Sebuah Desa dekat kota yang tidak sepi hiduplah sebuah keluarga tidak lengkap yang sederhana. Bu Istaka berbicara kepada anaknya, “Pryme..! ayo makan dulu sini”, Ibu Pryme dengan berteriak dari dapur. Pryme Khasanah adalah nama panjangnya. Dia siswa SMA dan duduk di kelas 12 yang mempunyai cita-cita tinggi. Tetapi orangtua mereka sudah lama berpisah, jadi dari duduk di kelas 7 SMP Pryme sudah tinggal hanya dengan Ibunya saja. Pryme belajar di Pesantren dari kelas 1 SMA, tapi sekarang dia sedang pulang di rumah ibunya.
“Iya bu… Aku lagi OTW nih…”, jawab Pryme masih rebahan tapi segera bangun. Ibu Pryme adalah seorang Guru PAUD sekaligus Guru TPQ di Desanya. Jadi Ibu Pryme lumayan sibuk untuk kesehariannya. Ibu Istaka sangat cantik, jadi wajar kalau Pryme juga cantik mengikuti Ibunya. Tetapi Ibu Pryme belum menikah lagi selama hampir 7 tahun, begitu juga dengan Ayahnya yang masih menduda.
Ibu Pryme dan Pryme sedang makan siang bersama di dapur, mereka sangat akrab. “Wah.. Ibu masak apa? Aku mau diet ahhh…”, ucap Pryme yang akan duduk untuk makan. Ibu yang sedang makan pun menjawab dengan sedikit meledek. “Sudah jangan tanya, kamu bisa lihat sendiri kan Ibu masak apa? Kamu kan tinggal makan”. Mereka pun makan dengan gembira. Jadi Pryme untuk kebutuhan dan pendidikan ditanggung Ayahnya semua.
Rumah mereka sedikit berantakan, Pryme berusaha untuk menjadikannya agar tetap rapi dan bersih. Tetapi tetap saja, Ibunya dan Pryme sendiri terkadang sungkan untuk menaruh barang di tempatnya. Tidak setiap hari Pryme mengepel lantai, tapi kalau menyapu dia lakukan setiap hari, pagi dan kalau sore jarang dia lakukan. Untuk mencuci piring sering dilakukan oleh Pryme, karena dia yang lebih sering di rumah. Ibu Pryme mencuci baju dan memasak kalau mereka ingin makan saja.
Pryme mempunyai bakat dalam seni, dia suka menggambar orang berpakaian, menggambar baju, hingga dia ingin bercita-cita ketika dewasa nanti yang ingin mempunyai butik atau toko baju. “Ya ampun tanganku gatal ingin menggambar”, ucap Pryme ketika dia sendirian di rumah. Kemudian Pryme mengambil alat tulis dan mulailah menggambar apa yang dia pikirkan. Ketika menggambar, dia berbicara dalam hati. “Aku ingin punya butik atau toko baju Ya Allah, tolong kabulkan, bagaimana dengan sifat malasku?, susah banget menghilangkan sifat malas, aku pernah mondok tetapi jarang mengaji, malas belajar, gimana…”. Akhirnya hasil dari yang Pryme gambar tidak terlalu bagus dan banyak coretan. Kemudian dia berpikir lagi membayangkan masa depannya yang bahagia. “Ahhh… Pryme! kamu itu pemalas, jangan bayangin masa depan yang bahagia dulu kalau kamu nggak kerja keras”. Dia sadar bahwa dia pemalas yang mempunyai cita-cita tinggi. Pryme pun tertidur di ruang tamu setelah membayangkan masa depannya.
Tak lama kemudian pukul 12.15 Bu Istaka pun pulang sambil tersenyum-senyum dengan ponselnya, “Assalamualaikum…” , salam Ibu hingga membuat Pryme yang baru saja tidur kemudian bangun. “Aduuuhh… kaget bu, tutup lagi dong pintunya”. Bu Istaka tidak menutup pintu masih berdiri dan sibuk dengan ponselnya. “Buu… tutup Ya Allah pintunyaaa… jangan senyum-senyum terus”. Segera Bu Istaka menutup pintunya, “Iyaaaa ini udah ditutup sayang…”, ucap Bu Istaka dengan tersenyum. Bu Istaka pergi ke dapur untuk minum, “Pryme…! kamu belum cuci piring yah. Kenapa si?, Ibu sudah lelah dari kerja, untung saja gelas masih ada yang bersih”, ucap Bu Istaka dari dapur. “Oh.. Iya bu.. Aku lupa, nanti sore deh”, ucap Pryme dengan rasa bersalah dengan kemalasannya. “Lupa apanya dari pagi kamu hanya di rumah, daring dan berbaring saja masa tidak dapat mencuci piring…”, suara ibu yang memarahi Pryme. “Iya bu.. nanti aku yang pasti mencuci piring kan, jadi mendingan Ibu tidur aja sana”, ucap Pryme agar ibunya tidak memarahinya lagi. Kemudian Pryme melanjutkan tidurnya dan ibunya tidur di dalam kamar.
