Maemunah gadis kampung bermimpi menjadi penulis pertama kali dikasih tau temannya bahwa ada aplikasi bernama wattpad. Awalnya tidak tahu menggunakannya, akibat tidak punya hape smartphone. Dia hanya menulis tangan, hapenya saja Nokia butut. Tapi Ringgo memberikannya ponsel pinjaman. Kebetulan orang kaya di kampung dan Ringgo punya dua hape, jadi bisa dipakai Maemunah. Ia pun sangat berhutang budi padanya.
Akhirnya Maemunah bisa menulis di sana. Ringgo membantunya mendowloand lewat aplikasi playstore.
Sampai satu hari Maemunah bertemu dengan kak Zaki saudaranya Ringgo yang juga tetangganya. Kak Zaki ayahnya Ringgo kenal dengan penerbit mayor kebetulan kerja di Jakarta sebagai ob. Maemunah kebetulan punya Tante di Tebet akhirnya dia pun ke Jakarta. Maemunah juga pindah sekolah.
Waktu itu di Internasional High School Jakarta. “Lo gak pantas sekolah di sini dasar anak kampung!” “Kok gitu sih?” jawab Maemunah merasa bingung. “Di kasih tau malah ngeyel.” Akhirnya pergi dari kantin. Bullying selalu diterima Maemunah sampai suatu hari karya terbit. Maemunah menuliskan kisah pengalaman dengan mencampur fiksi.
Namun seseorang bernama Calista mengatakan kalau hasil karyanya tidak orisinil. “Itu pasti hasil jiplakan!” “Iya betul banget.” jawab Karina menghujat keras. Mereka bertiga Calista, Karina, Dinar, sedang duduk di menyeruput susu strawberry.
Kehidupan memang begini selalu menyakitkan ada saja tak suka padanya. Sampai Calista menenukan novel yang mirip dengan kisah Maemunah. Memasukan berita itu ke sosial media. Sampai Maemunah terkena bullying.
“Dasar gak kreatif!” “Penulis sampah mendingan gak usah nulis.” Mendengar kata mereka akhirnya Maemunah berhenti menulis. Dirinya kini mengalami writer block.
Salah satu kakak kelasnya Hanifah memberikan semangat mengajaknya ke perpustakaan. Lalu memberinya sebuah buku tebal. Membaca judulnya yaitu Harry Potter. Hanifah bercerita panjang lebar.
“Jadi tulisan ini adalah karya seorang JK. Rowling beberapa kali mengalami pasang surut menulis, begitu juga denganmu jadi jangan pantang menyerah berapa kali ditolak penerbit, kamu mungkin hanya difitnah tapi itu belum tentu benar dan aku percaya sama kamu, kamu itu penulis hebat aku bisa melihatnya dari kacamata aku yang suka baca.” Ucap Hanifah memberikan senyuman. “Tapi aku sudah lumpuh otak dan merasa writer block.” “Terus wattpadmu gimana?” “Setiap tulisan aku gak balas komentar, aku takut.” Seluruh tangan Maemunah bergetar.
Menjadi korban perundungan pernah dirasakan Hanifah. Ia pernah berada di posisi tersulit itu kemudian bersedia membantu. Hingga di sebuah koridor mendengarkan percakapan Calista lalu merekamnya. “Dia pasti malu rasain gue cuma kasih tambahan bagian mana yang sedikit mirip!” “Apa?” “Gila ide lo keren, sok sih selalu dipuji guru bahkan gue yang juara kelas belum pernah disanjung atas prestasi gue.”
Hanifah memasukan bukti ke dalam saku bajunya berjalan menuju ruang guru. Langkahnya begitu cepat. Berharap ada jalan akan permasalahan ini.
Di tengah pohon rindang Maemunah membuka buku catatan hariannya menulis sebuah tulisan. “Agni dan Rafa mereka saling menyukai namun apa daya hanya bisa memendam.” Ia memang suka menulis tangan semenjak kejadian itu.
