Namaku Ayu. Anak terakhir dari tiga bersaudara. Aku adalah anak yang manja, aku tak ingin lepas dari keinginanku jika orang tidak menurutinya. Bagiku, keinginanku adalah yang terpenting. Kini aku duduk di bangku kelas 7 yang akan naik kelas di tahun depan. Semoga saja aku bisa lulus agar bisa naik kelas. Namun sayangnya, salah satu syarat agar aku bisa lulus yaitu mengikuti kemah pramuka. Malas sekali bukan?
Orangtuaku menceritakan bagaimana asyiknya kemah pramuka. Namun bagiku, kemah pramuka itu tak menghasilkan apa-apa. Malah yang ada, kita akan sakit, lelah, dan masih banyak hal yang akan menyusahkan hidupku. Ingin rasanya aku membuat sebuah alasan, agar aku tak ikut kemah pramuka yang akan dilaksanakan pekan depan. Tapi orangtuaku, sudah mengetahui alasan yang akan kurencanakan agar tak mengikuti kemah ini.
Kak Farhan, kakak keduaku, pernah mengikuti kemah juga. Bahkan, dia berkali-kali menjadi pemenang lomba pramuka. Katanya, dengan pramuka dia jadi lebih menyukai alam, dan bisa lebih bersosialisasi. “Mana ada orang yang menyukai alam itu bermula dari kemah pramuka, memang sih kemah kan pasti di hutan, namun, tetap saja itu hanya akan membuat badan sakit” pikirku dalam hati.
Hari Senin pun tiba, dengan cepat aku langsung pergi mandi, tak lupa sarapan dan mencium pipi mama papa!. Sesampainya di kelas, teman-temanku sedang membincangkan kemah pramuka. Malas sekali bukan?. “Eh Yu, kamu udah siap untuk kemah nanti?” tanya Zelda sambil memegang pundakku. “Haduh malas sekali aku Zel, ngapain juga ikut kemah? Ingin rasanya aku membuat sebuah alasan agar aku tak bisa ikut kemah itu” jawabku. “Loh, kok gitu sih Yu? Kita sebagai pemuda Indonesia ya harus ikut pramuka sebagai bukti bahwa kita cinta Indonesia dan ikut memajukan negara, pramuka juga asyik loh Yu!” kata Zelda. “Sudahlah diam, jangan sok bijak gitu Zel” jawabku dengan malas. Entah apa yang di pikiran teman-teman kelasku ini. Mereka dapat semangat dari mana coba?. Aku memang cinta tanah airku, namun tidak dengan mengikuti pramuka.
Dulu, waktu SD pun aku malas untuk pramuka yang diadakan setiap Jumat di akhir pelajaran. Bahkan, absen izinku mencapai 15 kali. Menarik bukan?. Ah sudahlah. Aku bingung, kenapa di dunia ini harus ada pramuka?. Tak bisakah kegiatan menyebalkan ini dihilangkan dari bumi?.
“Nak sini makan dulu” ucap mama yang menghentikkan lamunanku. “Maa, kenapa sih di dunia ini harus ada pramuka?” tanyaku. “Karena, pramuka ini kegiatan yang menjadikan kita seakan-akan berjuang untuk bangsa, dengan pramuka, kita bisa menjadikan diri kita sebagai pribadi yang mandiri” jawab mama sambil tersenyum. “Maa boleh gak Ayu gak ikut kemah pramuka? Bikin alasan gitu maa” pintaku dengan maksa. “Loh, kalo kayak gitu kamu berarti tidak mencintai negara kamu Yu, paksalah diri kamu agar bisa mencintai pramuka ini” jawab mama. Jujur saja, semakin banyak orang yang memaksaku untuk mencintai pramuka, tak ada satupun yang membuatku berubah. Tinggal lima hari lagi menuju kemah pramuka, aku belum menyiapkan apapun. “Haduh malas sekali untuk berbelanja perlengkapan kemah ini” ujarku setelah beres makan.
Tak lama setelah aku masuk kamar, Kak Farhan masuk kamarku secara tiba-tiba dan mengajakku pergi untuk membeli kebutuhan kemah. “Dek, ayo beli barang-barang buat kemah nanti, kan kamu belum beli apa-apa gimana sih” “Tapi kan Ayu juga gak mau ikut kemahnya, ngapain beli kebutuhan-kebutuhan kaya gitu?” “Kamu gak mau naik kelas ya? Kalo gak mau kakak antar ya sudah” “Iya deh iya!!” jawabku sambil berdiri untuk bersiap-siap.