Mereka tidur dengan pulas di tempat yang berbeda. Kemudian hujan kecil turun membasahi Desa tersebut. Tiba-tiba nenek membangunkan tidur Pryme dengan suaranya di depan rumah Pryme. “Pryme… cepat angkat pakaianmu yang dijemur! Hujan sudah turun Pryme…!!”, teriak nenekku yang tinggal di sebelah rumahku. Pryme pun mengeluh dalam hidupnya. Dia menggerutu, “Gini amat hidupku, sudah kaget untuk yang kedua kalinya, kok rasanya jengkel yah”, ucap Pryme dengan suara kecil sambil bangun dengan malas, “Iya yaaa… ini mau keluar nek…”, ucapnya lagi. Setelah mengangkat pakaian kemudian Pryme masuk dan meletakkannya di dalam kamar, Pryme melihat jam dinding yang ternyata sudah pukul 13.45. “Ya Allah ibu kan mau berangkat ke TPQ”, ucap Pryme. “Bu… bangun sudah hampir pukul 14.00, bukanya ibu mau mengajar di TPQ? Ayo sana bu sholat dulu”. Ibu pun tidak bangun juga dan Pryme berusaha untuk membangunkannya lagi. Setelah ibu bangun, ibu segera sholat dan berangkat ke TPQ. Pryme pun melaksanakan sholat dzuhur juga.
Setelah melaksanakan sholat dzuhur, seharusnya Pryme merapikan pakaian yang baru saja diangkat, tetapi dia malah keluar untuk bertemu sepupunya di sebelah rumah neneknya. Kemudian mereka mengobrol tentang pendidikan dan masa depan. “Eh aku malas sekali sekolah daring, pengin offline”, ucap Pryme kepada sepupunya laki-laki. “Ya sudah kamu berangkat sendiri saja ke sekolah sama Pak Corona, hahaha”, ucap Dulhaq sepupu Pryme yang juga satu sekolah dengannya. “Kok kamu gitu si”, ucap Pryme dengan sedikit tertawa. “Daring tidak apa-apa, yang penting kamu jangan patah semangat, belajar, kerja keras Dan berdoa terus. Nanti pasti ada hasil yang bahagia, ingat itu Pryme”, ucap Dulhaq. Dulhaq adalah anak dari Budenya Pryme. “Betul sekali kamu Dul, tetapi aku tidak bisa menghilangkan sifat malas Dul, bagaimana?”, mengeluh Pryme. “Kalau begitu, aku kasih saran agar kamu tidak malas yaitu kamu beli buku motivasi saja di toko. Bagaimana?”, ucap Dulhaq setelah berpikir sejenak. “Buku motivasi emang berpengaruh yah?”, tanya Pryme. “Berpengaruh dong Prym, kan di buku tersebut banyak kata-kata mutiara dan bisa membuat kita berubah karakter yang benar”, Dulhaq menjawab. “Kalau begitu aku akan beli, tetapi aku mau beli lewat online saja, sekarang kan serba online”, ucap Pryme dengan tersenyum. “Kalau masalah beli dimana tidak masalah, semangat Pryme. Aku mau ke belakang dulu yah”, ucap Dulhaq sambil berjalan. “Kebiasaan kamu Dul”, Pryme dengan sedikit meledek. “Daripada kamu tidak mengerjakan tugas, hahaha”, ucap Dulhaq yang tertawa berdiri. Pryme melempar sandalnya ke arah Dulhaq, dan Dulhaq langsung kabur. “Dasar kau!!”.
Pryme masuk ke dalam rumahnya dan duduk di ruang tamu sambil memesan buku motivasi lewat ponselnya. “Yee, tinggal tunggu saja deh karena aku pilih yang COD”. Tak lama Bu Istaka pulang ke rumah. “Assalamualaikum..”, ucap Bu Istaka sambil membuka pintu masuk. Ternyata Pryme sedang pura-pura tidur di sofa, tetapi ibunya pasti tahu tidur aslinya Pryme. “Bangun kamu, ini ibu ada makanan mau apa tidak?, kalau tidak ibu habiskan”. Ucap ibu Yang sudah duduk di karpet tanpa melirik ke Pryme. Pryme langsung bergegas ke arah ibunya. “Wah.. Kayaknya enak nih bu”, ucap Pryme dengan senyum manisnya. Mereka makan bersama dan menghabiskan semuanya.
