Sekolah. Ahh, senangnya. Hari ini, hari pertamaku memasuki sekolah yang baru. Masa SD sudah kutinggalkan. Saatnya melangkah lebih jauh. Masa SMP sudah ada terpampang nyata di depan mata.
Ohya, aku hampir lupa memperkenalkan diriku. Namaku Trisly Mutiara. Biasanya dipanggil Trisly. Umurku 12 Tahun. Saat masa SD, aku punya seorang sahabat yang sangat akrab denganku, Clarissa Pitricia. Ia biasanya disapa Rissa. Sayangnya saat masa SMP, kami berbeda sekolah. Suatu hal buruk yang membuatku begitu sedih saat semua ini harus terjadi dan harus aku jalani.
Perpisahan. Berlinang air mata dan sebuah pelukan hangat mengakhiri semua cerita dan kenangan kami berdua. Aku kemudian berpesan padanya, “Sa, jangan pernah lupain aku ya. Ingat itu,” kataku dengan setetes air mata yang membasahi pipi. “Sudahlah, jangan menangis. Aku akan berkunjung ke rumahmu, jika ada waktu,” katanya sembari menghapus air mataku. “Janji?” tanyaku. “Ya, janji,” jawabnya sembari memelukku erat.
Di rumahku Salam, mengganti pakaian, makan siang. Itulah 3 hal pertama yang aku lakukan saat pulang sekolah hari ini. Rasanya seragam merah putih hanya tinggal kenangan. Merah dan putih akan tergantikan dengan biru dan putih. Senang dan sedih tercampur aduk. Senang karena sudah naik ke bangku pendidikan yang lebih tinggi. Serta sedih karena harus berpisah dengan sahabatku. Makan siang terasa hambar karena pikiran ini diliputi oleh bayang-bayang sahabatku, Clarissa.
Di kamarku Aku berbaring sejenak, menatap foto-foto kebersamaanku dengan Clarissa. Tak sadar, air mata jatuh menetes membasahi pipi. Memoriku teralihkan dan terus mengingat tentang masa-masa suka dan duka kami berdua. Kemudian, aku bangun dan mengambil diaryku lalu mulai merangkai kata tentang sosok dirinya. Sedih bercampur luka karena dipaksa merelakan. Berkunjung? Bicara hal itu saja sudah membuatku pusing tujuh keliling. Bayangkan saja, sekolah baru, tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentunya lebih banyak materi dan tugas yang harus diselesaikan. Aku bahkan takut apakah kami berdua bisa bertemu atau tidak? Terkadang aku cekikikan sendiri mengingat diriku yang terlalu sibuk dengan sekolah, rumah dan keluargaku. “Udah kayak orang kantoran aja,” ucapku dalam relung hatiku yang membuatku jadi ‘ngakak’ sendiri.
Tok.. tok.. tok.. Seketika pikiranku langsung membuyar saat mendengar suara pintu kamarku yang diketuk. “Masuk aja,” kataku. “Belum tidur, sayang?” tanya mamaku. “Eh, mama. Kirain Tian,” kataku menyebutkan nama panggilan adikku, Devan Christian. “Belum ma, bentar lagi,” lanjutku. “Jangan begadang loh, besok hari pertamamu masuk sekolah,” ucap mama mengingatkan. “Iya ma, iya,” jawabku mengiyakan. Mamaku lalu pergi meninggalkanku.
Keesokan harinya “Selamat pagi, semuanya,” ucapku yang baru bangun tidur kepada mama, papa dan adikku yang sudah duduk rapi menungguku untuk sarapan pagi. “Selamat pagi,” ucap ketiganya hampir bersamaan. Aku bergegas menuju kursiku lalu duduk dan menikmati sarapan pagiku bersama ketiga orang tersayang.
Skip makan, mandi, bersiap “Ma, Pa, Tian, aku berangkat duluan ya? Keburu telat nihh,” ucapku sembari berlari kecil menuju pintu. “Hati-hati ya, sayang,” ucap kedua orangtuaku. “Byee kak,” ucap Tian, adikku.
Sampai sekolah Hari baru, sekolah baru, seragam baru, teman baru. Pokoknya semuanya baru deh. Aku duduk di pojok ruangan baruku. Sendirian. Ya, belum punya teman. “Hai, boleh aku duduk di sini?,” tanya sosok tak ku kenal itu. “Emm, boleh kok,” jawabku santai. “Kenalin, namaku Tania Veronika. Panggil aja Tania,” ucapnya memulai perkenalan. “Aku Trisly Mutiara. Biasa dipanggil Trisly,” jawabku. “Mulai sekarang kita temenan ya?” tanyanya. “Iya,” jawabku.
Semenjak mengenalnya aku selalu bersamanya. Dan kemudian kedekatan kami dari teman kini sudah resmi menjadi sahabat. Setiap harinya kami belajar bareng, makan bareng, semuanya bareng-bareng deh. Aku mulai terbiasa dengan lingkungan baruku dan sedikit demi sedikit mulai melupakan Clarissa. Walau hati kecil ini masih berharap bisa bertemu dengan dirinya, namun semua usaha sia-sia. Setiap aku menunggu kedatangannya, ia tak kunjung datang. Bahkan aku tak punya nomor teleponnya untuk sekedar menghubunginya demi mendapatkan kabarnya. Mulai sejak itu, aku berusaha melupakannya. Sulit memang. Namun aku terus berusaha menghapus semua jejak dan kenangan lama bersamanya.
