Entah kenapa selama 3 tahun aku sekolah di SMA, seperti sekolah di dalam penjara. Mungkin bagi sebagian orang, masa SMA adalah masa yang paling ditunggu. Masa-masa indah, dimana bisa mulai merasakan yang namanya ‘Asmara dan pertemanan’. Namun, aku tidak merasakan hal itu sedikit pun. Hal yang dimana seharusnya, para remaja sepertiku memulai bersosialisasi dengan teman sebaya dan memulai untuk menjalin hubungan asmara. Namun, ada beberapa tragedi dengan hal kecil yang kuperbuat, membuat mereka berpaling dan membuatku merasa hampa. Hampa tanpa sesosok teman.
Srek.. srek… srek.. suara seseorang menyobek sebuah foto dengan suara isak tangis yang tiada henti.
Lalu, wanita itu mengambil beberapa bingkai foto yang berada di atas meja dan menatapnya sejenak dengan mata yang berkaca-kaca. Terlihat bibirnya menahan tangisan dan amarah yang meledak-ledak.
Prang! Ia melempar bingkai foto yang ada di tangannya tadi dengan penuh amarah yang tidak terkontrol. “Kenapa? Kenapa hidup ini tidak adil?! Apa salahku kepada mereka semua? Apakah.. Apakah aku tidak berhak untuk bahagia? Tuhan.. aku harus bagaimana? Aku harus seperti apa, agar mereka bisa mengerti tentangku sedetik saja? Aku sudah lelah dengan semua ini! Kumohon, berikan aku kebahagiaan sedetik saja.. Sedetik cukup untuk seseorang sepertiku, seseorang yang orang bilang SAMPAH.” Ucapku dengan suara isak tangis begitu keras dan air mata mengalir begitu deras.
Lalu, ia terngiang-ngiang dengan omongan teman-temannya. “Nad, lu harusnya mikir! Lu bukan lagi anak SD! Anak yang belajar di SEKOLAH DASAR. Masalah nyontek aja lu ngadu ke guru, kek bocah aja lu tau gak! Inget lu itu udah SMA! SEKOLAH MENENGAH ATAS! Udah gitu, lu caper banget lagi sama guru-guru! Maksud lu caper buat apa? Biar dibilang anak sok baik? Sok pintar? Ups.. Ah iya, orang pinter mah beda Hahaha.. Udah gitu capernya, bilang lu gak bisa ikut olahraga karena lu sakit? Karena lu bilangnya takut kecapean? Bilang aja lu lemah! Lu males buat ikut olahraga dan ingin dikasihani sama guru-guru kan kalau lu sakit? Hahaha lucu lu, umur tua tingkah kayak bocah! Mikir dong!” ucap Gisa
“Dasar Caper!” Ucap Nabila “Hahaha, anak kesayangan guru mah beda!” Ucap Jihan. “Udah caper! Kek bocah, kelakuan kek SAMPAH!” Ucap Yunita. Nadya pun terngiang-ngiang dengan omongan teman-temannya hingga, ia pun keluar dari kamar dan berlari keluar rumah sambil menangis tak henti.
“(Hahahaha caper!)” “(Dasar caper!)” “(Kelakuan kek SAMPAH!) ” “AAAHHHHHH, KUMOHON BERHENTILAH!!” Katanya dengan berbicara nada tinggi sambil terus berlari dengan air mata yang tiada henti.
Lalu, ia melihat jembatan di pinggir jalan dengan laut yang dalam di bawah jembatan itu. Ia pun berhenti dan menatap laut tersebut dengan kedua bola matanya. Dan kata-kata itu terngiang-ngiang lagi. “(Dasar Caper!)” “(Hahaha, umur tua kek bocah!)” “(Lu itu SAMPAH!)”
Ia pun menaiki tembok jembatan itu. Dan ia berteriak dengan berkata, “HEI KALIAN! IYA, KALIAN YANG TELAH MENGHINAKU. KALIAN SEKARANG TERSENYUMLAH! BERBAHAGIALAH KALIAN, BAHWA AKU TIDAK AKAN ADA LAGI DI HIDUP KALIAN! KALIAN BAHAGIA KAN KALAU AKU GAK ADA? BAIKLAH, AKAN KUTURUTI KEMAUAN KALIAN! TERIMA KASIH ATAS SEMUA OMONGAN KALIAN! AKU BERHARAP, KALIAN HIDUP DENGAN DAMAI DAN BAHAGIA TANPAKU. SELAMAT TINGGAL SEMUANYA.” Ucapnya dengan bibir bergetar, napas tidak teratur dan sudut bibirnya terangkat dan tersenyum kecut.
