Masa SMA adalah masa yang selalu disebut masa yang paling indah oleh orang orang. Masa dimana para perempuan menganggap ini adalah waktu mereka untuk tampil cantik. Bertujuan untuk menarik perhatian orang sekitar, khususnya lawan jenis. Tetapi berbeda dengan jingga.
Pada suatu pagi yang cerah dan hening, tiba tiba terdengar suara jeritan seorang ibu yang bangun kesiangan. “ADUH GAWAT!! MAMA TELAT BANGUN!!” Jeritnya sambil kelimpungan “Belum bikin sarapan, belum bangunin anak anak juga” lanjutnya sambil berjalan ke dapur. Saat sampai di dapur, ternyata anak anaknya sudah bangun dan rapi memakai baju sekolah. “Pagi, ma” sapa anak kedua nya. “Eh?! Semuanya sudah siap??” bingung mama. “Aku udah bikinin nasi goreng buat kita semua sarapan” “Ya ampun, kok kamu baik banget sih? Mama jadi tertolong banget!” ujar mama sambil memeluk kepala jingga. “Gapap lagian mama juga pasti capek habis kerja”
Saat percakapan itu berakhir mama tiba tiba teringat sesuatu. “Oh iya, ngomong ngomong dimana kakakmu?” Tanya mama. “Kakak masih mandi tuh dari tadi. Karena kakak masih lama jadi aku berangkat duluan aja ya, jesa sekalian berangkat sama aku aja” “Kamu mau berangkat sekarang? Rambutmu masih berantakan gini, mau mama rapikan dulu?” Tawar mama sambil memegang rambut jingga. “Gak usah ma, mau dirapikan pun gak merubah aku jadi cantik” minder jingga. “Ya udah aku berangkat dulu” lanjut jingga. “Hm, anak itu nada bicaraya tegas tapi kok kata katanya tadi kayak orang minder ya?” Batin mama.
Firasat seorang ibu memang tidak pernah meleset, dan memang benar di balik sifatnya yang tegas. Terdapat seorang gadis yang tidak percaya diri. Semua berawal dari kejadian di masa kecil yang tidak pernah diceritakan oleh siapapun.
“Hei, jingga!” panggil seorang anak laki laki dengan kasar Jingga hanya menoleh dan memasang wajah bertanya. “Kemarin aku liat kamu di supermarket, loh! Bareng sama mamamu, kakakmu, dan adikmu!” “Mereka bertiga wajahnya sama, tapi kok cuman kamu yang beda sendiri sih?” “Aku liat mereka cantik dan kuliynya putih. Sedangkan kamu gak ada miripnya sama sekali” “Kamu tuh item, keriting, banyak bekas jerawatnya lagi!” “Hei, dengar yah!” balas jingga dengan marah. “Ini bintik bitnik, bukan jerawat, dan memang aku ini lebih mirip papaku” “Hah, masa sih? Buktinya mana?” Anak laki laki itu terus mengejek jingga dan mengeluarkan kata kata. “Papa kamu kan udah ga ada!? Jangan jangan kamu anak pungut ya?!”
Waktu itu, jingga tidak diam saja dan memukul anak laki laki iti habis habisan. Tapi sejak saat itu ejekan teman temannya terus menembus di hati jingga, karena tidak mau dianggap lemah jingga menutupi rasa tidak percaya dirinya dengan bersikap galak tegas. Padahal sebenarnya jingga sangat insecure apalagi jika ada orang yang membandingkannya dengan keluarganya. Dan orang yang paling sering dibandingkan dengan dia yaitu kakak perempuannya sendiri yaitu jelita.
Jelita adalah siswa popular di sekolahnya. Cantik, ceria, aktif dan temannya pun ada banyak. Tapi banyak teman dan eskul, membuat jelita hampir tidak pernah ikut mengurus pekerjaan rumah. Alhasil, jinggalah yang mengerjakan seluruh urusan rumahnya. Seperti, memasak, membersihkan rumah, dan mengantar sekolah jesa.
