Cinta terkadang membuat kita bodoh, karna akan menolak banyak hati demi menunggu dia yang tak pasti. Bagaimana jika aku mencintai dia yang sudah kuanggap seperti Kakakku? Karna dialah yang mengajarkanku apa itu Cinta dan apa itu sekedar mengagumi.
Namaku Irda Yanti Syam, panggil saja Irda. Umurku sekarang sudah beranjak dewasa, dan yang pasti soal percintaan sudah lumayan matang bagiku.
“Irda!” teriak seorang pria, aku langsung berbalik badan. Posisiku saat itu sedang di depan rumah, sambil menyiram bunga. “Ada apa Asri?” tanyaku sambil mengerutkan kening. Walaupun rasanya ingin sekali teriak sekencang-kencangnya. “Kamu balikan ama mantan kamu?” tanyanya, nggak ada angin, nggak ada hujan. “Enggak. Ternyata kamu benar aku cuman ngagumin dia aja, dan nggak cinta sama dia, begitupun sebaliknya.” sahutku. Aku baru putus dengan seseorang, dan ternyata itu semua hanyalah sekedar mengagumi bukan mencintai. “Apa aku bilang, yaudalah mending kamu Move On aja, daripada galau mulu.” ujarnya. Aku hanya menganggukan ucapannya.
“Oiyya sore ini kamu ada acara nggak? Kalo enggak… aku pengen ngajakin kamu makan.” ajaknya, sontak aku sangat kegirangan. Tapi, jangan didepan Asri. “Gak ada sih, palingan cuman rebahan doang di rumah.” sahutku lalu berpikiran akan diajak berduaann “Ke kafe yuk, kalo kamu mau nanti biar aku yang boncengin kamu.” ucapnya. Mimpi apa aku semalam, diajak kekafe aja udah seneng gini, apalagi diboncengin. Batinku. “Serius?” tanyaku dengan kegirangan “Iya, masa nggak percaya sih.” ucapnya lalu memegang pundakku. “Oh, kalo gitu nanti aku tunggu di rumah ya?” tanyaku lagi, dalam batinku sudah sangat kegirangan. “Oke.” sahutnya sambil menaikkan jempolnya.
“Tumben nggak telfon aja, kan bisa?” tanyaku. “Gue lagi pengen jalan-jalan.” jawabnya. “Ohh gitu.” ucapku. “Iya. Kalo gitu sampai ketemu nanti sore ya. Byee.” Ia lalu melambaikan tangannya dan pergi dengan motor Matic-nya.
Kenapa perasaan ini sangat aneh jika berada di dekatmu. Harusnya kubuang perasaan ini jauh-jauh. Aku pun tahu rasa yang kumiliki, tak sama denganmu. Kau mungkin hanya menganggapku teman bahkan Adik.
Pukul 02:55 WIB Aku udah siap untuk berangkat, tinggal menunggu Asri datang. 1 menit… 3 menit… 6 menit…
Suara klakson berbunyi di depan rumahku, siapa lagi kalo bukan dia sang pengagum rahasiaku. Aku sudah menjadi pengagum rahasianya, sejak kami masih SD. Dia datang dengan baju hoodie coklat, celana jeans hitam, dan rambut belah samping.
“Maaf yah, lama.” ucapnya lalu memasang raut wajah minta maaf. “Nggak lama kok,” ingin sekali aku melanjutkan nggak lama kok, yang penting kan hari ini kita jalan-jalan.
Di perjalanan kami saling tertawa, bercanda satu sama lain. Sungguh aneh perasaan ini, ingin rasanya aku mengutarakan isi hatiku sekarang juga. Tapi, aku takut kau menolak dan perlahan menjahuiku.
“Akhirnya nyampe juga.” ucapnya. Dia pun memasukkan motornya ke parkiran. Kami berjalan kearah pintu Kafe.
“Kamu mau pesen apa?” tanyanya kepadaku sambil memegang menu. “Terserah kamu aja.” sahutku. Senang, itulah yang sedang kurasakan saat ini. Tak lama makanan pun datang, dan kami menikmati makanan ini dengan suka cita.
Kami pun selesai makan, dan dia menatapku dengan serius dan terlihat gugup. “Aku mau ngomong, boleh?” tanyanya menatapku. “Ngomong aja kali.” sahutku mentapnya balik yang terlihat sangat gugup. “A-aku su-suka sama kamu.” gumamnya, lalu mengenggam kedua tanganku. “Apa? Kamu ngerasain hal yang sama kayak aku?” Aku terkejut dan menatap balik serius. “Aku cinta sama kamu, bahkan dari dulu aku udah punya rasa sama kamu. Dan perasaan itu bukan tentang Kakak-Adik. Tapi, ini tentang rasa sayang sebagai pacar.” jelasnya memberikan senyumnya, dan kusenyumi balik pula. Aku terdiam sesaat, karna tidak percaya dengan apa yang ia katakan.
“Aku mau jadi pacar kamu, karna itu adalah salah satu impian yang aku inginkan dari dulu.” jawabku, kulihat dia sangat senang dan mengucapkan kata ‘yes’ beberapa kali.
Hari itu adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku dan baginya. Aku pun hanya tersenyum bersamanya sambil menikmati hidangan penutup yang ada di meja. Dan sungguh ini adalah momen yang aku tunggu-tunggu dari dulu. Tuhan, aku ingin berterima kasih kepadamu. Kau menciptakan dia, sosok pria yang aku kagumi dari dulu ternyata punya perasaan yang sama denganku.
Karna, dengannya aku merasa aman, tenang, dan bahagia. Biarkan semua ini Tuhan saja yang mengatur. Aku hanya bisa mengikuti dan mengikhlaskan dia, jika suatu saat aku dan dia tidak ditakdirkan bersama.
Kehadirannya membuat duniaku lebih berwarna, hingga namanya selalu kuucap disetiap sujudku.
TAMAT
Cerpen Karangan: Nurfadilah Facebook: Pena Dil Dil Wattpad: PenaDilDil