Ketika ia ingin melompat dari atas tembok jembatan itu, ada seorang pria yang menghampirinya di belakang tembok jembatan itu. Ia berkata, “HEY! Kamu yang disana, turunlah! Kamu tidak seharusnya melakukan hal itu. Aku mengerti dan paham dengan perasaan kamu saat ini. Aku mohon, turunlah!” Katanya kepada Nadya dengan suara nada tinggi.
“Kamu tidak akan paham dengan perasaanku saat ini! Aku.. Aku tak pantas untuk hidup!” Ucap Nadya dengan amarah yang meledak-ledak, bibir bergetar dan napas tidak teratur. “Tidak.. Kamu pantas hidup! Kamu pantas untuk bahagia! Tuhan sangat sayang dengan kamu, jadi dia memberitahu bahwa orang-orang itu tidak pantas untuk di adikan sebagai seorang teman! Aku sangat mengerti hati dan perasaan kamu. Jika kamu kesal dan marah kepada mereka, tunjukan kepada mereka, bahwa kamu tidak seperti yang mereka pikirkan. Beritahu mereka dengan usaha dan prestasi yang kamu raih agar mereka bungkam dan tidak bisa menghina kamu seenaknya! Kamu itu spesial, dan berbeda dengan teman-teman kamu disana. Kumohon turunlah. Dan hiduplah untuk membalas dendam kepada mereka! Membalas dendam dengan prestasi dan kerja keras kamu.” Ucapnya dengan berteriak kepada Nadya.
Nadya pun berhenti melangkah, ia melihat ke belakang dan menatap mata pria tampan yang berbicara kepadanya tadi dengan bibir bergetar, napas tidak teratur, jantung berdetak dengan sangat cepat dan air mata yang mengalir begitu deras di pipi. Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada Nadya. Nadya pun terharu. Ia menghapus air matanya dan tersenyum dengan sudut bibirnya terangkat ke atas. Lalu, ia meraih uluran tangannya. Dan pria itu memeluknya dengan erat. Dan berkata, “Tidak apa-apa, menangislah sepuasmu. Aku tahu persaanmu, karena aku pernah di posisi itu. Kamu hebat dan kuat menahan semuanya sendirian. Kamu pantas untuk bahagia. Dan aku yakin semuanya akan baik-baik saja.” Ucapnya sambil mengelus-elus kepala Nadya.
Nadya tersenyum kecil dengan air mata yang masih terus keluar. Lalu, ia berkata dalam hati, “Terima kasih, sudah menyelamatkanku dan membuatku sedikit tenang. Walaupun aku masih trauma dengan semua kejadian yang menimpaku, aku bahagia dengan sesosok pria berada di pelukanku.”
Cerpen Karangan: Fara Nadia Rahma Blog / Facebook: Fara Nadia Rahma Hallo, nama saya Fara Nadia Rahma. Saya lahir di Jakarta, 04 Februari 2001. Saya memiliki 2 adik. Jenjang pedidikan yang sedang saya tempuh sekarang adalah Mahasiswi, Jurusan Arsitektur, Semester 4. Saya mengikuti organisasi di kampus yaitu UNITAS (Unit Mahasiswa Arsitektur). Saya juga memiliki hobi yang membuat saya sangat menikmatinya, yaitu menggambar, menulis, dan memasak. Saya mengikuti beberapa lomba cerpen dan puisi (Tingkat Nasional maupun Tingkat Internasional) untuk Tingkat Internasional, saya mendapatkan penghargaan “Finalis 100 besar.” selain itu, saya juga mendapatkan penghargaan sebagai “Penulis Terpilih” dari IDN Creation. Ada beberapa karya cerpen dan puisi saya di jadikan buku. Selain itu, saya mengikuti lomba menggambar dari Creativity Pandemic dan Rusani. Dari lomba itu saya mendapatkan Juara 1 dan Juara 3 tingkat Nasional. Untuk saling mengenal agar lebih dekat, bisa follow instagram aku : @Fadira43_ dan ke gmail aku : faranadiarahma[-at-]gmail.com.