Saat akan mengantarkan buku ke ruang guru, jingga tidak sengaja berpapasan dengan ketos, yaitu ezra yang juga keluar dari ruang guru. Yang ternyata jingga telah mengagumi ezra sejak MOS, alasan jingga mengagumi ezra karena saat MOS ada teman sekelompoknya tidak memakai atribut dan dihukum. Sebagai ketua jingga lantas menemui panitia MOS dan mengatakan bahwa ia juga melakukan kesalahan karena tidak mengingatkan teman sekelompoknya untuk memakai atribut lengkap, jingga dan seluruh teman sekelompoknya akhirnya dikenakan hukuman. Setelah melaksanakan hukuman jingga beristirahat di taman sekolah. Tiba tiba seseorang mendatanginya dan mengatakan. “Kerja bagus” ucap seseorang tersebut sambil melempar sebuah permen. Mulai saat itulah jingga mengagumi orang tersebut.
Saat keluar dari ruang guru jingga bertemu dengan jelita yang ternyata memperhatikannya sedari ia masuk dan berpapasan dengan ezra. “Adikku sudah besar ya ternyata” goda jelita. “Apasih” jawab jingga. “Gausah malu malu gitu dong” goda jelita lagi. “Apasih ga jelas tau gak!” jawab jelita lagi sambil beranjak pergi dari sana. “Kamu tau aku sama ezra sekelas loh!!” kata jelita. “Gimana kalau kita taruhan buat dapetin ezra?” tawar jelita. Jingga yang mendengar itu sontak menghentikan langkahnya dan berkata. “Kamu gila ya?! Kamu kira itu cocok buat dijadiin bahan candaan?! Kata jingga sambil menoleh kepada jelita.
Setelah mendengar perkataan jelita, jingga menjadi berpikir untuk mendekati ezra. Saat itu juga jingga mencari keberadaan ezra dan ternyata ezra berada di kantin. Jingga mengumpulkan keberaniannya untuk mendekatinya. Namun ternyata saat jingga berjalan mendekatinya jingga tiba tiba kehilangan keberaniannya. Hari hari berlalu, entah itu takdir atau buakan, hampir setiap hari jingga berpapasan dengan ezra. Namun saat berpapasan jingga selalu memilih untuk bersembunyi daripada menemuinya.
Pada suatu hari kelas jingga sedang melakukan pelajaran olahraga di lapangan. Jingga yang saat itu sedang melamunkan perbuatannya saat bertemu dengan ezra, tiba tiba sebuah bola melayang dan mengenai kepalanya. Jingga yang saat itu sedang melamun lantas marah karena sebuah bola tersebut telah mengganggu lamunanya. “Auwsh” ringis jingga sambil menahan sakit di kepalanya. Bersamaan dengan seseorang mendatanginya dan berniat untuk mengambil bola yang mengenai kepala jingga.
“Sori sori, aku kira gak ada orang disitu” ucap seseorang tersebut. Jingga yang mendengar kata kata itu sontak menoleh. “Ohh, ternyata dia” batin jingga. “Kenapa sih aku sekelas terus sama dia, mulai dari TK, SD, SMP, bahkan sampai SMA” batin jingga lagi. Ternyata orang yang melemparkan bola kepadanya adalah anak yang dulu sering mengejeknya dan membedakannya dengan keluarganya. Ya andre namanya.
