Sepertinya dewasa membuatku sedikit bijak dalam menyikapi setiap hal, terutama hal cinta. Ya, remaja memang tidak pernah terlepas dari namanya CINTA. Bahkan sering kali merasa hampa jika tidak ada cinta, itu hanya anggapan sebagian orang yang tidak bisa hidup tanpa cinta. Yang menganggap bahwa cinta adalah segala-galanya. Hingga banyak orang rela terluka hanya karena cinta. Logis tidak?
Menurutku sah-sah saja, karena cinta adalah fitrah manusia yang menjadi dasar utamanya. Tanpa cinta pula, kita tidak mungkin bisa berada di dunia ini. Tumbuh menjadi dewasa lalu mengenal cinta. Meskipun, kadang cinta juga menyesatkan bahkan mematikan. Banyak orang rela tenggelam kedalamnya dan rela mati atas dasar cinta.
Sepertinya itu benar-benar tidak logis, bukankah cinta itu suci? Lalu mengapa banyak orang menyalah gunakan obsesi atas dasar cinta? Sungguh membuatku bingung, mungkin itulah pemikiranku. Jika memang cinta tak bisa berpihak, satu-satunya cara untuk membuktikannya adalah dengan cara melepaskan. Bukan memaksa untuk memiliki hanya karena mencintai adalah sebuah pembuktian.
Lagi-lagi terluka, bersedih, putus asa, bahkan rela bunuh diri ketika hasrat cinta tidak terpenuhi. Astaghfirullah, cukup mengerikan bukan? Jika memang cinta, mengapa harus rela mengorbankan segalanya? Cukup berkorban dengan cara yang benar dan tepat. Dalam artian berkorban…? Sudahlah terlalu panjang, hehee… mungkin kalian tau bukan?
Sebenarnya, cinta akan datang pada masanya, kepada siapa dan bagaimana. Karena cinta tidak pernah salah, kepada siapa akan berlabuh dan kapan waktunya. Bukan memaksa hanya sekedar ingin memiliki, lalu mendapatkan seseorang yang salah dan akhirnya terluka. Seperti itu dan itu, bukankah sangat menyakitkan? Namun sepertinya tidak bagi kalian? Hemmm…
Salah juga bahwa kita menganggap cinta itu bahagia saja, tapi juga ada masanya bersedih. Salah juga jika kita menganggap bahwa cinta itu selamanya, nyatanya selalu ada perpisahan. Dan salah juga bila kita menganggap cinta harus memiliki, nyatanya tidak semua cinta harus memiliki.
Lantas proses seperti apa agar semua berjalan sesuai harapan? Apakah kehati-hatian adalah salah satu cara? Akhirnya semua kan sama, selalu saja ada hal yang tak sesuai harapan. Lagi-lagi terluka, lalu kembali mencinta. Seperti itu rasanya melelahkan. Hem, membuatku bingung saja, aku tidak mengerti apa jalan pikiranku kini. Apa karena sudah beranjak dewasa, lalu pemikirankupun ikut berubah?.
Aku memang telah melewati beberapa hal menyakitkan dalam hidupku, saat aku baru mengenal cinta. Masa dimana aku hanya memikirkan diri sendiri dengan tingkat egois yang tinggi. Merasa tidak berarti hidup di dunia ini ketika kehilangan orang yang dicintai. Dunia serasa berhenti berputar, jantungku seakan berhenti berdetak. Aaaahhh, terlalu berlebihan.
Usia labil memang masih mementingkan diri sendiri, dengan mengesampingkan hal lain yang lebih baik untuk masa depan. Yang penting hidupku sekarang bahagia, hanya itu titik. seperti itulah pemikiran-pemikiran dangkal masa-masa puber. Masa dimana masih asik bermain dengan cinta dan akhirnya terluka. Uuuh akhirnya menangis kaya anak kecil, seguk-segukan. Gak banget deh. Ups
Namun dengan berjalannya proses pendewasaan, kejadian lalu biarlah menjadi sebuah pembelajaran agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Lalu mengubah pola pikir kejenjang yang lebih baik, dengan bijak menyikapi setiap hal. Lalu memaknai setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Benar, menjadi dewasa pusing bukan hanya soal cinta tapi masih ada hal lain yang tak kalah rumit.
Pandangan kita terhadap cinta seiring berjalannya waktu pasti akan berubah. Bahkan tanpa kita sadari, sering kali melupakan hasrat cinta karena rumitnya kehidupan. Memikirkan bagaimana berusaha demi tujuan masa depan yang lebih baik. Berusaha terus belajar menghadapi masalah hidup dan mencari solusinya. Memikirkan bagaimana bisa bertahan hidup dengan terus bekerja keras.
Lalu lupa akan hasrat cinta yang memang menjadi prioritas utama hidup, sebagai penyemangat. Ingat, itu hanya anggapan sebagian orang yang sedang sendiri. Masih sibuk mencari jati diri dengan meraih sebuah cita-cita yang memang akan terwujud atau tidak. Memikirkannya saja membuatku frustasi. Tapi apalah daya, berusaha adalah satu-satunya proses dan cara untuk meraihnya, dan berharap bisa terwujud sesuai harapan.
Lalu Menikmati hasilnya dan berusaha mencari hal lain, yaitu hasrat cinta. Akan tetapi, alangkah baiknya jika keduanya bisa kita raih, cita-cita dan cinta. Mungkin akan terasa lebih sempurna. Sudahlah, takdir memang bisa berpihak kadang tidak. Harus bagaimana lagi? Selain fokus pada satu tujuan yaitu cita-cita. Mungkin cinta akan datang pada masanya, pada saat yang tepat.
