Ini saya alami di tahun 2013 lalu. Tahun itu aku baru SMP kelas 2.
Waktu itu Aku tinggal dirumah dinas depan SMP tempat ku sekolah, bersama adikku Dewi, kakak ku, abang ipar dan ponakan ku Ica, yg saat itu masih bayi.
Suatu hari, ada seekor ular hitam, masuk rumah kami. Waktu itu kami belum tau itu ular apa, tapi sekarang bisa di sebut "Ular Kobra". Ular itu masuk dari pintu belakang.
Kakak yang sedang ngayun anak nya dekat dapur, langsung teriak kaget dan reflek lompat ke arah kami di ruang tamu. Ponakan ku masih dalam ayunan.
Abang ipar yg memang sangat takut dengan semua binatang, langsung meneriaki ku untuk mengambil apa saja untuk mukul ular nya.
Ular itu bergerak ke arah dapur. Tidak ada alat atau benda yg bisa ku gunakan selain sapu.
Dengan membawa sapu, aku masuk ke dapur dan memukul ular itu berkali kali. Ular itu pun keluar dari sana, menuju ke arah belakang rumah.
Aku mengejarnya, tapi ular itu sudah menghilang. Mungkin masuk ke semak-semak. Karena di belakang rumah kami ada bangunan yg sudah ditutupi pepohon ubi, dan rumput-rumput liar.
Setelah kejadian tadi, kami sama sekali tidak berfikir bahwa kemungkinan ular itu balik lagi. Karena biasa nya, kalau itu hanya sekedar "binatang" bukan jelmaan atau siluman, pasti gak bakal balik lagi masuk rumah, apalagi dia tau rumah itu ada penghuni nya. Meskipun binatang, ular kan tetap ada rasa takut dengan manusia. Mereka hanya menyerang kalau terancam aja. Itu menurut aku ya!.dan kalau pun tadi nya aku memukul nya sampai ular itu luka, aku tidak salah, karena ular itu yg masuk rumah.
Malam hari nya, sekitar jam 9 malam, aku dan dewi sedang ngerjakan PR di tempat tidur kami di ruang tamu. Tiba-tiba kami mendengar suara seperti "ssttttttttt" (desis).
Aku saling pandang.
Dewi : "suara apa itu kak?"
Aku : "gak tau, kita liat dulu ke wc atau dapur"
Dewi :"enggak lah, aku takut, kakak aja yg ngecek"
Aku pun ngecek ke sumber suara.
Aku "Ya Tuhan…, dek…liat sini, ini apaan, tali ban atau ikat pinggang?, Ambil senter, bawa sini"
Aku pun mengarahkan senter ke benda tersebut. Setelah di perhatikan lebih dekat, ada kepala dan ekor. Ternyata itu ular yg ukuran nya sama persis seperti yg tadi sore masuk rumah.
Pelan-pelan aku mengambil sapu yg di gantung dekat dapur. Tapi ular itu seperti tau kalau diri nya akan di pukul. Ular itu langsung bergerak keluar menuju pintu belakang.
Aku langsung bangunin kakak dan suami yg sedang tidur pulas.
Aku :"bangun kak…bangun. Ada ular yg tadi sore, masuk rumah lagi, cepat kak"
Kakak langsung melek dan keluar untuk ngecek.
Kakak :"mana ular nya?"
Aku :"baru aja keluar ke belakang, lewat bawah pintu"
Kakak :"coba di cek ke dapur dan ke sudut-sudut ruangan"
Kami pun ngecek ke setiap sudut ruangan. Di depan WC, kami menemukan kulit ular. kemungkinan ular itu sudah lama berada dalam rumah sebelum aku dan dewi menyadari nya.
Kulit ular itu lumayan panjang, kira-kira semeter, dan kulit nya utuh, tidak rusak sama sekali.
Kakak menyuruh ku membuang dan membakar kulit ular itu.
Malam itu kami merasa sangat khawatir, karena kejadian itu. Kami takut ular itu datang lagi.
Untuk jaga-jaga, aku memutuskan tidak tidur dulu deh.
Setelah sekitar 2 jam mengawasi setiap sudut rumah, bolak balik depan kamar, dapur dan wc, rasa ngantuk tidak tertahankan. Aku pun rebahan di samping dewi di ruang tamu. Niat nya tadi tiduran bentar lah. Tapi malah ketiduran sampai pagi.
Setelah bangun, aku cuci muka, dan liat kakak udah ready aja di dapur, masak untuk sarapan kami.
Aku : "kakak bangun jam berapa?"
Kakak :"jam 3 tadi. Karena kebangun dengar suara dari belakang rumah"
Aku :"suara? Suara apa?"
Kakak :"suara seperti orang lagi nyangkul, lalu ada suara sapu. Jadi kakak bangun dan ngecek ke luar, tidak ada orang sama sekali. Dedaunan tempat sampah juga gak berantakan. Tadi nya kakak pikir itu suara kucing yg ngais sampah, tapi kalau suara cangkul???? Gak tau ya, suara nya tetap ada kok tadi pas kakak cek keluar, tapi gak ada orang. Malah suara nya dekat banget. Untungnya ini udah mau pagi. Jadi gak takut-takut banget"
Begitulah percakapan kami.
Pagi itu, selesai mandi dan sarapan, aku dan dewi berangkat ke sekolah. Tapi abang ipar ku kebetulan libur, jadi kakak sama bayi nya ada yg menemin dirumah.
Di sekolah, aku dan dewi cerita ke teman-teman tentang kejadian itu.
