Seminggu lagi liburan akan dimulai. setelah bersusah payah mengikuti UNAS SMP aku berencana pergi ke Sleman, Yogyakarta. karna aku mendengar bahwa Dian akan pulang ke kampung halamannya bersama orangtuanya. Oh iya perkenalkan namaku Galih, aku sudah memendam perasaan pada Dian sejak kami pertama kali masuk SMP, SMP kami berada di Sidoarjo dan akupun berasal dari Sidoarjo juga.
Liburan pun tiba, segala persiapan sudah kupersiapkan dan kumasukkan dalam tas, Hari ini pertama kalinya aku naik bus, sebelum berangkat aku berpamitan dengan orangtuaku karna akan menginap di rumah temanku. padahal aku berniat menyampaikan perasaanku pada Dian dan itu juga pertama kalinya aku berbohong pada orangtuaku.
Bergegas menuju terminal, aku menaiki bus sumber kencana, aku terus memikirkan kata kata yang akan kusampaikan padanya dan tanpa sadar aku pun tertidur dalam bus.
Setelah Berjam jam dalam bus akhirnya sampai juga di Yogyakarta!!. Setelah turun dari bus aku langsung menghampiri tukang ojek pangkalan di sekitar dan langsung melanjutkan perjalanan, meski terasa lapar tapi dengan membayangkan bertemu dengan Dian hilang sudah rasa laparku.
20 menit kemudian aku sampai di depan rumah dian. aku mengetuk pintu dan… “Galih?! Kenapa kamu ada disini?!” Tiba tiba Dian menarikku ke dalam rumahnya. “Bagaimana jika teman temanku mengira bahwa kita berpacaran? Bagaimana jika Rian sampai tahu? Bisa bisa malu aku! Dan bisa bisa aku…” Tubuhku terasa lemas seketika hatiku sakit sekali, sulit bernafas rasanya. Rian adalah ketua tim basket di sekolah kami. jika dibandingkan dengannya, aku hanyalah anak pasif yang fokus pada mata pelajaran saja. Ahh… ternyata saat aku memendam perasaan ini Dian juga memendam perasaan pada Rian.
Tiba tiba Ibu Dian yang bernama Bu Vita menghampiri kami “Siapa itu nduk?” “Teman sekolahku kok Bu” jawab Dian. “Datang dari mana kamu nak?” “Dari Sidoarjo Bu” jawabku. “Sidoarjo?! Jauh sekali nak, kamu kok tahu kampung halamannya Dian disini hayoo?” “Eh iya Bu dari teman teman Bu” jawabku sambil tersenyum. Malu rasanya apa jangan jangan Bu Vita tahu kalau aku menyukai Dian tapi sekilas aku lihat wajah Dian, dia terlihat sangat marah dan hatiku rasanya hancur kembali.
Kemudian Dian membawaku ke kamar tamu dan melarangku keluar kalau bukan hal yang penting, sepertinya Dian benar benar membenciku, dia malu tentang keberadaanku.
Tak lama kemudian Dian membawakan makanan yang dimasak oleh ibunya. Sayur lodhe ikan asin, ini adalah makanan favoritku, kemudian Dian meletakkan piring itu di lantai dan Mendorong piring itu ke arahku, sepertinya bagi Dian aku adalah hewan yang kotor, padahal ini adalah makanan favoritku tapi rasanya hambar sekali, apakah karena hatiku hancur untuk ketiga kalinya, dikurung dan dibawakan makanan dengan cara tak biasa.
Hingga keesokan harinya aku berpamitan pada Dian dan orangtuanya, aku baru melihat pak Septa ayah Dian, karena seharian aku terkurung dalam kamar tamu, kemudian Bu Vita menawarkan agar aku diantar pak Septa sampai terminal, aku pun menerima tawaran tersebut dan kamipun berangkat ke terminal.
“Terimakasih om karena sudah repot repot mengantar saya”. pak Septa hanya mengangguk saja, kemudian aku melanjutkan langkah kakiku ke terminal. “Tunggu nak” kata pak Septa, aku menoleh dan tiba tiba beliau memelukku “maafkan om yang tidak bisa membantumu, om melihat semua perlakuan Dian terhadapmu”. Air mata yang kutahan sejak memasuki rumah itupun mengalir dengan derasnya, aku pun membalas pelukan pak Septa, “Tidak om, aku yang salah karena tidak tahu kalau Dian tidak suka padaku, tolong jangan marahi Dian om” pintaku. “kamu sungguh baik nak, kamu harus janji kalau kamu takkan jatuh cinta pada Dian lagi selamanya dan temukanlah seseorang yang jauh lebih baik dari Dian, kalau kamu berjanji maka om juga akan berjanji tidak akan memarahi Dian”, “iya om aku janji, terimakasih banyak ya om” jawabku dan melepas pelukannya dan kembali melanjutkan langkahku memasuki terminal.
SEKIAN
Cerpen Karangan: Nizarudin Faizar Rasyid Facebook: Nizar Faizar