Sudahlah, cukup sekian kata-kata bijakku, ceilah ternyata aku bijak juga ya? Itulah mengapa aku selalu belajar dari pengalaman, karena pengalaman adalah guru yang tidak pernah kudapat dari bangku sekolah. Haha dewasa memang cukup membuatku bijak, semoga saja aku bisa bijak dalam hal apapun. Bukan hanya bijak dari kata-kata saja.
Ya ampun aku hampir lupa, ternyata aku memang sudah dewasa. Sedikit heran sih, rasanya baru kemarin aku kecil sekarang sudah besar. Heemmmm, bukankah tanggung jawabku juga bertambah? Aku harus menjalankan prinsip hidupku lalu menghadapi segalanya. Mungkin masih banyak halang rintang didepan sana yang harus kulalui.
“Eh Eca, udah gede ya sekarang mah?” Ucap Bu Imah tetanggaku. “Hehe iya Bu” ucapku malu-malu sembari bersalaman.
Ibu Imah memang tetanggaku, tapi bukan berarti terus bertemu atau melihatku setiap saat. Justru aku selalu sibuk dan jarang pulang kerumah, sibuk kerja dan kuliah. Seperti biasa aku memang jarang keluar Rumah kalaupun aku pulang. Jadi wajar saja tetanggaku tidak menyadari kalau aku sudah tumbuh dewasa.
Pertanyaan yang memang sangat menggangguku, mau tidak mau itu sudah kebiasaan yang harus kujawab dengan senyuman. Meskipun sebenarnya aku benar-benar merasa jengkel. Kadang aku cukup mengerti, pandanganku dengan pandangan mereka memang sangat berbeda. Menurutku wajar-wajar saja mereka menanyakan hal itu padaku.
“Kapan nikah?” Ucap Bu Imah “Heeee, masih lama Bu” seperti biasa aku selalu tersenyum padahal dalam hatiku gedek banget.
Namaku Nasira Raesha, biasa dipanggil Eca, umurku baru saja menginjak 20 tahun. Umurku memang cukup muda bukan? Lalu pertanyaan seperti itu seharusnya tidak pernah kudengar, namun kenyataan aku selalu mendengarnya. Menurutku aku masih sangat muda, malah aku masih berasa anak SMA yang lagi imut-imutnya. Unch imut kaya marmut? Heee
Lagipula aku belum sampai kepikiran untuk menikah di usia sekarang ini. Dalam pikiranku hanya ada cita-cita dan mimpi-mimpi yang harus kuraih. Lagipula aku menikah dengan siapa? Pacar saja aku tidak punya, ya ampun aku lupa. Rahasia terbesarku bocor juga, sudahlah. Memang mengapa kalau aku jomlo? Toh jomblo juga terhormat, ceilah PD banget.
Aku juga tidak mengerti mengapa aku jomblo? Oh aku tidak laku ya? Mungkin? Tapi bukan itu sih alasan yang pas mengapa aku jomblo. Aku hanya belum nemu aja yang pas, lagian buat apa sih pacaran kalau buat status doang? Kaya anak SMP aja. Ehem sorry! Itu hanya pembelaanku saja sebagai seorang penyandang gelar jomblo.
Sudahlah, aku tidak mempermasalahkan itu semua. Orang menganggapku jones ke, tidak laku ke. Tidak masalah. Yang terpenting adalah bagaimana aku bisa meraih cita-cita serta bisa menjadi orang yang sukses dikemudian hari. Seperti namaku, Nasira Raesha yang artinya pemimpin yang berjaya.
Dan sekarang aku masih dalam proses untuk meraih semua itu. Baru deh aku akan dewasa dengan sendirinya, dan soal jodoh aku serahkan saja pada sang pencipta. Cepat atau lambat, pasti aku temukan, sesosok orang yang mampu mencuri hatiku. Ehem.
“Fel, aku tuh lebih suka cowok yang Soleh, baik, setia. Seperti kak Ray yang pernah aku ceritain itu?” Biasa aku curhat pada Feli teman baikku. “Kalau gitu, mau gak aku bantuin kamu biar bisa dekat sama kak Ray?” Ucap Feli “Ja.ja. jangan-jangan, malu tau!. Aku tuh cukup jadi pengagum rahasianya, lagian kalau aku mau dekat udah dari dulu kali aku deketin”. Jelasku.
Ya sepertinya seleraku juga cukup sederhana. Dari dulu semenjak aku baru mengenal cinta, aku sudah menyukai kriteria yang baik. Siapa coba yang gak mau sama orang baik? Pasti semuanya mau bukan? Mengagumi sosok yang belum pernah pacaran, soleh, baik, ekspresif, ramah, pokonya bagaimana rupanya sepertinya seseorang akan terlihat sempurna jika seperti itu.
Ah cukup, seleraku memang cukup baik, tidak heran lagi diusia dewasa sekarang ini aku masih berusaha jadi baik untuk yang baik pula. Bukankah jodoh adalah cerminan? Itu yang ku tau. Sudahlah aku tidak mau membahasnya lagi, jadi dewasa memang seperti ini. Aku tau, masih ada proses panjang untuk suatu pendewasaan. Sekarang masih dalam beranjak dewasa, bukan sudah dewasa. Jadi wajar, dalam hidup masih banyak pilihan untuk menentukan masa depan.
Berekspresilah untuk mendapatkan jati diri, bentuk dari hal kecil lalu hal sederhana akan menjadi besar nantinya!. Berekspresilah sesukamu asal jangan sampai melewati batas wajar, karena masa depan kita yang nentukan!. Berekspresilah tanpa peduli apa kata orang!. Berekspresilah untuk masa depanmu, karena berekspresi adalah penentu jati diri untuk masa depan.
Cerpen Karangan: Siti Nurlaeli Blog / Facebook: Siti Nurlaely