Slenderman masih hangat dibicarakan dikalangan anak anak, pasalnya slenderman merupakan makhluk dengan lengan yang aneh, yang suka menculik anak anak kemudian membunuhnya, bahkan sekarang 3 sahabat yang sedang berkemah ini masih sibuk berdiskusi tentang slenderman.
“Bagaimana jika slenderman menculik kita bertiga?!” Tanya uus dengan nada panik “Slenderman itu tidak ada di sini, kalian saja yang terlalu banyak membaca komik.” Jawab dessy tegas. “Tapi menurut cerita di buku yang aku baca slenderman suka muncul di semak dan pohon pohon tinggi.” Sahut Zahra meyakinkan. “Aduh aku semakin takut saja”. Kata uus seraya memegang dada. “Kau memang penakut”. Jawab mereka serentak. Balas uus dengan senyumnya yang menjengkelkan.
Setelah selesai merapikan barang di tenda kakak pembina memerintahkan mereka untuk berbaris di lapangan, Agar mereka bisa mendengarkan arahan yang diberikan kakak kakak ini. “Baik adik adik nanti malam tugas kalian adalah mencari jejak, kakak sudah siapkan bendera di setiap tempat dan kalian harus mengambil bendera yang terdapat nama regu kalian. Mengerti?”. Tanya kakak Galih “Mengerti kak.” Jawab murid murid serempak Kemudian kakak pembina memerintahkan semua murid untuk mencari kayu bakar untuk persediaan acara nanti malam, semua murid pun masuk ke hutan dan mulai mencari kayu
“Sreettt…”. Sekelebat bayangan lewat menghancurkan konsentrasi uus yang sedang mencari kayu. “Hah?! Apa itu? jangan jangan itu slenderman”. Gumam uus dalam hati. Uus yang ketakutan mulai mempercepat gerakannya sampai uus berlomba lomba berlari lebih dulu keluar dari hutan.
“Aduhhh.. Ada apa si us kamu ini seperti anak kecil saja”. Gerutu Dessy ketus. “Maaf, aku tadi melihat slenderman aduhh seram sekali”. Ucap uus tergesa gesa Dessy dan Zahra saling menatap heran ke arah uus yang ketakutan “Ckck kamu ini terlalu banyak membaca komik horor, ini dunia nyata slenderman itu hanya ada di buku horormu saja, sudahlah sekarang lebih baik kita kumpulkan kayu kayu ini ke pembina”. Ucap dessy.
Matahari pun mulai terbenam, siang berganti malam seluruh peserta pramuka diminta berbaris di lapangan, dan sekarang adalah waktunya para murid menguji keberanian mereka, satu per satu regu mulai masuk ke dalam hutan untuk mencari bendera dan kini giliran regu Uus, Dessy dan Zahra yang masuk ke dalam hutan, dengan penuh rasa gelisah mereka masuk ke sana dan suara anjing yang saling bersautan membuat suasana makin mencekam.
“Ayo cepat liat petanya, lihat di mana bendera kita”. Ucap uus sedikit berbisik. “Kamu sabar dulu aku sedang berkonsentrasi mencari arahnya”. Jawab Dessy.
Sepanjang perjalanan terdengar suara suara aneh, namun ini bukan pertama kalinya mereka pergi berkemah jadi mereka sudah tau kalau suara itu adalah suara kakak pembina.
Sudah 4 bendera mereka temukan hanya tinggal 1 lagi bendera yang akan membawa mereka keluar hutan, ketika hendak mengambil bendera terakhir mereka dikagetkan pada sosok yang mirip sekali dengan slenderman sontak mereka bertiga berteriak kaget sampai akhirnya para pembina menghampiri mereka.
“Ada apa kalian, kenapa kalian berteriak?”. Tanya kak Fahri “Aa…adaa hantu slenderman kak di sana dia memakai jas dan badannya tinggi sekali lengannya pun sangat aneh”. Jawab Uus terbata bata Para pembina terheran melihat tingkah mereka bertiga.
“Maksud kalian dia?”. Tiba tiba datang kak Jordan yang membawa makhluk yang mirip slenderman itu. Mereka bertiga terheran melihat kejadian itu, kakak pembina itu seakan biasa saja saat melihat makhluk itu. “Iyy…ya kak”. Jawab Zahra terbata-bata. “Aduhh kalian ini ada ada saja bapak Firman ini manusia biasa, beliau hanya membantu kita agar bisa mengawasi kalian agar tidak kesasar, bapak ini tidak jahat, dan lengannya seperti ini karena bapak ini mempunyai kelainan sejak lahir jadi dia bukan slenderman”. Jelas kak Jordan dan diikuti tawa pembina yang lain, mereka merasa malu dengan kejadian ini mulai sekarang mereka berjanji tidak akan membawa bawa cerita yang mustahil ke dalam kehidupan nyata, akhirnya mereka meminta maaf kepada pak Firman yang mereka kira slenderman.
Pagi pun tiba semua murid diminta berkemas untuk pulang, pikiran mereka bertiga masih diselimuti rasa geli, malu dan takut, dan itulah kemah yang paling bersejarah dalam persahabatan dan kehidupan mereka bertiga.
TAMAT