Saat ini, cuaca pagi di kota membuat sebagian orang berangkat terburu-buru. Pasalnya, langit menampilkan awan-awan kelabu yang menunjukkan pertanda bahwa hujan akan segera turun. Seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda dan memakai seragam pertanda dia akan ke sekolah tengah menunggu bus jemputan sekolahnya sambil sesekali melirik jam di pergelangan tangannya. Namanya Aurel, gadis cantik nan polos yang bersekolah di SMA Taruna Bhakti dan saat ini dia sedang menduduki kelas 11. Aurel adalah gadis pintar dan juga berbakat dalam bernyanyi, tak heran dia bisa mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di SMA Taruna Bhakti. Keluarga Aurel bukanlah keluarga berada seperti keluarga teman-temannya di SMA, keluarganya adalah keluarga sederhana yang beranggotakan 4 orang yaitu dia, ayah, ibu, dan adiknya. Tapi itu sama sekali tidak membuat dirinya minder di sekolah.
“Aishhh ini sudah jam tujuh kurang dua puluh menit, tapi kok busnya belum datang sih. Kalau telat gimana?” ujar nya pada diri sendiri
Saat dia tengah resah menunggu, tiba-tiba suara klakson bus terdengar. “Akhirnya…” Aurel bergegas menaiki bus tersebut dan mencari tempat duduk. Akhirnya dia memilih duduk di sebelah laki-laki yang sangat tampan tengah memakai earphone di telinganya sambil membaca buku. Bukan, bukan karena Aurel ingin mendekatinya. Tapi hanya tempat itu yang tersisa di bus.
Aurel menghembuskan nafas lega saat bus melaju. Saat ditengah perjalanan, Aurel mendadak sangat haus, ia segera membuka tas dan meraih botol minum miliknya. Saat ia tengah minum, tiba-tiba bus yang ditumpanginya mengerem mendadak karena ada lampu merah. Alhasil minuman Aurel tumpah di celana laki-laki yang memakai earphone di sebelahnya. Sontak laki-laki itu melepas earphone ditelinganya.
“Eh ya ampun, maaf ya aku nggak sengaja. Maaf banget” ucap Aurel “hm” ujar laki-laki itu, lalu segera mengambil tisu yang berada di dalam tasnya. Aurel yang melihat itu langsung mengambil sapu tangannya yang selalu ia bawa kemana-mana. “Ini, pakai sapu tangan aku aja. Kalau pakai tisu nanti susah keringnya” “Nggak usah” “Eh jangan gitu dong, kan aku yang udah ngebuat celana kamu jadi basah gini. Terima ya” Laki-laki itu memandang Aurel dengan datar lalu mengambil sapu tangan yang dipegangnya. “Makasih” ucap laki-laki itu dengan nada datar seperti biasa “Sama-sama, tadi aku beneran minta maaf ya. Aku beneran nggak sengaja tadi” “Hm”
“Ngomong-ngomong nama kamu siapa? aku nggak pernah lihat kamu di sekolah. Kamu anak baru ya? kelas berapa?” tanya Aurel bertubi-tubi. Aurel tidak berbohong, dia memang tidak pernah melihat laki-laki di sebelahnya ini di sekolah. “Aldi, anak baru, kelas 11 IPA 1” Aurel melongo mendengar jawaban Aldi, sesingkat itukah? “Ohh, kenalin nama aku Aurel aku juga kelas 11 IPA 1. Salam kenal ya Aldi” “Hm” Oke, sepertinya laki-laki di sebelahnya ini adalah tipikal laki-laki yang cuek dan dingin. Keadaan mendadak hening, karena Aurel tidak memiliki topik pembicaraan dan laki-laki yang baru dikenalnya ini juga tidak berniat mengajaknya berbicara.
Tanpa disadari, bus yang ditumpangi Aurel berhenti tepat di depan halte yang berada di sebelah sekolahnya. Dan tepat itulah hujan turun dengan derasnya. Sebagian murid bergegas mengambil payung mereka masing-masing yang selalu mereka bawa dan sebagian murud lainnya mencoba mencari tumpangan payung. Seperti Aurel saat ini, dia sedang mencari tumpangan karena tidak mau seragamnya basah karena hujan.
“Duhhh, mana nggak bawa payung lagi” gerutu Aurel yang tentu saja didengar oleh Aldi “Mati mati mati, telat bisa dihukum nih” “Tuhan kiriman malaikat penolong plis.. kalau perempuan bakal Aurel anggap sahabat kalau laki-laki bakal Aurel anggap… anggap apa ya?” ucap Aurel dalam hati “Sini bareng aku aja” suara laki-laki di sebelahnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah suara Aldi tersebut seketika langsung membuat Aurel menoleh. “Nggak apa-apa Aldi? nggak ngerepotin?” “Nggak”
Mereka berjalan menuju pintu bus dan Aldi langsung membuka payungnya lalu segera turun. “Ayo” ucap Aldi sambil mengulurkan tangannya agar Aurel segera turun Oke, sepertinya Aurel memang harus bareng Aldi. Aurel langsung menerima uluran tangan Aldi. Karena satu payung digunakan oleh dua orang sekaligus membuat mereka berjalan berdekatan.
Mereka terus berjalan sampai akhirnya tiba di koridor sekolah. “Aldi terimakasih banyak ya, aku jadi ngerepotin kamu dua kali” ucap Aurel tidak enak Aldi yang sedang memasukkan payung ke dalam tas lalu menoleh. “Sama-sama, nggak ngerepotin” Aurel yang mendengarnya tersenyum kikuk.
“Ayo” ajak Aldi lagi-lagi sambil mengulurkan tangannya “Kemana?” “Sebagai tanda terimakasih, kamu harus mengantar aku ke ruangan kepala sekolah. Bagaimana?” “Oke, tapi harus banget gandengan gini?” tanya Aurel sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal “Harus” ujar Aldi dengan wajah datarnya.
Cerpen Karangan: Aurelya Irna Candida Blog / Facebook: aurelya_ic