Skip belajar “Edehhh, galak batt nih guru. Kita ini kan murid baru, masa dibuat gini sih,” omel Tania setelah guru killer itu keluar dari kelas kami. “Udahlah Tania, mending kita ke kantin aja yuk,” ajakku. Kami beranjak dari kelas kami. Kelas VII C. Kami berjalan bergandengan tangan. “Hai, manis. Kenalan dong,” ucap suara tak ku kenal. “Aku?” tanya Tania. “Bukan, cewek di samping kamu,” kata cowok itu. “Emm, maaf aku buru-buru,” kataku menolak sambil menarik Tania agar mengikutiku menuju ke kantin.
Makan di kantin “Lu kenapa cobak nolak kenalan sama tuh cowok? Mana dia ganteng bat lagi,” omel Tania. “Ganteng pala lu! Lu aja sana kenalan sama dia. Gue mah ogahh,” balasku. “Ih, asal lo tau ya? Temen gue, Ravin itu suka sama lo,” kata Tania. “Uhhuukkk… uhukkk,” busett tersedak gue denger omongan dia. “Apa lu bilang? Ravin? Seorang Ravin Antonio naksir sama gue? Gak gak gak.. Gue pasti lagi mimpi,” ucapku tak percaya. “Lu gak mimpi bambangg, emang bener dia suka sama lo,” katanya. “Ya ya ya. Udahlah. Biarpun dia ganteng. Gue malas yang namanya pacaran. Nanti ujung-ujung patah hati di cuek aja ditinggalin ya gak usah lah dipertahanin,” kataku menyambung perkataan dengan lagu. “Ngapain lo nyanyi kunyuk?,” ucapnya tertawa. “Udah ah, bayarin sana gue mau ke kelas,” kataku. “Iya bawell..” jawabnya jutek.
Skip pulang “Tania, lo pulang sama siapa?,” tanyaku. “Ya sendirian lah,” jawabnya santai. “Barengan dong? Gue mau beliin mama sama papa bakso dulu,” kataku mengajak. “Wihhh, ada yang gajian nih. Traktir dong,” mintanya. “Gajian, gajian. Lu pikir gue orang kantoran apa? Hari ini kan Anniversarynya mama sama papa jadi gue mau beliin mereka bakso. Plus mau cari hadiah, gimana ikut gak?” ucapku. “Yaudah gue ikutan lah,” jawabnya mengalah. “Makasih ya, ntar gue traktir boba deh,” kataku. “Asekkk,”
Skip beli hadiah
Sesampainya di rumah.. “Happy Anniversary, Ma, Pa,” ucapku sembari menyodorkan kue cokelat bertuliskan Happy Anniversary Mom And Dad kepada kedua orangtuaku. “Wahhh, terimakasih sayang,” ucap kedua orangtuaku hampir bersamaan.
Keluarga kami memang tidak pernah membuat acara besar-besaran dan mengundang banyak orang. Kami hanya sekeluarga saja merayakan ulang tahun pernikahan atau ulang tahun kelahiran. Biasanya yang kuundang hanyalah Clarissa yang sekarang digantikan posisinya oleh Tania.
Skip makan-makan Semua sudah tertidur pulas. Aku lalu menuju ke kamarku. Meletakkan kepala di atas bantal dan kemudian terlelap. “Ahhh hari yang melelahkan,” ucapmu dalam hati.
Keesokan harinya… Aku bangun dengan badan yang segar. Diriku menuju jendela dan membukanya. Membiarkan udara sejuk pagi mengelilingi seluruh kamar. Kemudian aku bergegas merapikan tempat tidurku. Lalu, menuju lantai bawah untuk sarapan pagi. Ya, anak sekolahan.
Di ruang Makan “Ohya Ma, Pa, bentar lagi aku udah mau Ujian Kenaikan Kelas,” kataku. “Wihh, gak kerasa ya udah mau naik kelas,” kata Mamaku. “Makanya yang rajin belajarnya,” sambung Papa. “Iya Pa, pasti. Yaudah aku berangkat dulu ya,” kataku sembari menyalami tangan orangtuaku.
Sesampainya di sekolah… “Selamat pagi, Sistt, lu nungguin siapa?,” kataku pada Tania yang kulihat semenjak tadi berdiri di depan gerbang sekolah. “Ya nungguin eluu lahh,” jawabnya spontan. “Ciee, ada yang kangen?” kataku mengejek. “Gak ada yang kangen sama elu. Cuman kangen duitnya doangg,” ucapnya. “Anj*mm,” kataku melotot. “Canda duitt,” sambungnya. “Udah ah, yok masuk,” ajakku.
Sesampainya di depan kelas.. “Hei, tunggu,” sebuah suara sontak membuatku kaget saat hendak melangkahkan kaki memasuki kelas. Aku lalu berbalik dan menemukan sosok lelaki yang tampan namun tak menarik perhatianku sama sekali. Siapa lagi kalau bukan Ravin. “Ngapain lu?” ucapku savage. “Busett, nih cewek cantik-cantik galak juga ya,” katanya heran. “Suka-suka gue,” jawabku spontan. Aku lalu hendak berbalik memasuki kelas dan meninggalkannya. “Tunggu, ini ada coklat buat kamu,” katanya sambil menyodorkan coklat Silverqueen padaku. “Makasih, tapi gak usah, byee,” ucapku.
Cerpen Karangan: Gravity Grace Blog / Facebook: Gbby Tnis Halo semuanya? Terimakasih sudah mampir di ceritaku. Namaku Gracella Tenis. Aku beragama Kristen Protestan. Saat ini hendak menuju bangku pendidikan SMA. Umurku 14 Tahun. Hobiku menulis dan menggambar. Aku juga pecinta dunia Kpop. Yang paling aku sukai adalah boyband asal Korsel, BTS. Semoga kalian suka dan terhibur dengan cerpenku. Gamsahbnida!