Seseorang merebut buku dan menginjaknya hingga jatuh ke tanah. Rasa sakit, sesak Maemunah rasakan. “Anak kampung mimpi selangit, tulisan sampah tapi berani diposting.” jawab Dinar membentak mendorongnya.
Setitik airmata jatuh. Entah sampai kapan penderitaan berakhir. Guru BK membantunya berdiri. Kemudian ketiga geng itu di bawah ke ruangan konseling. Dimintai keterangan. “Kita minta maaf Bu!” “Gak ada minta maaf ke guru, tapi ke Maemunah langsung.” jawab Bu Rena.
Meminta maaf dengan sangat terpaksa. Ketiga orang itu segera pergi keluar. Damai telah dilakukan. Namun penderitaan belum berakhir.
Pengunguman lomba menulis di salah satu penerbit terkenal berhadiah laptop. Begitu menggiurkan untuknya. Gadis itu berjalan menatap mading dengan rasa hampa. Airmatanya jatuh. “Aku gak bakalan ikut!” “Kamu bisa dek, ayo nanti aku antar ke tempat lombanya.” Semangat Hanifah. Namun gadis itu menggeleng menolak. Tapi Hanifah bersikeras memaksa menariknya ke sana. Hingga ia terpaku di tempat tanpa bisa berkata-kata.
Sampai suatu hari pendaftaran terakhir sepedanya bocor. Jadi dia tidak bisa ke sana. Untunglah Hanifah kakak kelasnya memberikan tumpangan mobil. Cowok itu baik sekali.
Tiba di tempat daftar kemudian megantre panjang. Disana senyumnya luntur ketika Fika juga ikut. Dia kenal gadis yang populer di sekolahnya, jago mengarang seperti dirinya. Itulah membuat dia bertambah kali lipat minder.
Dan Hanifah selalu berdiri di sana setia menunggunya. “Halo kok bengong? Ayo giliranmu.” ucap Fika memberikan senyuman. “Iya kak.” jawab Maemunah mulai mengisi formulir.
Ketika lomba dimulai harap-harap cemas terjadi. Gadis itu berkeringat dingin. Berharap novelnya bisa lolos seleksi. Tiga orang pemenang akan dibukukan. Berharap namanya masuk. Sebuah speaker besar bunyi. Namanya disebut sebagai juara kedua. Walaupun tidak juara satu tapi ia cukup senang.
“Pemenang ketiga adalah Rahayu Belissa, kedua Maemunah Atiqah, dan pertama Fika Sintiasari.” Semua bersorak bukan cuma dirinya saja di sana ada Hanifah cowok yang selalu memakai topi putih itu mengancungkan jempol.
Kebahagian terpancar di wajahnya. Tak kuasa membendung airmata. Tidak lama kedatangan Calista dkk membuatnya kaget. “Gue minta maaf kita yang udah kempesin ban lo, kita fitnah lo.” “Gak papa kok aku berbesar hati memaafkan kalian.” jawab Maemunah mengulumkan senyum. Gadis itu saling berpelukan. Hanifah sudah tersenyum disana minta traktiran bakso kayaknya. Sementara Calista sudah meninggalkan area tempatnya datang.
Hanifah duduk mengeluarkan sesuatu dari dalam ranselnya. Sebuah gelang karet berwarna pink. Gadis itu terkejut. Hanif memasangkan padanya. “Aku sayang kamu!” “Aku juga!” “Tetap jadi penulis yang rendah hati meski banyak yang gak suka nantinya.” Maemunah mengangguk. Menunggu pesanan datang. Keduanya saling tertawa hidup itu bukan siapa paling pintar, memiliki segalanya? Tapi mana mental kuat yang bisa bertahan dari segala cobaan menghadang.
Selesai
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: HardiantiKaharz Nama panjang: Hardianti Kahar Nama pendek: Titin Umur: 25 Tahun Agama: Islam Akun wp: @titinghey Hobi: Menulis, membaca novel remaja, makan, nonton drakor, desain baju, nyanyi Cita-cita: Penulis terkenal mengisnpirasi