Saya ingat saat itu saya duduk dibangku SMP saat pertama kali saya mendengar cerita ini dari teman dekat saya, yg mana kejadiannya terjadi pada saat saya menginjak bangku SD alias pengalaman teman saya ini sudah dia pendam selama kurang lebih 3 sampai 4 tahun yg lalu.
Teman saya ini, panggil saja dia Agung, dulu.. saat SD, bersekolah di sekolah islam yg mana dia punya sahabat, seorang anak dari keluarga kaya raya, juragan dari penjual bahan-bahan bangunan, yg cukup punya nama di kota tempat saya tinggal dulu.
cerita dimulai saat suatu hari, Agung harus menjadi murid yg pulang paling terakhir dikarenakan Agung yg saat itu belum bisa menghapal salah satu surat pendek yg menjadi kewajiban bagi setiap murid yg bersekolah di SD islam ini.
saat Agung sedang berjalan pulang melewati gerbang sekolah, langkah Agung terhenti saat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang yg ternyata sejak tadi berdiri sendirian menunggu jemputan.
namanya Arif, salah satu murid yg paling mampu di sekolah ini.
Agung pun mendekati Arif lalu bertanya, kenapa dia belum juga pulang padahal hari sudah sangat siang.
Arif hanya menggelengkan kepala, ia berujar mungkin ART yg seharusnya menjemput dirinya ketiduran atau belum sempat datang karena pekerjaan lain.
Arif pun lalu meminta Agung untuk menemaninya ke salah satu wartel yg paling dekat dengan sekolah karena pada tahun itu hp masih menjadi salah satu barang yg hanya dimiliki oleh segelintir orang. Agung pun akhirnya menemani Arif, kesebuah wartel tempat orang biasa menggunakannya
singkat cerita, semenjak kejadian itu, Arif menjadi semakin dekat dengan Agung, banyak hal yg tidak biasanya Arif bagi dengan orang lain, tapi Agung mendapatkannya, dan hal ini cukup membuat Agung merasa senang bergaul dengan orang yg memiliki strata ekonomi yg berbeda dengannya.
singkatnya, suatu ketika Arif mengundang Agung untuk datang ke rumahnya, sebuah rumah dikawasan orang-orang berada, dimana Arif mau menunjukkan PS 1 yg pada saat itu menjadi barang yg paling diinginkan dikalangan anak-anak, dan tentu saja Agung langsung menyetujui tawaran itu.
sepulang sekolah, berangkatlah Agung ke rumah Arif menggunakan sepeda buntut pemberian ibunya, yg mana ini menjadi kali pertama bagi Agung sendiri untuk mengunjungi rumah Arif yg sudah dikenal luas sebagai pemilik salah satu rumah mewah di sekolahnya itu.
dan benar saja, rumah Arif memang besar dan luas, persis seperti apa yg dikatakan oleh teman-teman sekelasnya.
untuk ukuran tahun itu, memiliki rumah 2 tingkat saja sudah dianggap mewah apalagi jika rumah itu memiliki 3 tingkat, sungguh Agung hanya bisa terkagum-kagum.
tapi, meski pun rumah itu besar dan luas, seperti juragan bahan bangunan pada umumnya, dibagian depan rumah ada semacam Toko besar yg langsung terhubung dengan rumah utama tempat transaksi jual beli bahan bangunan, tidak ada yg istimewa dengan hal ini, dan kebanyakan diisi oleh-
-orang-orang yg bekerja di toko bangunan milik Arif ini.
Arif pun mengajak Agung masuk, setelah bocah itu memarkirkan sepedanya di garasi tempat mobil dan motor Arif berjejer di sana.
di dalam rumah yg besar dan megah itu, Agung melihat banyak sekali pintu, dari garasi ke ruang utama saja, jika tidak salah hitung, Agung sudah melihat 6 hingga 7 pintu yg tidak diketahui isi dari ruangan-ruangan itu. Agung sendiri juga tidak ingin bertanya perihal itu,
-karena ia datang ke rumah ini hanya untuk sekedar bermain PS 1.
singkat cerita, siang itu menjadi hari yg menyenangkan bagi Agung, bisa merasakan PS 1 yg saat itu masih menjadi barang yg mewah.
namun ada sedikit kejadian yg aneh, dimana sewaktu Agung dan Arif sedang bermain PS, tiba-tiba dari arah belakang muncul seorang wanita bertubuh gemuk dengan wajah pucat dan rambut berantakan memanggil nama Arif dengan kosakata yg malas atau lemas, saat melihatnya Agung cukup-
-terkejut karena sosok itu tampak cukup mengerikan dengan bentuk tubuhnya.
Arif pun lalu berdiri dan berjalan menuju ke sosok wanita itu sembari bersikap layaknya seorang anak kepada ibunya. "nggih bu" kata Arif saat sudah berdiri di depan wanita itu.
sosok wanita itu beberapa kali melihat Agung dengan tatapan tidak bersahabat, ia juga tampak tidak suka dengan kehadiran Agung di dalam rumah itu dan yg paling menjengkelkan, sosok Wanita itu membisik ditelinga Arif yg mana Agung masih bisa mendengarnya.
kurang lebih bisikannya terdengar seperti ini.
"iku sopo?" (itu siapa?)
"kok muk jak mrene?" (kok kamu ajak kesini?)
"kongkonen muleh?" (suruh dia pulang?)
"koen gak butuh konco" (kamu gak butuh teman)
semua ucapan wanita asing itu semuanya membuat Agung merasa tidak nyaman.
tapi dari semua kata-kata yg menyakitkan itu, ada satu kata dimana Arif bersikeras bahwa dia hanya ingin bermain dengan teman sekelasnya yg dijawab dengan sebuah peringatan.
"yowes, jam 3 kongkon muleh, trus nek nang omah iki, jok olehi cah iku munggah nang lantai dukur yo"
(ya sudah, jam 3 suruh dia pulang, trus kalau di rumah ini, jangan perbolehkan anak itu naik ke lantai atas ya)
Arif mengangguk. ia berjanji tidak akan pernah membawa temannya ini naik ke lantai atas di rumah ini.
kurang lebih sudah 2 bulan-an, Agung selalu datang dan bermain PS 1 di rumah Arif ini, tapi pada suatu ketika, entah karena lupa atau apa, Arif mengajak Agung naik ke lantai 2 yg saat itu membuat Agung sedikit tertegun dan ingat, kalau ibunya Arif bukankah melarang dirinya kesana
tapi Arif membantah, iya memang ibunya saat itu melarang Arif membawa Agung ke lantai atas tapi itu rupanya terkhusus untuk lantai 3 saja bukannya lantai 2, lagipula selama ini kamar Arif rupanya ada di lantai 2 jadi semua ini masih tergolong aman.
tapi entah kenapa Agung merasa tidak nyaman.
tapi memang sifat dasarnya Arif yg suka memaksa akhirnya membuat Agung tidak punya pilihan lagi, maka dia pun terpaksa ikut dan menapaki anak tangga.