tepat waktu. Padahal Riana yang selalu datang lebih awal dari waktu yang telah disepakati.
Benar saja, Dia begitu serius sampai-sampai kedua kakinya berhenti beranyun. Dia melihat laki-laki itu berjalan kearahnya sambil membawa bunga mawar. Seperti biasa, laki-laki itu mengenakan pakaian seragam putih-abu-abu dengan baju yang keluar dari dalam celananya, sangat sempurna. Siapa perempuan yang tidak tergila-gila dengannya. Bahkan meski tanpa membawa bakung mawar, rasanya dia selalu berwajah romantis. Tapi bagi Riana, wajah romantis saja tidak ada gunanya.
Laki-laki itu berdiri dihadapan Riana, sedikit membungkuk sembari tersenyum ia memberikan bunga mawar itu pada Riana. Dia melihat Riana yang mengambil bunga itu tersenyum culas. “ini parfum yang kemarin baru beli?” katanya. “Aku lebih suka wangi yang kemarin.” “aku hanya ingin mencobanya,” kata Riana ketus. Parfum itu baru tadi malam Riana membelinya. Laki-laki itu yang memberinya uang. Tetapi rupanya Ia tidak menyukai bau yang ini. Peduli amat bagi Riana. “Kalau kamu ingin mencoba parfum, kenapa tidak membawaku. Aku bisa memilih yang terbaik untukmu.” “Aku tidak pernah bermasalah dengan Parfum,” sahut Riana sambil meletakan mawarnya di sebelahnya. “Lagipula, urusanmu padaku tidak ada hubungannya dengan parfum.” “Maksudmu?” “Selagi aku mau kamu ajak nongkrong dengan genk motormu itu, aku tetap baik untukmu kan?” Laki-laki itu tertawa “Aku tidak habis pikir kalau kamu hanya menganggapku serendah itu. Tapi keren sekali. Awalnya aku malah berfikir kamulah yang memanfaatkanku.” Riana merasa geli mendengarnya “Aku mau jalan dengan teman-temanku besok..” “Akan kutransfer sepulang sekolah nanti”.
Laki-laki itu sudah lama mendekatinya. Riana menikmati kedekatan itu selama ia masih memberinya keuntungan. Dia duduk di sebelah Riana nyaris menduduki mawar yang tergeletak di Meja. “Malam nanti kau harus tampil cantik,” katanya. “Aku ingin mengajakmu ke pesta temanku, dia baru saja jadian tadi malam.”. Laki-laki itu merangkulnya sehingga membuat Riana merenggangkan bahunya lebar-lebar. Sekejap kemudian kepalanya telah jatuh di pundaknya. Riana merasa risih sekali. Dia ingin menjauhkan pundaknya dari kepala itu tapi rangkulannya begitu kuat, jadi Dia hanya bisa pasrah dan menerimanya.
“Kamu itu malaikatku Riana. Aku tidak tau mengapa kamu begitu jujur membenciku.” Riana menatapnya. Laki-laki itu melepas rangkulannya. “Aku tau, banyak wanita yang tergila-gila penampilan. Seolah-olah, orientasi dalam hidupnya hanyalah masalah bedak. Bagi wanita yang terjebak dalam kemiskinan, jalan keluarnya adalah mencari pria yang mampu memenuhi hasratnya. Kau tau, banyak pria mengira mereka benar-benar seorang pemimpin bagi wanita, padalah mereka semua adalah adiksi wanita. Dan begitulah bagaimana wanita menggunakan kecerdasannya.” “Tapi, kalau kamu bertanya padaku,” laki-laki itu melanjutkan, “aku sangat senang kau menggunakan kecerdasanmu itu padaku. Sayangnya, kenapa kamu mesti blak-blakan dalam membenciku. Tidakkah bersembunyi dibalik cinta membuatmu lebih kelihatan sopan.” “Aku tau posisiku Tomy. Dan aku bukan sepertimu yang merusak demi memenuhi hasrat bejatmu. Pertemuan kita hari ini, murni karna kau yang datang dan mengajaku berkenalan. Laki-laki seperti kamu ini yang membuat aku bingung.” “Laki-laki sepertiku bagaimana maksudmu?” “Laki-laki yang sudah berganti jiwa hewan, melihat dengan mata nafsunya.” “Kamu gila Riana..”
