Hari pertama MPLS membuatku semangat untuk masuk sekolah. Itung-itung buat kenalan sama teman baru. Dihari ini juga aku bertemu dengan dia. Seperti superhero yang menyelamatkanku dari kakak osis yang galak karena kebingungan mencari barisan. “Prittttt!…”. “Yaa.. Kenapa sering apel sih”. Batinku kesal.
SMP Negeri 1 Cempaka memang terkenal dengan sekolahnya yang mewah dan juga murid yang berprestasi. Jadi nggak heran kalau disini biasanya disebut sekolah favorit, di sini juga banyak ditemukan piala, piagam dan sertifikat yang dipajang di aula sekolah.
“Duh ini sekolah apa pasar sih, kalau gini aku ga bakal dapet barisan.” “Hey sini, kamu gabung sama barisanku aja!” Sambil menarik tanganku agar baris di belakangnya.”
Kemudian kakak-kakak OSIS datang ke lapangan untuk mengatur barisan murid baru. Hampir semua temannya terkagum-kagum melihat kakak OSIS, namun berbeda dengan Tsani yang menganggap mereka sok caper dan sok pintar. Tapi memang pada kenyataannya mereka sok di depan adek kelas. Tsani berusaha memakluminya, karena memang kebanyakan mereka dari keluarga yang terpandang.
Acara pembukaan MPLS dimulai. Tiba-tiba ada satu kakak OSIS yang menarikku. “Dek, kamu jadi perwakilan siswa oke?” Sambil senyum menatapi kedua mataku. “I-iya kak.” Jawabku kurang fokus, karena aku lebih tertuju pada ketampanan wajah kakak OSIS itu.
Saat itu, aku pun langsung digandeng ke ruang OSIS. Ruangan dimana banyak sekali kakak kelas yang caper. “Ih, ke sekolah pake liptint segala.” Omelku dalam hati. Kakak OSIS menjelaskan kepadaku agar begini, begitu. Aku hanya diam sambil mengangguk-anggukkan kepalaku. Menurutku ini memang sangat membosankan, apalagi ditambah melihat kakak kelas cewek yang juga sok pintar.
Tak terasa bel sekolah berbunyi. Aku segera mengemasi barangku ke tas dan bergegas ke gerbang untuk mencari bunda yang menjemputku hari ini. Sebelumnya banyak siswa yang menunggu untuk dijemput, tapi lama-kelamaan mereka hilang begitu saja. “Hai dek, mau bareng aja?” “Nggak, makasih.”
Tanpa kusadari dia adalah kakak kelas yang menggandeng tanganku tadi. Kali ini aku memang kagum dengan penampilannya. “Udah, ayo ga usah malu-malu lagian cuman nganter doang kan haha.” Sambil menarik tanganku agar naik ke sepeda motornya.
Selama perjalanan aku hanya diam terpaku melihat wajahnya. Aku tidak sadar ternyata rumahku sudah terlewat. Aku sudah bilang berhenti tapi dia juga menghiraukannya. Dia malah berhenti di taman kota. “Kenapa di sini?” Tanyaku kesal. “Ya nggak papa. Sekalian cari makan. Kamu nggak suka?”
Aku tidak menjawab pertanyaannya, sampai ketika aku terkejut melihat kak Sarah yang memergoki aku dan kakak OSIS itu. “Cieee… pacar baru ya rey?” “Nggak!” Jawabku dengan spontan.
Hari sudah menjelang sore. Raut wajahku khawatir takut dimarahi bunda. Akhirnya kakak OSIS itu pun mengantarku pulang. Sesampainya di rumah aku merasa lega, karena bunda tidak marah kepadaku. “Eh iya, kita belum kenalan ya Tsan. Namaku Rey.” Aku hanya terdiam ketika kak Rey bicara kepadaku. Bukannya bilang makasih, aku malah keburu lari masuk rumah.
Sejak hari itu, aku dan kak Rey semakin dekat. Banyak mata yang sedang memata-matai kami, apalagi kakak kelas terutama yang cewek. Aku risih dengan hal itu, tapi kak Rey menyuruhku agar tidak mempedulikannya. “Eh liat deh guys, masih kelas 7 aja udah sok-sok an.” “Haha, iya tuh. Mentang-mentang cantik tapi ga tau malu.”
Hari demi hari berlalu, kini aku sudah resmi menjadi anggota baru dari SMP Negeri 1 Cempaka. “Hai Tsani.” “Eh iya Din, kamu sekolah disini juga ya ternyata. Soalnya aku jarang ngeliat kamu.” “Hahaha iya Tsan. Denger-denger kamu lagi deket sama kak Rey ya? Saran aku mending kamu jauhin deh kak Rey.” “Kenapa?” “Dia udah punya pacar” “O-oh iya-iya tau kok, lagi pula aku nggak terlalu deket sama dia.”
Sebenarnya aku nggak tau kalau kak Rey udah punya pacar. Cuman untuk menutupinya aku harus terpaksa berbohong. Aku memang dari awal udah ngerasa nggak enak. Kini aku harus menjauhinya. Beribu kali kak Rey mengajakku keluar tapi aku menolaknya. Bahkan terkadang aku tidak menjawab pesannya. Sekarang aku hanya tertuju untuk belajar dan menjadi juara kelas.
Cerpen Karangan: Hanida Hafsya Tsabita Blog / Facebook: Hanida Tsabita