Cerita rakyat ini menceritakan kehidupan seorang janda bernama Mande Rubayah dan anaknya, Malin Kundang. Malin Kundang sejak kecil hanya tinggal bersama ibunya. Suatu hari, ketika beranjak dewasa ia ingin merantau.
民俗马林昆当
Ia sampaikan keinginan tersebut kepada ibunya. Tentu sang ibu awalnya menolak karena jika anaknya pergi merantau, itu artinya ia akan tinggal sendiri.
Namun Malin Kundang dengan keinginan yang kuat untuk merantau berusaha meyakinkan ibunya bahwa ia akan kembali dan menjadi anak sukses yang membahagiakan orang tuanya kelak. Namun apakah janji tersebut terjadi?
Ketika Malin Kundang sukses dan menikahi seorang putri bangsawan, ia kembali ke kampung halamannya. Hanya saja ketika ibunya menyapa sang anak, Malin Kundang yang berdiri berdampingan dengan sang istri justru malu dan tidak mengakui bahwa Mande Rubayah adalah ibunya.
Malin Kundang 无法无天
Ia bahkan mengolok – olok sang ibu dan mengatakan bahwa ibunya adalah orang terpelajar bukan wanita miskin seperti orang yang saat ini sedang ada di hadapannya. Tentu Mande Rubayah sangat malu dan memutuskan untuk pulang.
Namun di rumah, ia berdoa kepada Tuhan.
“Ya Tuhan, jika dia memang bukan anakku aku ikhlas dimaki – maki seperti itu. Tapi jika dia adalah anakku Malin Kundang, tolong tunjukkan kuasamu”.
Tak butuh waktu lama, langit berubah menjadi gelap, petir menyambar, badai pun datang. Kondisi tersebut membuat kapal yang ditumpangi Malin Kundang, istri dan crewnya oleng hingga karam.
Malin Kundang 变成了石头
Esok harinya, warga desa di pesisir pantai itu digemparkan sebuah kapal yang karam dengan batu besar berwujud manusia yang mereka percaya bahwa itu adalah Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu akibat kedurhakaannya.
PESAN MORAL
Dari cerita rakyat terpopuler untuk bahan dongeng dengan pesan moral baik ini kita belajar bahwa : Sesukses apapun seorang anak, ia tidak boleh lupa darimana ia berasal. Dan seburuk apapun seorang ibu ia tetaplah ibu yang membesarkan anaknya dan tidak boleh seorang anak mendurhakai ibunya.