“Kemarin aku liat kakakmu, jelita sama ezra jalan bareng. Mereka pacaran ya?!” tanya andre. Para siswi yang mendengar itu pun langsung bisik bisik membicarakan mereka. “Emang iya ya?” “Kayaknya sih emang iya, kemarin salah satu teman kita juga liat mereka sih!!” “Kalau beneran iya sih gapapa, toh mereka juga cocok. Sama sama good looking” “Beneran ndre? Kamu gak bohong kan?!” tanya salah seorang dari mereka. “Beneranlah!! Ngapain juga aku bohong. Orang aku liat sendiri kok” jawab andre. “Apasih, jangan ngarang kamu?!” kaget jingga dengan nada yang sewot. “Kenapa, kok kamu jadi sewot sih?” tanya andre. “Jangan jangan kamu suka ya sama ezra?” tanya andre lagi. “Gak lah ngapain aku suka sama ezra” bohong jingga. “Iya sih, ngapain juga kamu suka sama ezra” jawab andre. “Lagian ezra juga lebih cocok sama jelita daripada sama kamu. Jelita cantik, pinter, tinggi. Sedangkan kamu, udah jelek, pendek, banyak jerawatnya lagi”
Jingga yang mendengar perkataan yang andre lontarkan seketika membuat hatinya menjadi sakit dan ia kembali mengingat seluruh perkataan menyakitkan yang selalu andre lontarkan kepadanya. Jingga yang hatinya merasa sakit dan air matanya seketika turun. Jingga kemudian membalikkan badan dan beranjak pergi meninggalkan mereka semua dengan berderai air mata.
“Kamu sih ndre, kasian tau dia” kata salah satu teman mereka. “Ya mana aku tau, aku kan gak sengaja” kata andre tanpa rasa bersalah.
Malam harinya jelita dan jesa, adik jingga dan jelita, mereka sedang menonton TV di ruang tengah. Tak lama kemudian mama mereka pulang. “Assalamualaikum” salam mama. “Waalaikumsalam” jawab jelita dan jesa. “Kalian udah makan?” tanya mama. “Udah ma” jawab mereka. Setelah mengatakan itu mama kemudian pergi meninggalkan mereka untuk pergi ke kamar. Tak lama kemudian mama kembali bergabung dengan mereka.
Tiba tiba mama teringat sesuatu. “Oh iya, jingga dimana?” tanya mama. “Jingga di kamar ma, dari tadi dia gak keluar kamar. Aku tawarin makan juga dia gak mau” jawab jelita “Oh iya?! Kalu gitu biar mama aja yang tanya!” kata mama sambil beranjak menghampiri jingga ke kamarnya.
Sesampainya di kamar jingga “Jingga” panggil mama. “Ayo makan, kamu belom makan loh dari tadi” ajak mama.
Setelah memanggil jingga berkali kali, akhirnya jingga pun keluar dari kamarnya. Dengan mata yang sembab. “Kamu kenapa?!” tanya mama dengan perasaan khawatir. “Ma, kenapa aku berbeda?” tanya jingga sambil menangis. “Kenapa? Kenapa aku beda dari kalian, Kalian cantik sedangkan aku, aku jelek dan hitam??” tanya jingga. Mama yang mendengar itu langsung menarik jingga dalam rengkuhannya.
“Jingga, kamu tau? Kamu itu mirip dengan papamu. Jadi jangan mengatakan bahwa kamu beda dengan kita” jawab mama. “Sejujurnya semua yang ada pada tubuh kita itu adalah pemberian tuhan. Jadi jingga jangan kamu merasa bahwa kamu itu berbeda dari kita. Kita semua sama” nasihat mama. “Tapi ma, anak di sekolahku selalu mengataiku berbeda dengan kalian” jawab jingga. “Itu kan penilaian mereka, bagi mama di keluarga ini kamu yang paling cantik” kata mama sambil mengusap air mata yang ada di pipi jingga.
“Nak mulai sekarang, kamu jangan insecure, karena bagi mama kamu yang paling cantik” kata mama lagi.
Mulai saat itu jingga tidak merasa insecure. Dan berkat perkataan, mama jingga menjadi kembali percaya diri lagi. Setiap ada seseorang yang mengatainya jelek dan hitam, ia tidak lagi memperdulikannya dan memilih untuk memperbaiki fisiknya.
Cerpen Karangan: Nadhifa Aulya Blog / Facebook: nadhifa.aulya SMPN 1 PURI