Faisal sedang duduk di samping pohon. Aku menghampirinya dengan deva. “Faisal, kamu ngapain di sini?” tanyaku. Faisal tak menjawab “Faisal?” ucapku bingung. Deva menggoyang goyangakan tangannya ke depan muka faisal. “Eh… Apa…” ucap faisal kaget “Kamu bengong lagi?” tanya deva. Faisal mengangguk “Iya va. Aku lagi mikirin sahabat ku” ucap faisal “Kamu kangen rian?” ucapku. Faisal menunduk. Aku dan deva pun duduk di sampingnya.
“Faisal, rian udah tenang di sana. Kamu seharusnya bahagia, rian tidak tertekan dengan penyakitnya” ucapku sambil memegang pundak faisal “Kamu benar naya. Seharusnya aku bahagia, rian tidak tertekan dengan penyakitnya” ucap faisal. Aku dan deva tersenyum
“Faisal, yuk kita beli es cream biar kamu ceria lagi oke” ucap deva “Tapi aku gak bawa uang deva” ucap faisal “Gak apa apa kok, aku akan traktir kamu faisal” ucapku. Faisal tersenyum. Aku, deva dan faisal pergi ke warung untuk membeli es cream.
“Bu… Saya beli es cream coklat 3” ucap deva. Ibu itu langsung mengambil es cream coklat. “Ini dek” ucap ibuk itu memberi kami es cream. Aku dan deva membayar es cream tersebut dan berjalan menuju pohon tersebut.
“Aku selalu beli es cream bersama rian dan momen yang paling kusuka saat es creamku jatuh disenggol rian. Aku membalasnya tapi buka es creamnya yang jatuh, malahan rian yang jatuh” ucap faisal. Aku dan deva tertawa riang hingga es creamku meleleh. Aku mencolek es cream tersebut dan mencolek kembali ke muka faisal. Faisal pun kaget dan ia membalasnya.
“Kok, kalian malah colek colekan berdua, aku gak diajak?” ucap deva pura pura ngambek. Aku langsung mencolek ke hidung deva. Deva langsung tertawa.
Kami sudah sampai di pohon. “Ihhhhh…. Mukaku celemotan nih” ucap deva “Emang cuma deva yang celemotan, aku juga” ucap faisal. Deva tertawa, aku pun ikut tertawa.
“Faisal” ucapku. Faisal menoleh ke arahku. “Kamu mau gak jadi sahabatku. Kita udah nyaman banget sama kamu faisal” ucapku. Faisal berfikir “Mau ya faisal?” ucap deva. “Iya deva, nazwa. Aku mau jadi sahabat kalian” ucap faisal.