Mereka bilang, kalau disitu memang angker. Mereka juga bilang, sebelum kami tinggal di situ, ada satu keluarga kecil yg terdiri dari Bapak, Ibu dan anak perempuan mereka yg masih TK, tinggal disitu. Awalnya keluarga kecil itu di ganggu oleh suara-suara aneh setiap malam. Seperti suara cangkul, sapu, suara orang jalan keliling rumah itu, dan masih banyak lagi. Karena merasa sering terganggu oleh hal semacam itu, si bapak (suami nya), katanya orang pintar, untuk bersihkan tempat itu dari gangguan makhluk tak kasat mata. Tapi… bukannya membaik, malah gangguan nya lebih ekstrim. Bahkan sampai si anak mereka di gangguin sampai sakit. Setiap malam si anak demam tinggi, badan nya panas, dan suka bicara sendiri sambil mata nya melihat ke plafon rumah. Setelah 3 hari sakit, nenek nya datang jengukin. Katanya si nenek melihat ada "Kuntilanak" nangkring di plafon, dengan posisi nempel di atap plafon gitu kayak kita dalam posisi tidur telentang. Si nenek juga bilang, kalau Kuntilanak itu memang tinggal disitu alias penghuni lama. Dan si Kunti tertarik dengan si anak tadi, yg mengakibat kan si anak di ganggu sampai sakit.
Akhirnya mereka memutuskan pindah dadakan dari situ esok hari nya.
Setelah ditinggal oleh keluarga itu, ada juga seorang guru muda, sebut saja " si Cantik" yg tinggal disitu. Tapi na'as nya, baru beberapa bulan tinggal disitu, guru cantik ini bertingkah aneh, pemalu, takut, dan tertutup banget sama tetangga disitu, lalu mengakhiri hidupnya, dengan gantung diri di pohon kelengkeng dibelakang rumah, menggunakan besi bentuk "S" yg di kaitkan di cabang pohon kelengkeng, lalu di bawah besi itu di ikat nya tali.
Mendengar cerita itu, Aku ingat kalau dewi adikku, pernah cerita. Katanya mimpi melihat kuntianak di atas plafon. Dan soal kejadian na'as yg terjadi di belakang rumah itu, memang ada besi dan tali yang masih menggantung di cabang pohon kelengkeng itu.
Perbedaan dari cerita mereka dan yg kami alami sebenar nya banyak. Kalau kami hanya merasa terganggu oleh ular yg datang berkali-kali ke rumah.
Setelah jam pelajaran selesai hari itu, aku tadi nya mikir mau cerita ke kakak. Tapi ragu. Takut ada efek yg tak terduga yg tidak di inginkan. Mengingat kami masih tinggal disitu.
Sepulang sekolah, ketika sampai dirumah, aku dan dewi mendengar suara kakak dan abang ipar yg ribut di dapur. Bukan berantem. Tapi teriak "mati kau..mati kau"
Aku langsung lari ke dapur untuk ngecek. Ternyata ular itu lagi.
"Kali ini ular itu harus mati, gak bisa dibiar keluar hidup-hidup" kata ku dalam hati.
Aku pun ikut mukul ular itu dengan pisau dapur. Terdengar absurd memang, tapi gak ada benda lain yg bisa ku gunakan selain itu. Sedihnya lagi, udah pisaunya pendek, tumpul pula. Secara tidak langsung emang menyerah kan diri banget ke ular itu.
Tapi ya sudahlah…
Ular itu kami pukuk berkali kali, sampai akhir nya ular keluar, dan lagi lagi, ular itu keluar menuju pintu belakang. Aku langsung mengejarnya sambil terus usaha mukul sampai kena. Cuma ular itu memang cepat banget.
Sampai di belakang rumah, ular itu berhenti di depan ku. Seperti mau menyerang. Bego nya aku, tanpa mikir panjang, aku langsung mukul nya lagi. Ular itu pastinya langsung menyemburkan racun ke kedua mata ku.
Berasa banget ada air masuk mata, dan langsung ku kucek. Kakak yg menyadari itu membawa langsung masuk rumah dan menyuruhku merendam wajah dalam baskom berisi air.
Kakak :"jangan di kucek matanya, rendam dalam baskom ini, buka mata mu dalam air beberapa detik. Lakukan berulang-ulang".
Aku nurut aja. Setelah beberapa menit, masih belum berasa apa-apa. Sampai akhirnya pelan-pelan mataku rasa nya perih, gatal, dan panas. Aku mau ngucek mata, tapi kakak menahan tangan ku sambil terus bilang "jangan dikucek".
Diluar sana, Abang ipar masih terdengar memukul sesuatu, entah itu ular, atau tanah yg di pukulnya. Karena dia sangat penakut.
Aku mulai mengeluh, dan ngos-ngosan mau nangis. Kakak lalu pergi ke rumah tetangga untuk minta tolong sambil menghubungi orangtua kami di kampung.
Sekitar 15 menitan, kakak datang dengan ditemani pak Jon (guru SMP kami). Aku dengar suara pak Jon yang bilang ke abang ipar ku. "Bunuh ular itu, supaya bisa diambil otaknya untuk mengolesi mata adikmu"
Dengan di bantu pak Jon, ular itu berhasil di bunuh dan di ambil otaknya, lalu di oleskan ke mata ku. Bersamaan dengan itu pula, kedua orangtua kami datang.
Hari itu aku dibawa ke RS untuk di cek, apakah masih ada "Bisa Ular" atau tidak. Sebelum berangkat, ular tadi di bakar di bawah pohon kelengkeng. Kamipun berangkat. Perjalanan kurang lebih satu jam, kami sampai di RS. Setelah diperiksa oleh dokter, katanya aman. Tidak ada "bisa ular"nya. Aku juga cuma di kasi obat tetes mata dan antibiotik. Karena tidak ada luka yg serius di area mata, aku diperbolehkan pulang (rawat jalan).