Kami pun pergi dengan menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, tak ada percakapan antara aku dan Kak Farhan. Sesampainya di toko, Kak Farhan lah yang membeli semua kebutuhan yang berkaitan dengan kemah pramuka. Ya karena aku tak tahu apa-apa tentang pramuka. Karena dari dulu, aku tak pernah fokus dalam kegiatan pramuka.
“Makasih kak” ucapku sesampainya di rumah sambil membawa belanjaan tadi. “Harus suka pramuka dek, kalo nggak kamu gak bisa jadi pemuda yang membuktikan jiwa bela negaranya” “Tapi kan kak, aku juga masih kecil, emang aku mau dibawa perang?” “Ya bukan gitu, tar kamu ngerti sendiri deh”
Tak lama dari perbincangan singkat itu, aku langsung ke kamar untuk membereskan semua belanjaan ini. “Rebahan sebentar ah” ucapku sambil melentangkan badan.
Tak lama dari itu, mama masuk ke kamarku untuk membantu menyiapkan peralatan kemah. “Udah mulai tertarik pramuka?” tanya mama. “Hah? Tertarik dari mananya ma?” “Haduh, anak mama ini susah yaa. Udah itu beresin tuh” jawab mama.
Sekitar 30 menit aku menyiapkan semuanya bersama mama. Karena tak terasa, tinggal dua hari lagi untuk pergi kemah pramuka ini. Setelah kegiatan ini, ahh rasanya seperti terbebas dari sebuah belenggu. Besok kata Zelda kita harus kumpul dulu. Mungkin untuk memberi arahan. Entah mengapa, terasa bahwa ada sesuatu yang membuatku tak sabar untuk kemah pramuka lusa nanti.
“Ah apaan sih pasti nanti aku sakit-sakit deh” ucapku. “Yuu, Ayu, bangun nakk, ke sekolah” ucap mama sambil menggoyangkan badanku agar terbangun. “Ma sekarang jam berapa ma?!” jawabku dengan panik. “Udah cepat sana mandi Kak Farhan antar kamu, ayo cepat sudah mau telat ini”
Dengan cepat tentunya aku langsung ke kamar mandi, beberapa hari terakhir aku memang lumayan sulit untuk bangun sendiri. Seperti, sifat mandiri dari diriku tak terdeteksi sama sekali. Bahkan jika ada ulangan pun, kalau mama tak memaksaku, aku mungkin lupa untuk belajar.
“Dek udah belum?” tanya Ka Farhan. “Iya-iya ayoo” jawabku sambil mengunyah roti bakar. Kami pun pergi menggunakan motor agar aku cepat sampai.
“Dulu juga kakak susah bangun sendiri lho dek, Cuma gara-gara terbiasa ada kegiatan pramuka dulu di hari sabtu pagi, makanya kakak terbiasa” “Sangat tidak menggoyah hati” jawabku sambil terkekeh. “Nanti kualat lho dek” “Mana ada kualat kualat”
Sesampainya di gerbang sekolah, ada Zelda yang ternyata baru sampai juga. “Zel! Tungguin!” ucapku sambil memegang pundaknya “Eh Ayu, udah nyiapin buat kemah?” “Udah dong” jawabku dengan wajah tersenyum “Widih, kayaknya gak sabar buat kemah besok ya Yu” ucapnya sambil tertawa
Kami pun bergegas masuk ke dalam kelas untuk diberi arahan kemah besok. Bagian senangnya itu, untungnya aku dan Zelda satu regu!. Setelah diberi arahan itu, aku merasa tak sabar untuk hari esok. Karena ini pertama kalinya aku mengikuti kemah, pergi jauh dari mama papa, dan bermain bersama alam.
Setelah kelas selesai, di perjalanan pulang aku memikirkan betapa kakunya diriku untuk membuka hati sedikit kepada pramuka ini. Walaupun memang, terkadang membosankan untuk ada materi pramuka. Namun aku baru memahami sekarang bahwa ilmu pramuka ini sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari.
“Nak, kamu sudah menyiapkan semuanya untuk kemah besok?” tanya mama. “Sudah ma” jawabku sambil memeluk mama. “Semangat ya sayang!” ucap mama.
Suara alarm seketika membangunkan mimpi indahku di atas sana. Dengan semangat aku mengambil handukku, tak lupa juga sarapan. Hari ini aku diantar oleh mama dan Kak Farhan. Sepanjang perjalanan, mama dan Kak Farhan tak bosan-bosan mengingatkanku untuk menjaga barang sebaik mungkin.
Sesampainya di sekolah, Zelda sedang berpamitan dengan keluarganya. Begitupun aku setelah selesai menurunkan barang. Tak lupa juga mama mencium keningku, dan Kak Farhan mengusap kepalaku.
