Waktu menunjukan pukul sebelas malam, tetapi mataku tak kunjung terpejam. Rasanya sangat gelisah menerima kenyataan yang tak sesuai dengan keinginanku. Inilah bagian paling aku benci jatuh cinta: patah hati.
“Kenapa jatuh cinta begitu tidak adil?” batinku.
Setiap hari dan selalu. Dia benar-benar mengacaukan pikiranku. Pepatah mengatakan, lebih baik mencegah daripada mengobati. Jika aku diberi pilihan untuk jatuh cinta atau tidak, maka aku akan memilih untuk tidak jatuh cinta karena mencegah itu lebih baik.
“Elok, tolong bantu bunda di dapur, Nak,” Teriak bunda dari dapur. “Iya, Bunda. Sebentar,” jawabku.
Benar sekali, namaku Elok. Sore itu Bunda memintaku untuk membantu beliau memasak di dapur. Disela-sela memasak, Bunda menanyakan bagaimana peningkatan prestasi belajarku.
“Em, aku ngerasa prestasiku agak menurun, Bun. Nggak tahu kenapa tiba-tiba aku sulit buat konsentrasi.” “Loh, kenapa? Kamu kalau ada masalah cerita aja sama bunda.” “Nggak ada, hehe.” Aku tersenyum dan berharap agar bunda tidak tahu-menahu perihal patah hati yang menggelikan ini.
Sekarang aku sibuk memainkan ponsel. Sepertinya aku harus mencari kesibukan agar terbebas dari rasa yang membebani diriku. Mataku mengerjap ketika mendapati sebuah notifikasi dari walikelas. Segera kubuka file berformat pdf. Aku tercengang ketika mengetahui isi file tersebut.
Apa ini? Bagaimana bisa seorang Elok dipilih menjadi perwakilan kompetisi sains? Aku menghela nafas panjang, jariku bergerak mengurut pelipis. Mungkin inilah sebuah kesibukan yang akan membawaku pada hal-hal yang lebih bermanfaat. Dari sini, semangatku mulai terpacu kembali.
Berminggu-minggu aku mencoba memahami berbagai materi pembelajaran yang masih sangat asing bagiku. Namun, itu tak membuatku menyerah begitu saja. Ini sangat menyenangkan. Kadangkala aku belajar bersama pembimbing dan juga teman-teman yang lain.
Perlombaan itu sudah usai aku laksanakan. Akan tetapi, aku sangat menyayangkan kurangnya kemampuanku dalam mengerjakan soal olimpiade itu. Aku pasrah dengan apapun hasilnya. Benar saja, aku mendapat peringkat 69 dari 150 siswa yang mengikuti perlombaan tersebut. Tak apa, setidaknya aku sudah berusaha.
Ketika malam datang, kini mendengar musik dan menulis tentang apapun sudah menjadi kebiasaanku. Bukankah itu merupakan sebuah peningkatan? Aku senang sekali karena pikiranku dapat teralihkan dari hal-hal yang tak aku sukai.
Wah, sangat tidak disangka-sangka. Malam ini aku mendapati sebuah pesan yang mengatakan bahwa karya tulisku akan diterbitkan dalam waktu dekat. Aku yang kegirangan spontan menghentak-hentakan kakiku ke lantai. Ini adalah awal pencapaian yang bagus. Aku sangat bahagia mengetahui hal ini.
Kutatap bintang-bintang di atas sana. Mereka bersinar begitu indah. Aku menyadari bahwa patah hati tak selamanya hanya memiliki sisi negatif. Namun, patah hati bisa juga membuatmu untuk berpikir lebih dewasa dan mengambil tindakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk kalian yang sedang patah hati, semangat. Kalian boleh bersedih, tapi tolong jangan berlebihan. Ada banyak hal bermanfaat yang bisa kita lakukan dan membuat perasaan kita jadi lebih baik. Selamat berjuang.
Cerpen Karangan: Liana Cahyani