Aku melangkah ke ruangan kecil dan masuk ke dalam bertemu dengan Glardarion Fakero. Glarda menyambut aku dengan pelukan hangat. Aku sangat senang menjadi yang pertama di hati Glarda. Tapi gelar itu copot bukan aku yang melainkan Qita.
Qita cewek sok baik dan punya segalanya, selama ini aku selalu menindasnya karena selalu mencari perhatian ke semua orang bahwa dia terluka. “Glarda kenapa lo manggil gue mau pamer kalo lo beliin berlian mewah ke Qita?” “Dasar cewek jahat lo udah buat Qita berdarah, itu tangannya tergores sehingga gelang yang gue kasih rusak.” ujar Glarda emosi. Glarda keluar dari dalam ruangan gudang sementara aku terdiam. Aku memang dibenci karena sifatku seperti ratu aku berpacaran dengan Glarda. Kami menghabiskan waktu berdua bucin berdua tapi sayang semua sudah berakhir. Sehingga Glarda memilih Qita itu kesalahanku aku bermain api dengan Igwel. Aku melalukan itu akibat Glarda kurang perhatian lagi denganku.
“Glarda gue benci lo, gue bakalan balas perbuatan jahat lo ke gue?” Aku berjalan keluar bukan cewek lemah yang mudah menangis. Aku sih cewek pemberani.
Sampai suatu hari aku bertemu Igwel kupikir Igwel mau menyapaku ternyata cewek lain betapa remuk hatiku ya Allah. Semua meninggalkan aku. Dalam kondisi terpuruk selalu ada Burhan sih cowok kacamata menghibur aku dengan segala tingkah kocak.
“Lo sayang sama cowok jangan sampe bucin bikin dia nyesel ngerti…” Burhan membuka kacamata lalu membersihkan pakai tissue kering. Aku meneelaah kata Burhan, “sok ngerti cinta lo! Mendingan lo ke perpustakaan.” Aku terus berpikir kenapa aku bisa semakin akrab bersama Burhan.
Ketika di kantin aku berjalan tiba-tiba aku melihat Qita terjatuh padahal aku sendiri tidak sengaja membuatnya terjungkal. Aku meminta maaf namun percuma semua membenci aku sebagai Queen-bullying.
Qita meringis perih Glarda datang membantu bergaya super hero bak iron man atau sebagainya. “Kamu gak papa kan sayang?” “Aku baik-baik saja.” “Ini semua karena kamu mendingan kamu pergi jangan ganggu hidup aku dan Qita,” Tumben Glarda berkata formal bukan dia sekali. Rasanya agak asing pada perlakuan sok manis di depan Qita.
Dezmara menghampiri aku kemudian menatapku tajam lalu menarikku ke suatu tempat. Di sebuah taman kami mengobrol di temani segelas es teh manis. “Lo main cantik dong, mau gue bantu?” ucap Dezmara. “Dez gue gak butuh bantuan, gue bisa sendiri.” Umpatku seorang anak kecil lewat menatapku kelihatan lapar. Dezmara memberikan uang menyuruhnya membeli bakso. Buat apa prihatin sama orang miskin? Berbagi itu bukanlah ciri khas dariku. “Lo gak suka gue berbagi ke orang miskin? Hidup tuh cuma sekali dilakuin dengan sebaik mungkin lo gak tau kan gimana susahnya cari duit?” Ya betul aku orang mampu bisa melakukan seenak hati, bahkan Dezmara anak beasiswa pasti merasakan sulitnya sama kayak anak tadi.
Jam malam pukul dua belas aku belum bisa tertidur. Aku segera mencuci muka melakukan skin care ketika di jam orang seharusnya terlelap. Setelah selesai aku menonton film barat, kemudian tertidur.
Keesokan harinya Dazmara menjemputku. Naik motor vespa butut. Aku terkesima ini pertama kali aku naik motor. Di tengah perjalanan aku melihat Glarda bersama Qita mereka makan bakso bersama. Aku berusaha santai. Hingga di sekolah semua menatapku jijik. “Lo bukan ratu, lo sampah lo gak ingat betapa lo mempermalukan gue sepatu yang gue beli di pasar lo injak dengan alasan gak branded harus musnah.” Kata-kata itu tergiang. “Gue minta maaf!” Glarda berlutut di koridor sekolah namun permohonan itu belum cukup. “Buaya mah tetap sama itu semua fake!” Teriris hatiku memjadi cewek dibenci. Perlahan aku berlari sampai bertemu mata dengan Daz. Kami saling salah tingkah.
Ketika Qita mengobrol di kantin aku mendengarkan percakapan dari Qita bersama ketiga sahabat. Mataku membulat lebar orang selama ini dikenal pemeran utama dalam lakon nyata punya hati busuk.
Suaraku sangat lemah aku tercekat. Bagaiama menceritakan ini kepada Glarda. Kudekati dia dan kuberitahu semuanya gagal aku malah diusir di dorong jatuh. Untunglah Daz menolongku. Di hari berikutnya aku menemui Qita.
“Qita lo bermuka dua?” “Maksud kamu apa? Aku tuh nggak ngerti, kamu mau cari masalah lagi sama aku? Aku udah cukup sering dibully kamu ingat hari di mana kamu jambak rambutku itu menyakitkan tahu nggak…” Airmata jatuh di pipi Qita. Lagu-lagi Qita bersandiwara. Aku muak sama sinetron kehidupan tak berkesudahan kapan mereka semua sadar kalau aku tak seburuk mereka pikir.
Aku berjalan ke jembatan mencoba bunuh diri namun Daz menyelamatkanku dia menarik aku pergi. Qita sedang berada di arena balapan liar dan mengobrol bersama sahabat ceweknya.
“Bisa dapat piala citra gue kemarin gue nangis terus kembali sih Belia di salahin.” ucap Qita tersenyum bangga. “Belia emang pantas dia kan selalu nindas lo harus buktikan kalau lo bisa jadi yang utama di sini bukan dia justru lo malaikat penabur cinta.” Ucapan dari Tazkia ada benar juga. Selama ini Belia sudah cukup makan asam garam, menjadi paling sering direndahkan.
Glarda mendengar semuanya. Kemudian menampar orang yang kini menjadi kekasih. Perlahan hati Qita hancur berkeping-keping. Di sekolah Glarda meminta maaf kepada aku namun aku tolak.
“Gue orang jahat selamanya dibenci, tapi gue bukan sok caper atau sok baik, kek siapa ya?” Tunjuk aku melangkah tanpa rasa beban. Kini aku bisa bernapas lega merasakan arti kehidupan sesungguhnya. Manusia pernah melakukan sebuah tindakan kurang baik di masa lalu, tapi ia bisa berubah tanpa perlu menampakkan kepalsuan.
Selesai
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: TitinKaharz IG: titinghai25 Twitter: H Kaharz Nama panjang: Hardianti Kahar Nama pendek: Titin Umur: 25 Tahun Agama: Islam Idola: D’Masiv Super-Junior Siwonest Akun wp: @titinstory (@titinghey) akun wp lama tidak bisa terbuka dan login jadi kalau mau berkunjung yang satunya aja Hobi: Menulis, membaca novel remaja, makan, nonton drakor dan Love Story’ The Series, desain baju, nyanyi lagu Korea, Film Favorit: Love Story’ The Series, The Penthouse, Yongpal, Itaewon Class, Samudra Cinta, The K2, Crash Landing On You, My Only One, Dignitate, Dear Nathan Cita-cita: Penulis Novel