Setelah berdoa bersama, kami langsung menaik ke truk TNI sesuai dengan grup yang sudah dibagi kemarin. Di perjalanan, aku sangat menikmati angin yang berhembus, dan menggoyangkan dedaunan pada pohon. Setelah 30 menit perjalanan, kami langsung mendirikan tenda dengan regu masing-masing.
Kegiatan hari ini sampai dua hari kedepan di siang hari kita akan mencari sebuah bendera yang ditempelkan di pohon-pohon hutan. Untuk malamnya, kita akan membuat sebuah kesan dan pesan tentang kemah ini, dan juga sedikit penampilan dari setiap regu dengan api unggun. “Wah, tak sabar aku” ucapku.
Setelah mendirikan tenda, ada sedikit materi yang dimana akan menjadi ujian di esok hari sebagai nilai kepramukaan. Aku sangat gugup, karena seperti yang kalian ketahui, aku sangat benci sekali materi pramuka. Namun, sekarang aku bingung kawan, mengapa aku bisa bahagia dengan adanya kemah pramuka ini. Mengapa aku bisa terlarut dengan kemah ini?. Kalian bingung bukan?.
Setelah pemberian materi, aku dan Zelda pergi ke tenda untuk beristirahat. Keesokan harinya, kita berolahraga sedikit. Kemudian langsung mengisi soal-soal materi kemarin. Senangnya! Aku bisa mengisi semua soal-soal ini!.
“Cie yang jadi suka pramuka” ucap Zelda sambil menyenggolku. “Kenapa aku jadi suka ya Zel?” tanyaku bingung. “Karena, hati kamu sudah membuka ruang untuk pramuka Yu, sudah kubilang pramuka itu asyik bukan?” “Iya Zel iyaaa” ucapku sambil tertawa.
Kami pun melanjutkan kegiatan yang berada di hutan itu. Susahnya mencari bendera-bendera tersembunyi itu. Namun semua kesusahan itu terbalaskan oleh hadiah-hadiah. Setelah matahari terbenam, kami memulai kegiatan api unggun sambil menonton beberapa penampilan dari grup lain.
Tak terasa hari terakhir kemah sudah menyapa. Matahari muncul dengan begitu hangat. “Aduh Yu, kamu sakit badan gak?” tanya Zelda. “Bukan sakit lagi Zel, udah remuk ini” jawabku sambil tertawa. Namun jujur saja, rasa sakit badan, rasa letih untuk menginjak beceknya tanah, tidak menghilangkan rasa kagumku untuk kemah pramuka ini. Memang benar kata mama, pramuka bisa menjadikan kita mandiri. Buktinya, beberapa temanku dari regu lain kena hukum karena terlambat bangun. Untungnya saja Zelda membangunkanku agar lolos dari hukuman itu. Dan rasa nikmat yang terakhir adalah, dengan pramuka, aku bisa menikmati alam secara jiwa dan raga.
Setelah berfoto-foto, kita membereskan semua barang dan kembali menuju sekolah. Sepanjang perjalanan, Zelda tak berhenti mengejekku, katanya, yang dulu membenci pramuka sekarang jadi jatuh cinta. Memang benar, jangan tanya alasannya kawan, aku sendiri pun bingung. Namun, dengan pramuka ini, memang menjadi sebuah kegiatan yang menunjukkan bela negara kita sebagai siswa. Seperti tidur dengan kebasahan, terbangun dengan badan remuk, ya masih banyak lagi.
Bagiku sekarang, pramuka menjadi sebuah kegiatan yang sangat membantu diri untuk membangun sifat mandiri, tanggung jawab, dan keberanian. Dari arti kata pramuka saja aku baru memahami bahwa aku sebagai anggota pramuka, harus berani berkarya dan menyatukan bangsa.
Tidak terasa sudah sampai di sekolah, lamunanku tadi seketika membuatku tersenyum dan langsung memeluk mama sesudah turun dari truk TNI. “Gimana nakk?” tanya mama sambil mencium keningku. “Seru ma!!” jawabku. “Sampai rumah mandi ya dek” ucap Kak Farhan sambil mengendus-endus tubuhku. “Iya-iya” jawabku sambil mencuekkan muka. Memang benar, aku merasa tubuhku memiliki aroma tak sedap karena sudah tiga hari tak menyentuh sabun. Ah sudahlah, biarkan ini menjadi pengalaman yang bersejarah. “Asyik ada anak pramuka nih” ucap mama sambil terkekeh. “Udah maa, jangan dibahas lagi, Ayu malu nih” ucapku sambil menutup muka.
Cerpen Karangan: Amirah Alfi