Tomy sudah tahu bahwa hubungan mereka dibentuk atas konsep dagang. Wanita itu cantik dan seksi. Sangat cocok menjadi artis. Ketika pertama kali mereka bertemu, Tomy merasa tidak pernah seberuntung itu dalam hidupnya. Sedang Riana merasa kehilangan logika dalam hidupnya. Apa lagi ternyata Tomy masih saja terus mendekatinya meski sikap kebenciannya yang secara terang-terangan. Bahkan rela melakukan apapun saja demi mendapatkan dirinya. Tidak ada yang dibingungkan dalam hubungan seperti mereka. Ketika mereka menganggap hubungan seperti itu hanyalah persoalan jual-beli hasrat, tetapi tanpa sadar justru hubungan seperti itulah yang menjadikan mereka tetap bertahan setahun lebih.
Suara-suara burung semakin garang berkicau. Dari belakang gedung sekolahan ini, orang-orang dapat melihat puluhan pohon-pohon bringin yang besar dan rapi. Rencananya, tahun depan akan ada pembangunan besar-besaran dibelakang sini. Keadaanya yang rindang dan luas, pihak sekolah ingin menggunakan tempat ini sebagai taman baca.
Mereka sering sekali bertemu di tempat ini. Semenjak mereka tidak lagi berada dalam satu kelas, waktu-waktu untuk berduaan hampir sulit ditemukan. Bahkan harus mencuri-curi jam istirahat seperti ini. Dengan dorongan hatinya, laki-laki itu bergerak untuk menciumnya. Dengan cepat pula Riana memalingkan wajahnya.
“Bagaimana mungkin kamu menolak untuk kujadikan wanita paling cantik Riana?”. Wajah laki-laki itu menyiratkan ekspresi meremehkan. Dia memegang dagunya, mengarahkannya pada posisi semula wajah wanita itu. “Ini di sekolah Tom. Banyak orang-orang yang mungkin saja memantau kita dari tadi.” “Aku tidak peduli Riana. Kalaupun begitu, akan kutunjukan pada mereka cara membuat wanita begitu cantik dan seksi tanpa modal uang sepersenpun..” “Dasar laki-laki..” gumam Riana masih sibuk menghindari ciumannya. Dia kehabisan cara agar Tomy tak jadi menciumnya. “Aku tidak ikut pulang denganmu nanti,” Riana akan mengatakan apa saja supaya nafsu Tomy dapat teralihkan.
Bel sekolah berbunyi nyaring sekali. Tomy melepas ciumannya ketika sadar tanda selesainya jam istirahat telah berbunyi. Untuk beberapa saat mereka berada dalam keadaan sama-sama diam. Sibuk menata penampilan sebelum pergi melanjutkan kelas masing-masing. “kadang-kadang,” kata laki-laki itu, “aku berkhayal kita tak lagi egois dan mementingkan hasrat sendiri. Satu-satunya hasrat yang boleh dipikirkan adalah hasrat kerinduan dalam mencintai dan egois dalam rasa menyayangi”.
Catatan Reserve adalah musik atau simfoni yang dibuat oleh Karl Mayer. Banyak orang berpendapat, lagu ini dapat mempengaruhi otak dan membuat orang mengalami sakit kepala, despresi, dan paranoid. Pada jaman perang dunia ke II, lagu ini sering digunakan untuk menginterogasi tawanan perang.
Cerpen Karangan: Anak Belia Blog: cahayatulis.com Anak Belia adalah nama pena dari pemilik situs cahayatulis.com.