Rio adalah teman sekelasku ia dicap sebagai si penjilat makanan, karena rio sering makan makanan sisa bekas orang. Awalnya tidak ada yang mengetahui tentang perbuatannya ini, Sampai akhirnya semua orang jadi tahu. setiap hari ia selalu dihina dan dikucilkan oleh teman-temannya. Namun rio tetap saja melakukannya. Aku merasa kasihan kepadanya. Seribu pertanyaan pun muncul di benakku. Pulang sekolah aku melihat rio duduk sendirian di halte. Lalu aku menghampirinya dan menanyakan beberapa hal yang selama ini aku pendam.
“Kenapa kamu melakukannya?” Tanyaku penasaran “Melakukan apa?… ohh itu. Aku hanya tak suka melihat makanan yang tersisa, lalu dibuang begitu saja. Mubazir kan? dan bukankah perbuatan mubazir itu tidak baik? belum tentu juga orang di luar sana bisa makan enak seperti kita, bahkan untuk sesuap nasi saja susah. Jadi pantaskah kita membuang makanan begitu saja?” Balasnya dengan lantang.
“Tapi apa kamu gak malu? Aku lihat kemarin kamu turun dari mobil, berarti kamu orang yang cukup berada.” Tanyaku lagi. “Untuk apa malu jika kita melakukan perbuatan yang baik.” balasnya. “Hmm.. iya sih. Lalu apa kamu gak merasa jijik?” “Tidak!” “Ga takut sakit?” “kenapa orang gila tetep sehat walaupun makan-makanan basi yang diambil dari tempat sampah? Karena ia sudah tidak punya akal lagi dan hidupnya selalu positif tidak memikirkan hal-hal aneh. Jadi Kuncinya adalah positif, dan jika aku sakit aku punya obat mujarabnya kok.” “Apa itu?” tanyaku ingin tahu. “Doa.” balasnya singkat lalu tersenyum. Begitu mendengarnya aku langsung terdiam dan merasa malu karena sering membuang makanan. Ternyata ia tak seburuk yang dipikir.
“Cin.. cindi aku duluan ya.” Rio berusaha menyadarkan lamunan ku. “ehh iya iya.” Balasku terkejut.
Sesampainya di rumah aku Langsung posting video percakapanku dengan rio di akun facebookku yang aku rekam tadi secara diam-diam agar semua orang tahu bahwa rio tidak seburuk yang dipikirkan dan membuang makanan dengan sia-sia adalah perbuatan yang tidak baik.
Keesokan harinya aku melihat rio sudah bergabung lagi dengan teman-temannya dan tidak ada lagi hinaan yang dilontarkan untuknya malah yang ada adalah sebuah pujian. Aku merasa senang melihatnya. Sore itu rio menghampiriku yang tengah duduk di halte.
“Cin makasih ya.” ucap rio sembari tersenyum kepadaku. “Makasih untuk?”. “Semua yang kamu lakuin untuk aku.”. Aku hanya mengangguk dan tersenyum. kini aku dan rio semakin akrab dan kami berdua menjadi teman baik.
Selesai.