Langit mulai meredupkan cahayanya, pertanda hari menjelang malam. Aku masih saja terdiam di belakang halaman rumah memandangi kaktus mungil yang tertanam dalam pot. Tanpa sadar, senyumku mulai terukir saat aku melihat kaktus itu. Cantik. Sangat cantik.
“Siapa cantik? Aku ya Raka?” tanya Vera sambil tersenyum lebar “Eh, sejak kapan kamu disini? Main masuk rumah orang aja” kataku dengan heran “Habisnya kamu udah kayak orang gila senyum-senyum sendiri di depan kaktus” Vera tertawa riang
Vera adalah tetanggaku dan sekaligus teman sekolahku di SMA Bumi Nasional. Kami saat ini merupakan siswa kelas XII IPS 1. Entah kenapa, Vera tiba-tiba datang ke rumahku dan membuatku kaget dengan tingkahnya.
“Kamu ngapain jam segini ke rumahku Ver?” tanyaku bingung “Besok pagi kan jadwal olahraga, aku bareng kamu ya Ka berangkatnya, soalnya motorku tadi mesinnya ada yang rusak, besok sore baru selesai diperbaiki motornya. Boleh ya?” dengan wajah memelas “Ya boleh, dah sana pergi” kataku dengan sinis “Dih, galak amat sih kamu Ka. Btw, kaktusnya lucu. Kasih aku boleh Ka? Hehe” “Enak aja, ini pemberian dari mantan terindahku” sambil memegang kaktus dengan erat “Oh, dari Cia adik kelas XI IPA 2?” “Iya, siapa lagi mantanku? cuma Cia doang” “Tapi dia kan udah punya pacar sekarang Ka, si Dion teman sekelasnya. Cocok lagi mereka sama-sama dari orang kaya. Udah, lupain aja Cia” “Gak bisa Vera, aku udah 1 tahun sama dia” “Sini makanya kasih aku aja kaktusnya, biar kamu cepat move on Raka” sambil merebut kaktus dari genggamanku “Ver, please bawa sini” Aku mengambil kaktus kembali dari genggaman Vera
Karena rebutan kaktus dengan Vera, tanganku tidak sengaja kena duri kaktusnya. “Aaaaaa…, tuh kan Ver jariku ketusuk duri kaktus” kataku dengan marah “Aduh maaf Raka, sini aku obatin pakai lidah buaya” Vera memetik lidah buaya yang ada di halaman rumahku dan mengoleskan ke jariku yang ketusuk duri “Perih gak?” sambil meniup-niup jariku “Enggak terlalu, luka kecil jugaan. Dah, pulang aja Ver” “Iya maaf, sekarang aku pulang. Besok jangan lupa ya. Bareng berangkatnya?” “Iya-iya Vera” ucapku dengan wajah jengkel
Keesokan harinya aku dan Vera sudah tiba di lapangan sekolah untuk bersiap melaksanakan pelajaran olahraga. Aku dan teman-teman yang lain segera melakukan pemanasan ringan dari kepala hingga kaki. Setelah pemanasan selesai, kami diminta guru untuk lari keliling lapangan sebanyak 5 kali putaran. Saat lari yang ke 4 putaran, tiba-tiba saja “Bruuukkkk” ada seseorang yang terjatuh dan pingsan. Semua teman-teman yang lain mencoba menolong dan mendekatinya. Saat aku melihat lebih dekat, ternyata seorang yang pingsan itu Vera, tetanggaku. Segeralah semuanya membantu membawa Vera ke ruang UKS.
Pelajaran olahraga usai, aku mencoba melihat keadaan Vera di ruang UKS. “Vera, kamu udah mendingan?” tanyaku khawatir “Udah Ka, cuma masih pusing sedikit” sambil memegang dahi “Kamu kok bisa pingsan gitu?” “Kayaknya gara-gara kemarin aku begadang nyelesain PR matematikanya Ka, ini udah gak apa sih nanti aku bisa lanjut ngikutin pelajaran lagi” “Benar udah gak apa? Ini aku bawa lidah buaya siapa tau kepalamu cepat sembuh” “Hahahaa mana bisa lidah buaya nyembuhin kepala pusing, terus ini lidah buaya kamu dapat dari mana Raka?” “Kemarin aja kamu nyembuhin lukaku pakai lidah buaya, berarti bisa aja dong nyembuhin kamu juga haha. Ini aku ambil di halaman sekolah Ver” Aku mencoba menghibur Vera yang sedang lemas “Ada ada aja kamu Ka, awas dimarahin kepala sekolah nanti” “Hehe iya nanti aku taruh lagi lidah buayanya ke halaman sekolah”
Aku dan Vera pun kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran berikutnya. Setelah aku pikir-pikir saat Vera tertawa dia terlihat manis juga. Eh, kok aku jadi mikir gini sih. Aduh, aneh banget. “Teeettt” bel sekolah berbunyi tanda jam pelajaran telah berakhir dan waktunya pulang.
“Kamu masih pusing Ver?” “Masih Ka, mana tadi ada pelajaran matematika nambah pusing aku” “Kalau gitu nanti kita mampir beli obat sakit kepala dulu buat kamu ya Ver?” “Ih kemasukan setan apa kamu Ka, berubah jadi sok baik gini haha” “Bawel, tak tinggal kalau gitu” “Eh, jangan dong”
Kami pun pulang bersama dengan naik sepeda motor scoopyku yang berwarna merah. Sesampainya aku di apotek, segera aku membelikan obat sakit kepala untuk Vera.
“Mbak, ada obat untuk sakit kepala?” tanyaku ke Mbak Kasir “Maaf kak, kita gak jual obat” “Maksudnya Mbak?” “Ini Pet Shop kak, apoteknya disebelah” “Loh bilang dong mbak dari tadi” “Lah siapa suruh asal masuk aja” “Hehe, maaf mbak. Saya panik liat teman saya yang lagi pusing kepalanya” “Kayaknya kakak juga perlu obat tuh wkwk, jangan sampai lupa jalan pulang ya kak” “Iya mbak”
Setelah aku membeli obat di apotek, langsung saja kuberikan obatnya ke Vera. “Ini Ver obatnya” “Makasih ya Raka” vera lalu tersenyum
Ada rasa berbeda saat aku melihat Vera saat itu. Aku mulai senang dia tersenyum kepadaku. Senyum manis dari bibirnya yang tipis, selalu terbayang di otakku dikala aku mulai memejamkan mataku dan terbaring di atas kasurku yang empuk. Sepertinya aku mulai menyukai tetanggaku, gadis yang menyembuhkan luka di jariku dengan Lidah Buaya.
Cerpen Karangan: Etik Septi Virgianthi Facebook: facebook.com/etik.septivirgianthi Semoga suka baca cerpenku yaa, terima kasih