Dahulu di Betawi, ada seorang pendekar bernama Pitung. Ia adalah anak dari Bang Piun dan Mpok Pinah.
Ia sering dipanggil dengan sebutan Bang Pitung.
Bang Pitung adalah pendekar yang baik hati, patuh kepada agama, dan selalu menolong sesama.
cerita si pitung
cerita si pitung
Bang Pitung pun memiliki kesaktian yang luar biasa. Ia tak mempan ditembus senjata.
Tetangga-tetangga Bang Pitung hidup serba kekurangan. Bang Pitung pun merasa iba.
Apalagi orang-orang yang kaya justru semakin kaya, tanpa memedulikan rakyat yang miskin.
“Aku harus melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat,” ucap Bang Pitung.
Bang Pitung pun mengumpulkan pemuda-pemuda di kampungnya. Mereka merampok harta milik orang-orang kaya. Harta itu kemudian dibagikan kepada rakyat miskin.
Meskipun Bang Pitung suka merampok, tapi ia tidak suka dengan perampok yang merampok untuk kepentingan pribadi. Ia justru selalu memberi pelajaran kepada mereka.
Aksi Bang Pitung pun akhirnya terdengar oleh kompeni Belanda yang menguasai daerah itu.
“Kita harus menghentikan Pitung, agar kompeni Belanda tidak resah dengan keberadaannya,” ucap kepala polisi kompeni Belanda.
Berbagai upaya dilakukan. Namun, Bang Pitung selalu bisa lolos dari pasukan kompeni Belanda. Berkali-kali kompeni Belanda mencoba menembaknya, tapi Pitung tak terluka sama sekali. Kepala kompeni Belanda hampir putus asa.
“Bagaimana cara menangkap Pitung? Apakah ia tidak memiliki kelemahan?” tanya kepala kompeni Belanda, merasa kesal.
Akhirnya, ia menemui guru si Pitung, yaitu Haji Naipin. Karena merasa nyawanya terancam, Haji Naipin pun membocorkan kelemahan Si Pitung.
“Akhirnya aku tahu kelemahanmu Pitung!” ucap kepala kompeni Belanda dengan geram.
Setelah beberapa lama, kompeni Belanda mengetahui persembunyian si Pitung. Tanpa membuang waktu, mereka Iangsung menyergap si Pitung. Kompeni Belanda yang sudah mengetahui kelemahan Pitung pun dengan mudah melumpuhkan Pitung, yaitu dengan cara mengambil jimatnya saat dia mandi di sungai.
Akhirnya Pitung meninggal karena luka tembak peluru emas. Sesudah Si Pitung meninggal, makamnya dijaga oleh tentara karena percaya bahwa Si Pitung akan bangkit dari kubur.