Ibu Pryme bertanya, “Kamu sudah mencuci piring belum?”. “Hehe belum bu, tadi aku keluar”, alasan Pryme lagi. “Kamu itu sudah berapa kali ibu bilangin, rubahlah sifat malas kamu, ibu itu lelah kerja seharian, tugas rumah harusnya kamu yang kerjakan semua. Tetapi ibu ibu Yang mencuci baju, menjemur dan masak. Kamu hanya menyapu dan mengepel, mengepel dan mencuci piring saja kamu jarang, apalagi merapikan baju”, nasehat ibu kepada Pryme. “Iya bu maaf, tetapi ibu juga sering menaruh baju di sembarang tempat dan sering bermain dengan ponsel”, mengeluh Pryme. “Kalau ibu begitu rapikan kembali dong, apa susahnya sayang?”, ucap ibu kembali. “Iya bu aku sedang beli buku motivasi agar aku dapat menghilangkan sifat malasku bu”, ucap Pryme dengan menunduk.
“Assalamualaikum… ada paket…”, teriak seorang laki-laki dari depan rumah. “Wah.. pukul 08.00 paketnya datang, tidak menyesal aku beli”, ucap Pryme Yang sedang mencuci piring. Untungnya Pryme sudah menyelesaikan semuanya. Terkadang dia amat rajin, tetapi lebih sering malas. “Waalaikumussalam, berapa yah pak?”, jawab salam Pryme sambil membuka pintu. “Totalnya 94.000 dek”, jawab Kurir. “Oh.. Baik ini pak uangnya, terimakasih”, Pryme tersenyum. Pryme langsung membuka paketnya. “Wahh covernya bagus, Kesadaran si Pemalas”, Pryme mengucap judul buku tersebut. Tetapi Pryme tidak langsung membacanya, dia malah memegang ponsel dan bermain dengan ponselnya, “Aku bacanya nanti malam saja deh”.
Pryme baru saja melaksanakan sholat isya, dia baru ingat bahwa sudah pukul 20.30 tetapi belum membaca buku barunya. “Aku harus membaca buku itu, siapa tahu aku mendapat hidayah, haha”, ucap Pryme kepada ibunya yang baru saja menyelesaikan rokaat terakhirnya.
Pryme membaca dengan pelan agar dapat dicerna dengan baik. Pukul 23.25 dia sudah di halaman terakhir buku itu. Di halaman terakhir ada kata bahwa “Motivasi yang telah dibaca akan hadir di mimpi pembaca”. “Ah masa bisa hadir di mimpiku? tidak mungkin, tapi motivasi ini sangat bermakna. Kenapa aku belum sadar dari rasa malasku?”, Pryme bertanya-tanya sendiri, kemudian dia tertidur dengan bukunya Yang masih terbuka.
“Halo aku adalah motivasi untuk si pemalas, aku adalah kesadaran kamu, aku yang mengajarimu tentang kedisiplinan, tentang kehidupanmu, maka rubahlah sebaik mungkin, kesadaranmu hanya diniatkan dari hatimu saja. Ketika hatimu ingin sesuatu yang baik, maka hati akan memerintahkan otak, kemudian otak akan memerintahkan tindakan kamu, kemudian tindakan akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan Yang kamu lakukan akan menjadi sebuah karakter, maka niatkanlah dari hati sebaik mungkin dan percayalah bahwa kamu bisa. Lakukanlah!! Lakukanlah sesuatu yang baik! “. Ternyata motivasi itu hidup di dalam mimpi Pryme. Kemudian motivasi itu memegang wajah Pryme, Pryme pun terbangun dan jam menunjukan pukul 03.00. Pryme tersadar akan hidupnya selama ini menjadi seorang pemalas itu adalah hal Yang buruk. Dia tidak menyesal membeli buku tersebut, kemudian langsung memeluk buku itu. Kata-kata yang diucapkan motivasi di dalam mimpi tidak terdapat di dalam buku. Tetapi itu sangat manjur untuk Pryme.
Setelah kejadian ini, Pryme pun mengubah hidupnya dan menjadi seorang yang sangat rajin. Dia tidak menjadi lagi seorang pemalas. Pryme juga berterimakasih kepada Dulhaq yang telah memberikan sarannya.
Cerpen Karangan: Fiyya Nailu Hidana Blog / Facebook: @fy_nd